“Diam saja kau, dasar menantu nggak tahu terima kasih! Udah dua tahun loh kamu jadi menantu, tapi apa? Jasamu aja nihil, sekarang malah ingin meninggikan diri. Nggak usah sok punya uang, deh! Percuma, bualanmu nggak akan dipercaya!”
Pelayan toko langsung maju selangkah. “Ti-tidak. Ini bukan salah pria ini. Justru ayahmu yang memecahkannya dan malah melempar kesalahan ke pria yang tak bersalah. Ganti rugi sekarang atau ayahmu masuk penjara seumur hidup!?”
Claudia mencari cek di dalam tas dan mengira-ngira berapa saldo yang dia miliki. Madame Anneth menelepon bendahara Latusia Developement dan menanyakan berapa sisa uang investasi yang dia tanam.
Kenzo yang bisa saja melunasi kerugian Vas La Vagas sekejap mata, memilih diam.
“Ehem.” Pelayan itu memberi kode agar keributan dapat diminimalisir dan dengan tatapan tajamnya ia sukses membuat Claudia dan Madame Anneth ketakutan. “9,6 miliar, harga yang cukup murah untuk ukuran CEO perusahaan mekanik sekelas Anda.”
***
“Aku yang salah, Anneth, bukan Kenzo. Dia hanya berdiri di depan pintu toko dan melihat dari balik kaca. Maaf, Claudia, maafkan atas kecerobohan papamu ini.” Gerald tampaknya menyesali kejadian ini.
Kenzo terus menatap Gerald tanpa sedikitpun ada rasa iba. Harga dirinya sudah tidak ada lagi di pandangan keluarga ini.
“Nah, berarti salah Kenzo juga dong, Pa-” Claudia kembali naik pitam. “Kenapa dia hanya berdiri saja di depan pintu dan tidak ikut berada di samping Papa layaknya pembantu seperti biasanya?”
Gerald dan Madame Anneth yang selalu merendahkannya dan menganggapnya sebagai pembantu. Claudia pun begitu, sangat mendominasi rumah tangga mereka dan menjadikan Kenzo sebagai pesuruh di keluarganya.
“Sudah cukup, hentikan keributan ini!” Suara Gerald tidak kalah kerasnya dari berontak Claudia yang kesal dengan Kenzo. Nampak sekali jika pikiran Gerald sudah mulai, apalagi perusahan yang dipimpinnya sekarang sedang mengalami defisit neraca. “Cepat carikan uang itu. Cepat!”
“Saldoku hanya tinggal enam ratus juta.” lirih Claudia pada Madame Anneth, berharap tidak didengar oleh pelayan Vas La Vagas.
“Perusahaan juga sedang turun, bahkan anggaran bulan kemarin masih belum cair. Setidaknya, papamu sudah mengetahui hal ini.”
“Hanya satu solusinya, kita harus meminjam uang kepada Colin.” Madame Anneth menepuk pundak Gerald.
“Hah! Tidak. Aku tidak setuju. Dia lebih kejam dari iblis. Dia laki-laki paling licik yang pernah kutemui.” Claudia menggelengkan kepala sambil memasukkan handphonenya kembali ke dalam tas. “Jangan bilang Mama mau menjebakku!”
“Maksudmu?”
“Mama tahu sendiri watak dari Colin, begitu busuk. Buaya yang menyembunyikan identitasnya di balik topeng direktur. Apa jangan-jangan, Mama ingin menjual tubuhku ke lelaki buaya itu!”
Gleg!
Kenzo menelan ludah. Perlahan, dia ke belakang, lalu mengirim pesan ke asistennya, Melvin. “Kirim aku uang sepuluh miliar untuk berjaga-jaga. Tapi, kurasa, kita harus mengeluarkan uang yang lebih besar.”
...
“Kita butuh Colin,” kata Madame Anneth. “Meski dia licik, kita tidak punya cara lain untuk mengganti kerugian vas ini. Tolonglah, Claudia, apa kamu nggak mau berkorban buat Papamu?”
