Share

2. Kenzo, Sang Miliarder Terkaya

“Diam saja kau, dasar menantu nggak tahu terima kasih! Udah dua tahun loh kamu jadi menantu, tapi apa? Jasamu aja nihil, sekarang malah ingin meninggikan diri. Nggak usah sok punya uang, deh! Percuma, bualanmu nggak akan dipercaya!”

Pelayan toko langsung maju selangkah. “Ti-tidak. Ini bukan salah pria ini. Justru ayahmu yang memecahkannya dan malah melempar kesalahan ke pria yang tak bersalah. Ganti rugi sekarang atau ayahmu masuk penjara seumur hidup!?”

Claudia mencari cek di dalam tas dan mengira-ngira berapa saldo yang dia miliki. Madame Anneth menelepon bendahara Latusia Developement dan menanyakan berapa sisa uang investasi yang dia tanam.

Kenzo yang bisa saja melunasi kerugian Vas La Vagas sekejap mata, memilih diam.

“Ehem.” Pelayan itu memberi kode agar keributan dapat diminimalisir dan dengan tatapan tajamnya ia sukses membuat Claudia dan Madame Anneth ketakutan. “9,6 miliar, harga yang cukup murah untuk ukuran CEO perusahaan mekanik sekelas Anda.”

***

“Aku yang salah, Anneth, bukan Kenzo. Dia hanya berdiri di depan pintu toko dan melihat dari balik kaca. Maaf, Claudia, maafkan atas kecerobohan papamu ini.” Gerald tampaknya menyesali kejadian ini.

Kenzo terus menatap Gerald tanpa sedikitpun ada rasa iba. Harga dirinya sudah tidak ada lagi di pandangan keluarga ini.

“Nah, berarti salah Kenzo juga dong, Pa-” Claudia kembali naik pitam. “Kenapa dia hanya berdiri saja di depan pintu dan tidak ikut berada di samping Papa layaknya pembantu seperti biasanya?”

Gerald dan Madame Anneth yang selalu merendahkannya dan menganggapnya sebagai pembantu. Claudia pun begitu, sangat mendominasi rumah tangga mereka dan menjadikan Kenzo sebagai pesuruh di keluarganya.

“Sudah cukup, hentikan keributan ini!” Suara Gerald tidak kalah kerasnya dari berontak Claudia yang kesal dengan Kenzo. Nampak sekali jika pikiran Gerald sudah mulai, apalagi perusahan yang dipimpinnya sekarang sedang mengalami defisit neraca. “Cepat carikan uang itu. Cepat!”

“Saldoku hanya tinggal enam ratus juta.” lirih Claudia pada Madame Anneth, berharap tidak didengar oleh pelayan Vas La Vagas.

“Perusahaan juga sedang turun, bahkan anggaran bulan kemarin masih belum cair. Setidaknya, papamu sudah mengetahui hal ini.”

“Hanya satu solusinya, kita harus meminjam uang kepada Colin.” Madame Anneth menepuk pundak Gerald.

“Hah! Tidak. Aku tidak setuju. Dia lebih kejam dari iblis. Dia laki-laki paling licik yang pernah kutemui.” Claudia menggelengkan kepala sambil memasukkan handphonenya kembali ke dalam tas. “Jangan bilang Mama mau menjebakku!”

“Maksudmu?”

“Mama tahu sendiri watak dari Colin, begitu busuk. Buaya yang menyembunyikan identitasnya di balik topeng direktur. Apa jangan-jangan, Mama ingin menjual tubuhku ke lelaki buaya itu!”

Gleg!

Kenzo menelan ludah. Perlahan, dia ke belakang, lalu mengirim pesan ke asistennya, Melvin. “Kirim aku uang sepuluh miliar untuk berjaga-jaga. Tapi, kurasa, kita harus mengeluarkan uang yang lebih besar.”

...

“Kita butuh Colin,” kata Madame Anneth. “Meski dia licik, kita tidak punya cara lain untuk mengganti kerugian vas ini. Tolonglah, Claudia, apa kamu nggak mau berkorban buat Papamu?”

“Berkorban sih iya, tapi untuk Colin, lebih baik aku mati dari pada harus berurusan dengan iblis licik itu!” Claudia tidak tahu bahwa Kenzo tadi sempat menelepon Melvin, asisten pribadinya.

“Jangan pedulikan ucapan anak kita! Cepat, sebelum aku dihajar habis oleh penjaga ini!” Gerald seolah tidak peduli dengan keselamatan dan kehormatan anak semata wayangnya.

