Olivia berjalan dengan langkah pasti menuju pintu keluar bandara. Tas ranselnya yang berisi pakaian dan barang-barang penting lainnya terasa berat di pundaknya, tapi dia tidak peduli. Yang ada di dalam pikirannya kini hanya satu, yakni bagaimana caranya dia bisa bertahan hidup, lalu menjadi sukses dan akhirnya bisa membalaskan dendamnya pada om dan tante.
Olivia tidak pernah menyangka bahwa hidupnya akan berubah drastis dalam waktu singkat. Dia yang dulu hidup bahagia bersama ayah dan ibu nya di Sydney, kini harus merelakan mereka pergi selamanya karena sebuah tragedi yang tidak termaafkan.
Ayah dan ibu Olivia adalah pengusaha sukses yang memiliki perusahaan properti besar di Australia. Mereka selalu memberikan yang terbaik untuk Olivia, anak semata wayang mereka. Mereka mengajarkan Olivia tentang nilai-nilai kejujuran, kerja keras, dan kasih sayang.
Tapi semua itu hancur berkeping-keping ketika perusahaan mereka bangkrut karena ditipu oleh saudara kandung ayah nya sendiri, yaitu om dan tante nya Olivia. Mereka berdua adalah orang yang paling dekat dengan keluarga Olivia, tapi mengapa mereka sedemikian tega menusuk ayah dan ibu Olivia dari belakang.
Andaikan Olivia tidak pura- pura tidur saat itu om dan tantenya datang menjenguknya di rumah sakit, maka Olivia tidak akan pernah tahu kalau ternyata selama ini om dan tantenya diam-diam menggelapkan uang perusahaan ayah dan ibu nya Olivia.
Dan tidak hanya itu, om dan tante Olivia bahkan dengan tega menyebarkan fitnah dan gosip tentang ayah dan ibu nya Olivia kepada para mitra bisnis dan klien mereka, sehingga membuat reputasi mereka jatuh dan kehilangan kepercayaan.
“Aku harus bisa! Aku harus bisa membalas semua perbuatan om Rudolf dan tante Maria. Aku tidak akan membiarkan mereka bersenang- senang dengan semua harta orang tua ku!” Seru Olivia sembari menepis air mata yang ingin menitik di kedua ujung matanya.
Rasa sedih dan amarah pun menjadi satu di dalam diri Olivia, hingga membuatnya nekat untuk pergi ke Jakarta. Olivia bersumpah, dia akan membalas semua perlakuan buruk om dan tante nya itu. Dia bersumpah akan membuat mereka menyesal telah mengkhianati keluarga nya. Dia bersumpah akan membuat mereka merasakan penderitaan yang lebih besar dari apa yang dia rasakan.
“Om, tante… tunggu saja! Aku pasti akan membuat kalian membayar mahal atas apa yang kalian lakukan kepada ayah dan ibu ku. Aku akan membuat kalian menangis darah seperti diri ku. Aku akan membuat kalian merana seperti aku apa yang aku rasakan!”
Olivia menghela napas panjang. Kini matanya bergerak ke kiri dan ke kanan, melihat keramaian orang-orang yang berlalu-lalang di depannya. “Aku harus kemana sekarang?” gumam Olivia dalam hati. Tekadnya boleh saya kuat tapi dia tetap lah seorang remaja berumur 18 tahun yang sama sekali belum pernah menginjakkan kakinya di Jakarta seumur hidupnya.
Sehingga wajar dia tidak tahu harus kemana secara dia tidak punya teman ataupun kerabat di Jakarta. Singkatnya dia tidak punya tujuan. Yang dia tahu hanyalah dia harus bertahan hidup di Jakarta dengan cara apapun.
Olivia mengeluarkan ponselnya dari saku celananya dan membuka aplikasi pencari penginapan murah. Dia memasukkan lokasi terdekat dari bandara dan menekan tombol cari. Beberapa detik kemudian, layar ponselnya menampilkan daftar nama, harga, dan foto-foto penginapan yang tersedia.
Dia akhirnya memesan penginapan yang paling murah dan terlihat bersih. Olivia cukup tahu kalau saat ini dia harus berhemat dengan uang yang ada di tangannya. Karena selain untuk bertahan hidup, uang itu juga akan dia jadikan untuk membiayai kuliahnya. Detik ketika dia mengetahui hidupnya bukan lagi seperti dulu, dia bertekad untuk melanjutkan pendidikan kuliahnya di Jakarta.
***
“Sonya, tolonglah! Harus berapa kali aku mengatakan padamu kalau aku harus kembali ke Jakarta.” ujar Samuel Mitchell kepada wanita yang terus menggelayutkan dirinya ke lengan kekar sang pria.
Pria berusia 32 tahun itu kesal, pasalnya dia tengah sibuk mengemasi barang-barangnya di apartemen pacarnya, Sonya, untuk bergegas pulang ke Jakarta demi memenuhi perintah ayahnya.