“Berkorban sih iya, tapi untuk Colin, lebih baik aku mati dari pada harus berurusan dengan iblis licik itu!” Claudia tidak tahu bahwa Kenzo tadi sempat menelepon Melvin, asisten pribadinya.
“Jangan pedulikan ucapan anak kita! Cepat, sebelum aku dihajar habis oleh penjaga ini!” Gerald seolah tidak peduli dengan keselamatan dan kehormatan anak semata wayangnya.
Tidak perlu basa-basi lagi, Madame Anneth langsung menelepon Colin dan segera meminta pinjaman untuk mengganti vas yang dipecahkan suaminya. Tidak butuh waktu lama untuk Colin mengangkat telepon, apalagi mengetahui itu dari Madame Anneth.
“Hmm, menarik. Ada tawaran apa sampai kau nekat meneleponku?” Colin berbicara santai. “Aku yakin, selama dua tahun menikah, gadismu itu masih perawan. Mana sudi gadismu disentuh seorang pembantu tak berguna. Hahaha!”
Seperti biasa, Colin selalu menjadi provokator ulung ketika ada masalah yang menimpa keluarga Gerald. Dia masih menyimpan dendam setelah lamarannya ditolak Josh, kakek kandung Claudia, tepat tiga tahun lalu.
“Aku butuh uangnya sekarang, Colin, sepuluh miliar. Plis, uang itu harus ada sekarang, aku benar-benar butuh!” Madame Anneth menggunakan nada seolah dia sedang mengemis.
“Datang hanya saat butuh, begitulah ciri orang yang tak memiliki sopan santun. Dulu, waktu aku melamar putri cantikmu Claudia, si tua bangka Josh menolak mentah-mentah di depan keluargaku. Betapa malangnya harga diriku sebagai anak seorang wakil walikota direndahkan sedemikian rupa. Bisa kau bayangkan, kan, keluargaku harus menanggung malu, apalagi diliput wartawan?”
Madame Anneth hanya diam tanpa jawaban. Benar apa yang diucapkan Claudia barusan, Colin memiliki hati yang sangat busuk; lebih busuk dari bunga bangkai saat mekar.
“Katakan permintaanmu segera, aku sangat membutuhkan uang itu. Apapun. Apapun yang kau minta akan kuturuti.”
“Claudia. Aku menginginkan Claudia bersujud di hadapanku dan mengemis agar aku jadi suaminya. Bagaimana?”
“Tidak mungkin, anakku tidak pernah bisa kau rendahkan seperti itu. Dia putriku satu-satunya. Sungguh busuk sekali hatimu, tak memiliki rasa kemanusiaan!”
“Harga diri dibalas harga diri, begitulah konsep kehidupan.” Colin tertawa sinis dari balik telepon, semakin memojokkan Madame Anneth untuk menuruti keinginannya. “Kalau tidak mau, silakan Madam mencari ke orang lain saja.”
“Sebentar!” Madame Anneth menahan Colin untuk tidak mematikan telepon ini lebih dulu. “Beri aku tenggat waktu untuk membayar dan aku akan membayarnya dua kali lipat.”
Tidak ada alternatif lain yang terpikir bagi Madame Anneth untuk mencari pinjaman. Hanya Colin satu-satunya orang yang bisa diandalkan.
“Oke, sangat menguntungkan bagiku. Aku kirim uangnya sekarang melalui cek. Katakan berapa nominal yang kau butuhkan!”
“Sembilan koma enam miliar.”
“Wow, fantastik. Angka yang lumayan. Dua kali lipat, hmm, tidak buruk juga. Aku terima tawarannya.”
“Cepat transfer uang itu dan jangan memperpanjang sandiwaramu ini! Aku butuh sekarang. Katakan tentang tenggat waktuku membayar hutang ini!”
“Sudah kutransfer atas nama perusahaan. Aku tunggu sampai nanti malam, jika uangnya belum kembali, maka akan bertambah bunganya menjadi dua kali lipat. Atau, ada tawaran simpel. Biarkan Claudia bermain denganku selama satu minggu.”