Tidak perlu basa-basi lagi, Madame Anneth langsung menelepon Colin dan segera meminta pinjaman untuk mengganti vas yang dipecahkan suaminya. Tidak butuh waktu lama untuk Colin mengangkat telepon, apalagi mengetahui itu dari Madame Anneth.

“Hmm, menarik. Ada tawaran apa sampai kau nekat meneleponku?” Colin berbicara santai. “Aku yakin, selama dua tahun menikah, gadismu itu masih perawan. Mana sudi gadismu disentuh seorang pembantu tak berguna. Hahaha!”

Seperti biasa, Colin selalu menjadi provokator ulung ketika ada masalah yang menimpa keluarga Gerald. Dia masih menyimpan dendam setelah lamarannya ditolak Josh, kakek kandung Claudia, tepat tiga tahun lalu.

“Aku butuh uangnya sekarang, Colin, sepuluh miliar. Plis, uang itu harus ada sekarang, aku benar-benar butuh!” Madame Anneth menggunakan nada seolah dia sedang mengemis.

“Datang hanya saat butuh, begitulah ciri orang yang tak memiliki sopan santun. Dulu, waktu aku melamar putri cantikmu Claudia, si tua bangka Josh menolak mentah-mentah di depan keluargaku. Betapa malangnya harga diriku sebagai anak seorang wakil walikota direndahkan sedemikian rupa. Bisa kau bayangkan, kan, keluargaku harus menanggung malu, apalagi diliput wartawan?”

Madame Anneth hanya diam tanpa jawaban. Benar apa yang diucapkan Claudia barusan, Colin memiliki hati yang sangat busuk; lebih busuk dari bunga bangkai saat mekar.

“Katakan permintaanmu segera, aku sangat membutuhkan uang itu. Apapun. Apapun yang kau minta akan kuturuti.”

“Claudia. Aku menginginkan Claudia bersujud di hadapanku dan mengemis agar aku jadi suaminya. Bagaimana?”

“Tidak mungkin, anakku tidak pernah bisa kau rendahkan seperti itu. Dia putriku satu-satunya. Sungguh busuk sekali hatimu, tak memiliki rasa kemanusiaan!”

“Harga diri dibalas harga diri, begitulah konsep kehidupan.” Colin tertawa sinis dari balik telepon, semakin memojokkan Madame Anneth untuk menuruti keinginannya. “Kalau tidak mau, silakan Madam mencari ke orang lain saja.”

“Sebentar!” Madame Anneth menahan Colin untuk tidak mematikan telepon ini lebih dulu. “Beri aku tenggat waktu untuk membayar dan aku akan membayarnya dua kali lipat.”

Tidak ada alternatif lain yang terpikir bagi Madame Anneth untuk mencari pinjaman. Hanya Colin satu-satunya orang yang bisa diandalkan.

“Oke, sangat menguntungkan bagiku. Aku kirim uangnya sekarang melalui cek. Katakan berapa nominal yang kau butuhkan!”

“Sembilan koma enam miliar.”

“Wow, fantastik. Angka yang lumayan. Dua kali lipat, hmm, tidak buruk juga. Aku terima tawarannya.”

“Cepat transfer uang itu dan jangan memperpanjang sandiwaramu ini! Aku butuh sekarang. Katakan tentang tenggat waktuku membayar hutang ini!”

“Sudah kutransfer atas nama perusahaan. Aku tunggu sampai nanti malam, jika uangnya belum kembali, maka akan bertambah bunganya menjadi dua kali lipat. Atau, ada tawaran simpel. Biarkan Claudia bermain denganku selama satu minggu.”

“Ta-tapi...”

“Tidak ada tapi, kesepakatan tetap kesepakatan. Okay, senang berbisnis dengan Anda, Madam.”

Telepon ditutup dan Madame Anneth nampak sangat geram dengan perilaku Colin yang semena-

Membayar hutang itu nanti malam? Uang dari mana?

Tanpa disadari siapapun, Kenzo sudah berada di pojokan toko sembari menguping pembicaraan Madame Anneth dengan Colin.

Kenzo berjalan masuk ke dalam ruangan staff Vas La Vagas, berdiri di dekat pintu staff dan berharap bisa keluar lebih dulu sebelum Madame Anneth membayar kerugian ganti rugi vas.

“Sudah kukirim lewat cek. Sekarang, lepaskan suamiku!” Madame Anneth memelototi bagian keamanan.

Dua divisi keamanan toko berbadan besar berbaju hitam melepaskan cengkeraman kuatnya dari Gerald yang sedari tadi meringik kesakitan.