“Ta-tapi...”
“Tidak ada tapi, kesepakatan tetap kesepakatan. Okay, senang berbisnis dengan Anda, Madam.”
Telepon ditutup dan Madame Anneth nampak sangat geram dengan perilaku Colin yang semena-
Membayar hutang itu nanti malam? Uang dari mana?
Tanpa disadari siapapun, Kenzo sudah berada di pojokan toko sembari menguping pembicaraan Madame Anneth dengan Colin.
Kenzo berjalan masuk ke dalam ruangan staff Vas La Vagas, berdiri di dekat pintu staff dan berharap bisa keluar lebih dulu sebelum Madame Anneth membayar kerugian ganti rugi vas.
“Sudah kukirim lewat cek. Sekarang, lepaskan suamiku!” Madame Anneth memelototi bagian keamanan.
Dua divisi keamanan toko berbadan besar berbaju hitam melepaskan cengkeraman kuatnya dari Gerald yang sedari tadi meringik kesakitan.
Claudia, potret seorang istri tidak beradab dan tidak tahu terima kasih atas harta yang ia pakai selama ini. Latusia Developement milik keluarganya merupakan anak cabang dari perusahaan milik keluarga Kenzo.
“Semua ini gara-gara kamu!” Claudia menampar Kenzo hingga pria itu hampir jatuh. Tapi, Gerald segera menahan tangan Claudia sebelum tamparan kedua berlangsung.
Gerald, Madame Anneth, dan Claudia lebih dulu menunggu di ruang staff karena pelayan Vas La Vagas ingin mengecek kebenaran cek yang ditunjukkan Claudia.
Sementara itu, Kenzo meninggalkan ruangan staff, tidak ingin mendengar lagi cacian Gerald yang tidak tahu diri. Ia melangkahkan kaki perlahan menuju telepon umum di balik toko Vas La Vagas yang lumayan mewah, memasukkan koin itu di lubang kecil samping gagang telepon.
“Hello, Sir, sudah muak menjadi orang miskin dan mendapat cacian?” Suara dari lawan bicara Kenzo membuka percakapan siang hari ini. Dia nampak seperti sahabat baik Kenzo.
“Melvin, aku butuh bantuanmu sekarang. Ini urusan darurat. Perkara istriku. Jika aku tidak segera menyelesaikannya, istriku akan jadi bahan ranjang laki-laki hidung belang.”
“Katakan apapun yang Anda inginkan, Tuan, aku selalu siap untuk melayanimu.”
Dia adalah Melvin, ajudan pribadi Kenzo yang sudah seperti sahabat sendiri. Mereka bersama sejak kecil. Dan, ayah kandung Kenzo mengangkat Melvin sebagai anak angkat karena orang tua Melvin terlibat kasus obat-obatan terlarang.
“Colin.” Kenzo menyebut sebuah nama, diam sejenak, lantas melanjutkan, “Colin yang ingin meniduri istriku dengan jaminan hutang 9,6 miliar.”
Sebagai seorang suami, tentu Kenzo tidak tega melihat Claudia akan dijadikan jaminan untuk melunasi hutang ini. Meski dihina dan dicaci, juga tidak diberi izin menyentuh kulit Claudia selama dua tahun, Kenzo ingin menunaikan tugasnya sebagai suami yang baik.
“Aku sudah mengetahui semuanya, Tuan. Anda yang berdiri di luar dan disuruh ganti rugi. Pengejaran Gerald yang tidak tahu tanggung jawab. Ganti rugi vas mahal Vas La Vagas. Dan terakhir, Madame Anneth yang meminjam uang dari Colin dan harus melunasinya nanti malam.”
Kenzo kaget, Melvin mengetahui semua kronologi kejadian barusan, bahkan detailnya juga tahu. “Apa? Melvin, bagaimana kau bisa tahu? Di mana dirimu sekarang?”
“Sudahlah, Tuan, aku memang ditugaskan untuk mengawasimu. Semua urusanmu tidak lepas dari pengawasan mata elang Melvin yang handal ini.” Kenzo tertawa penuh kemenangan setelah membuat tuannya bingung. “Mataku tidak hanya dua, tapi ribuan, tersebar di seluruh daratan Skotlandia, lebih-lebih Edinburgh.”
“Cepat cari tahu tentang Colin! Aku sudah muak mendengar nama itu.”
“Tenang, Tuan, sebelum Anda meminta pun aku sudah mencari identitas lelaki yang tidak kau suka.”
Melvin tertawa mengejek. “Colin, CEO The Lyceum, perusahaan penguasa pangsa pasar teater seantero Edinburgh. Memiliki wakil yang sangat setia dan bertanggung jawab, sayang selalu dianggap figuran di perusahaan.”
“Buaya, bagaimana dengan perkataan Madame Anneth yang menyebut dirinya buaya?”
“Memanfaatkan jabatannya sebagai CEO untuk menggaet wanita. Dia menawarkan posisi krusial di perusahaan hanya untuk tidur satu malam dengan wanita-wanita cantik. Begitulah info yang kudapat, Tuan.”
Kini, Kenzo tidak mau basa-basi lagi mengenai nasib Claudia jikalau Madame Anneth tidak melunasi hutangnya sampai nanti malam. Dia mengajukan permintaan tidak masuk akal pada Melvin.
“Hancurkan dia! Balaskan dendam istriku yang sudah membencinya! Aku tidak mau tahu, sebelum matahari terbenam, dia harus terpuruk karena posisinya sebagai CEO direbut oleh orang lain!” Ya, bukan lagi membayar utang, melainkan Kenzo langsung membeli perusahaan milik Colin.
“Aku tidak peduli dengan urusan memimpin Daidalos. Yang terpenting sekarang, siapkan uang dan beli keseluruhan saham The Lyceum sebelum matahari terbenam!” Kenzo sudah benar-benar naik pitam.“Bahkan sebelum Anda beranjak keluar dari Highway Street, status The Lyceum sudah menjadi milik Anda.” Melvin menyunggingkan senyum di ujung telepon.“Oke, Kenzo, nanti sore kirimkan pasukanmu untuk menjemputku di depan Waverley Mall. Jam empat sore seperti biasa. Bawa mobil sedan biasa, jangan keluarkan Lamborghini ataupun Ferrari, aku tidak mau identitasku terungkap!”“Paham, Tuan. Tunggu saja, setelah ini The Lyceum akan berpindah tangan dan Claudia akan aman bersamamu. Aku yang menjamin.”Telepon ditutup.Dari kejauhan, ternyata Claudia sedari tadi memperhatikan Kenzo yang asyik berbicara dengan seseorang di depan telepon umum dekat Vas La Vagas. Tentu, dia tidak dapat mendengar perbincangan itu karena kaca mobil yang tertutup. Tapi, dari mimik yang dipancarkan Kenzo, sepertinya ia merencanak
“Kenzo, kemana saja kamu?” bentak seorang perempuan dengan nada dari ujung telepon, membuat setiap telinga yang mendengar langsung minder dan ingin menutup diri. “Pembantu kurang ajar, berani-beraninya keluar tanpa izin!”Melvin menatap Kenzo dengan pandangan penuh selidik, sedikit jengkel karena majikannya diperlakukan secara tidak hormat.“Siapa yang berani berbicara setinggi itu padamu, Tuan?” Melvin bertanya dengan lembut sambil sedikit berbisik, “Madame Anneth atau Claudia?”Kenzo hanya meletakkan telunjuk di mulutnya, menyuruh Kenzo diam sejenak sampai percakapan itu selesai.“Sorry, Madam. Ada urusan penting yang harus aku selesaikan.” Kenzo mencoba untuk jujur kepada Madame Anneth meskipun ia tahu omongannya tidak akan dipercaya.“Hey, urusan katamu? Jangan sok sibuk!” Madame Anneth kembali meninggikan suaranya diiringi tertawa mengejek. “Urusan seperti apa yang dijalani gembel sepertimu. Mencuri jam tangan, ataukah menggoda perempuan di jalanan?”Kenzo hanya diam tanpa membal