Claudia, potret seorang istri tidak beradab dan tidak tahu terima kasih atas harta yang ia pakai selama ini. Latusia Developement milik keluarganya merupakan anak cabang dari perusahaan milik keluarga Kenzo.

“Semua ini gara-gara kamu!” Claudia menampar Kenzo hingga pria itu hampir jatuh. Tapi, Gerald segera menahan tangan Claudia sebelum tamparan kedua berlangsung.

Gerald, Madame Anneth, dan Claudia lebih dulu menunggu di ruang staff karena pelayan Vas La Vagas ingin mengecek kebenaran cek yang ditunjukkan Claudia.

Sementara itu, Kenzo meninggalkan ruangan staff, tidak ingin mendengar lagi cacian Gerald yang tidak tahu diri. Ia melangkahkan kaki perlahan menuju telepon umum di balik toko Vas La Vagas yang lumayan mewah, memasukkan koin itu di lubang kecil samping gagang telepon.

“Hello, Sir, sudah muak menjadi orang miskin dan mendapat cacian?” Suara dari lawan bicara Kenzo membuka percakapan siang hari ini. Dia nampak seperti sahabat baik Kenzo.

“Melvin, aku butuh bantuanmu sekarang. Ini urusan darurat. Perkara istriku. Jika aku tidak segera menyelesaikannya, istriku akan jadi bahan ranjang laki-laki hidung belang.”

“Katakan apapun yang Anda inginkan, Tuan, aku selalu siap untuk melayanimu.”

Dia adalah Melvin, ajudan pribadi Kenzo yang sudah seperti sahabat sendiri. Mereka bersama sejak kecil. Dan, ayah kandung Kenzo mengangkat Melvin sebagai anak angkat karena orang tua Melvin terlibat kasus obat-obatan terlarang.

“Colin.” Kenzo menyebut sebuah nama, diam sejenak, lantas melanjutkan, “Colin yang ingin meniduri istriku dengan jaminan hutang 9,6 miliar.”

Sebagai seorang suami, tentu Kenzo tidak tega melihat Claudia akan dijadikan jaminan untuk melunasi hutang ini. Meski dihina dan dicaci, juga tidak diberi izin menyentuh kulit Claudia selama dua tahun, Kenzo ingin menunaikan tugasnya sebagai suami yang baik.

“Aku sudah mengetahui semuanya, Tuan. Anda yang berdiri di luar dan disuruh ganti rugi. Pengejaran Gerald yang tidak tahu tanggung jawab. Ganti rugi vas mahal Vas La Vagas. Dan terakhir, Madame Anneth yang meminjam uang dari Colin dan harus melunasinya nanti malam.”

Kenzo kaget, Melvin mengetahui semua kronologi kejadian barusan, bahkan detailnya juga tahu. “Apa? Melvin, bagaimana kau bisa tahu? Di mana dirimu sekarang?”

“Sudahlah, Tuan, aku memang ditugaskan untuk mengawasimu. Semua urusanmu tidak lepas dari pengawasan mata elang Melvin yang handal ini.” Kenzo tertawa penuh kemenangan setelah membuat tuannya bingung. “Mataku tidak hanya dua, tapi ribuan, tersebar di seluruh daratan Skotlandia, lebih-lebih Edinburgh.”

“Cepat cari tahu tentang Colin! Aku sudah muak mendengar nama itu.”

“Tenang, Tuan, sebelum Anda meminta pun aku sudah mencari identitas lelaki yang tidak kau suka.”

Melvin tertawa mengejek. “Colin, CEO The Lyceum, perusahaan penguasa pangsa pasar teater seantero Edinburgh. Memiliki wakil yang sangat setia dan bertanggung jawab, sayang selalu dianggap figuran di perusahaan.”

“Buaya, bagaimana dengan perkataan Madame Anneth yang menyebut dirinya buaya?”

“Memanfaatkan jabatannya sebagai CEO untuk menggaet wanita. Dia menawarkan posisi krusial di perusahaan hanya untuk tidur satu malam dengan wanita-wanita cantik. Begitulah info yang kudapat, Tuan.”

Kini, Kenzo tidak mau basa-basi lagi mengenai nasib Claudia jikalau Madame Anneth tidak melunasi hutangnya sampai nanti malam. Dia mengajukan permintaan tidak masuk akal pada Melvin.

“Hancurkan dia! Balaskan dendam istriku yang sudah membencinya! Aku tidak mau tahu, sebelum matahari terbenam, dia harus terpuruk karena posisinya sebagai CEO direbut oleh orang lain!” Ya, bukan lagi membayar utang, melainkan Kenzo langsung membeli perusahaan milik Colin.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status