Sepuluh menit sebelum kedatangan Kenzo dan Melvin di kantornya, Colin sudah sangat kesal karena rencananya yang selama ini ia susun digagalkan oleh dua orang yang dia anggap sebagai kuman.Colin mengincar Claudia, tapi tidak berniat untuk mencintainya.Dia hanya mengincar tubuh indah wanita itu. Claudia berparas sangat anggun, hingga pada waktu itu ia yang baru saja menjabat sebagai CEO The Lyceum ikut terpukau.Banyak orang menginginkan jadi pendamping Claudia, tapi semua ditolak oleh Josh, kakeknya yang sekaligus founder Josh Development, perusahaan mekanik ternama di Skotlandia. Hingga pada suatu saat, Josh memilihkan seorang lelaki untuk dinikahkan dengan Claudia.Seorang pria tanpa asal-usul yang jelas, tidak punya pekerjaan tetap, juga miskin. Dia adalah Kenzo.“Ah, sialan! Kenapa harus ada lelaki bernama Kenzo itu? Sudah mengambil Claudia, kini ia ingin mengambil The Lyceum? Aku tidak boleh diam!”“Aaarggh!” Colin menggebrak meja, membuat beberapa kertas di atas meja itu melaya
Ellen yang khawatir dengan keadannya, buru-buru turun mengikuti langkah Robin. Dia langsung menatap Kenzo, tentu dengan pakaian yang sedikit terbuka. Disusul Colin, mereka bertiga turun melalui lift khusus petinggi.Harap-harap cemas Ellen mendekati Kenzo, siapa tahu laki-laki itu akan tergiur dengan kemolekan tubuhnya. Dia hanya bisa pasrah. Kini, dinasti Colin di perusahaan runtuh. Kaisarnya sekarang adalah Kenzo Daidalos.Sebaliknya, Kenzo tidak tergoda sama sekali. Dia menoleh ke arah Melvin, lantas kembali mengalihkan pandangannya ke mata Ellen.“Dan kamu, Nona cantik,” Kenzo menunjuk ke arah Ellen yang kemeja biru dongkernya masih sedikit terbuka di bagian atas, kira-kira dua kancingnya tidak terkait satu sama lain. “Kamu bisa tetap berada di sini.”Colin mengerang pelan, menumpahkan amarahnya yang tidak bisa terungkap dengan kata-kata. Meskipun dapat uang puluhan juta dollar setelah proses akusisi The Lyceum, dia tetap tidak menyukai Kenzo karena telah merebut Claudia.“Nona El
Kenzo tahu, Rika adalah pemimpin Keluarga Latusia sekaligus mantan suami Josh. Mereka bercerai ketika Josh memilih Kenzo jadi suami. Rika sama sekali tidak setuju akan keputusan itu.Apa yang diucapkan Rika sudah seperti titah bagi orang-orang di keluarga Latusia. Dan, baru saja titah itu keluar: dia harus menceraikan Claudia.“Maaf, Nek, tapi aku tak akan menceraikan Claudia,” ucap Kenzo, akhirnya.Ruangan seketika begitu hening. Kenzo baru saja menentang sang pemimpin Keluarga Latusia.“APA KATAMU!?” bentak Rika, sambil memelototi Kenzo.Naik pitam, wanita tua itu melempar sebuah piring kaca di dekatnya ke arah Kenzo. Potongan kue di piring itu mendarat di wajah Kenzo, membuat wajahnya itu tertutup selai cokelat dan foam vanilla kue.Dan bukan hanya itu, piring kecil itu pun menghantam pipi Kenzo, meninggalkan luka gores di sana. Pecahan piring itu kemudian terserak di lantai.“Kamu pikir kamu siapa, hah? Berani-beraninya kamu membantahku!” bentak Rika lagi.Kenzo tak membalas. Dia
Kenzo sempat akan membalas pesan-pesan itu, menanyakan dari mana Melvin mendapatkan nomornya. Tapi dia urungkan niatnya.Dia masih belum bisa memercayai wanita itu. Menurutnya lebih baik pesan-pesan itu dia abaikan saja.Selesai membersihkan luka-lukanya, Kenzo keluar dari toilet.Baru saja membuka pintu toilet, langkahnya langsung terhenti. Hampir saja dia bertabrakan dengan seorang gadis cantik.“Ah, kamu…,” ucap Kenzo, menyadari kalau si gadis cantik yang hampir bertabrakan dengannya itu adalah Liani.Tanpa sepengetahuan Kenzo, Liani memang mengikutinya sampai ke toilet.Pandangan mereka bertemu. Perbedaan tinggi membuat Kenzo harus menunduk agar bisa bertatap langsung dengan gadis itu.Mata Kenzo menyusuri paras cantik Liani, bergerak ke bawah, hingga dia melihat belahan dada Liani. Malam itu Liani memang mengenakan gaun yang menunjukkan belahan dadanya yang tampak indah itu.“Eh, ma-maafkan aku. Aku tidak sengaja melihatnya,” lirih Kenzo, lantas memalingkan muka.Pipi Liani berse
Orang-orang yang terganggu dengan dering ponsel jadul Kenzo ini mulai mencacinya, memClaudiaya segera mengangkat panggilan. Kenzo keluar, ternyata itu telepon dari Melvin yang mengabari kalau Tuan Besar Juta akan membiayai pengobatan operasi Suci, salah satu orang yang paling berjasa di hidup Kenzo selama dia meninggalkan Daidalos.Kenzo selama ini dirawat oleh Suci sebelum dia bertemu dengan Josh. Bisa dibilang, Suci adalah ibu angkat Kenzo dan karena Suci pula dia bisa bertemu dengan Josh. Suci bagai malaikat penolong kala Kenzo sedang resah dan butuh tempat cerita.Namun, kabar tidak mengenakkan terdengar tiga tahun lalu, setahun sebelum Kenzo menikah dengan Claudia.Kenzo mendapat kabar bahwa ibundanya harus menjalani terapi bulanan. Terlebih, biaya yang dikeluarkan juga tidak sedikit. Operasi ibu angkatnya itu butuh uang miliaran sehingga, mau tidak mau, Kenzo harus berusaha menjalani hal tersebut.Dibantu biaya dari Josh, Kenzo tidak melanggar sumpahnya untuk tidak menggunakan s
“Oh, berani melawan? Lihat saja, seluruh bodyguardku akan membuatmu cacat permanen! Setelah ibumu mati, kamu akan menyusulnya. Bukan ke rumah sakit, tapi ke liang lahat!?”Bukannya ciut diancam Steve, dengan percaya dirinya, Kenzo balik menantang mereka. Dia sungguh tak terima Steve bicara soal ibunya dengan cara seperti itu.“Majulah, aku tidak takut! Aku bisa melawan kalian, tanpa senjata sekalipun!”Teringat ucapan Melvin, sepertinya Kenzo mulai percaya kalau dia memang Tuan Muda, sesuai yang diungkap Melvin siang tadi. Lebih-lebih setelah kartu hitam itu bisa digunakan untuk transaksi apapun.Belum lagi, tentang insting liarnya, reflek cepat, serta kemampuan beladiri yang dia miliki.Semua itu tidak mungkin didapat secara instan. Dia yakin, di masa lalunya dia banyak berhadapan dengan aksi-aksi yang memacu adrenalin.“Kamu bisa menghinaku, Steve! Tapi, jangan sekali-kali, menghina ibuku!?”“Cih, malah nantang maut? Oke. Aku beri apa yang kamu minta. Tapi, jangan salahkan aku misal