Sonya yang melihat Samuel sedang berbenah, langsung mendekatinya dengan wajah cemberut. Sebenarnya dia telah diberitahu oleh Sam, bahwa akan segera kembali ke Jakarta untuk mengurus anak dari putra angkat sang ayah. Sebetulnya, hal itu terjadi karena kasus yang menyedihkan, putra angkat ayah Sam baru saja meninggal dalam sebuah kecelakaan.
Selain itu, ayah Sam juga ingin Sam untuk kembali bekerja di perusahaan keluarga di Jakarta, ya- setidaknya untuk sementara waktu. Tapi seolah tidak mau tahu dengan alasan kepergian Sam. Sonya terus saja bertanya pada Sam yang tengah sibuk membereskan pakaiannya.
“Sam! bukannya papa kamu sudah menempatkan kamu di sini? Kamu bilang dong ke papa kamu kalau kamu baru dua tahun di sini, sayang?! Masa mau pindah lagi!” tanya Sonya lagi dan lagi.
Samuel menghela napas, rasa nya sudah cukup dia menjelaskan semua alasan yang diberikan ayahnya ke Sonya. Dia pikir Sonya akan mengerti posisinya yang tidak bisa menolak setiap titah sang ayah. Tapi di luar dugaan, Sonya malah terus menahannya.
Andaikan bukan karena sahabatnya yang bernama Aldi, Sam pasti tidak akan bersedia menjalin hubungan dengan seorang wanita yang jelas-jelas kejiwaannya perlu dipertanyakan seperti Sonya.
Bukan satu atau dua kali Sonya mengancam akan bunuh diri jika Sam tidak menerimanya sebagai pacar. Andaikan Aldi tidak memohon bahkan sampai bersedia berlutut di depan Sam demi sang adik, hati Sam pasti tidak akan tergerak. Secara, Sam adalah seorang casanova yang masih ingin merasakan indahnya cinta bersama banyak wanita.
Hingga sebuah perjanjian tanpa sepengetahuan Sonya pun terjadi antara Sam dan Aldi yakni dimana Sam bersedia membantu Aldi dengan satu syarat. Aldi tidak memaksa Sam untuk meninggalkan kehidupan penuh percintaan semalamnya. Dan sebagai gantinya Sam akan selalu menjadi pacar yang sempurna di mata Sonya.
Akhirnya setelah perdebatan yang panjang dan akhirnya Sonya setuju untuk membiarkan Sam untuk pulang ke Jakarta. Tapi jangan pikir hal itu akan semudah itu Sonya setujui. Sebab akan selalu ada yang namanya syarat dan ketentuan berlaku.
“Baiklah! Kalau memang air mata ku tidak bisa menghentikan kepergianmu! Tapi aku hanya memberimu waktu dua minggu saja, Sam. Kalau lebih dari dua minggu kamu tidak juga pulang ke Sydney, aku pastikan aku yang akan datang ke Jakarta dan tinggal bersama kamu sampai urusanmu selesai. Itu janjiku.” kata Sonya sambil mengancam Samuel.
Samuel menghiraukan Sonya, pria itu mengambil barang-barangnya dan berjalan menuju pintu apartemen. Dia menoleh ke arah Sonya, memberikan senyuman tipis dan melambaikan tangannya.
Begitu keluar dari apartemennya, Sam langsung menghubungi asisten pribadinya yang terlebih dahulu berangkat ke Jakarta untuk menemukan anak dari putra angkat ayahnya.
“Dandi, bagaimana? Udah ketemu?” tanya Sam pada Dandi.
“Sudah bos. Dia ada di daerah Jakarta Selatan. Bos mau langsung ke sini atau aku saja yang membawa nya untuk bertemu bos dan tuan besar?” tanya Dandi pada sang bos.
“Kau bawa saja dia ke rumah papa. Aku akan menunggu di sana saja. Belikan dia mainan juga! Kepala ku sedang sakit saat ini Dandi! Aku tidak ingin tangisan anak kecil membuat kepala ku semakin sakit.” Ujar Sam.
Dandi yang mendengar perkataan sang bos auto mengerutkan kening. Namun meskipun begitu dia tidak menyampaikan apa- apa lagi pada sang bos.
“Aku akan sampai 7 jam lagi. Kau bawa saja dia pas makan malam. Dan ya, minta juga bibi untuk menyiapkan kamar untuknya di rumah ku. Hmmm oh ya! Siapkan juga semua keperluannya. Kalau perlu carikan seorang baby sitter untuk anak itu. Karena setelah makan malam dengan papa, anak itu akan tinggal bersama ku. Papa akan ke Belanda untuk beberapa hari. Tidak mungkin anak itu tinggal sendirian di rumah papa. Kau mengerti semua yang aku perintahkan pada mu kan, Dandi?” tekan Sam di akhir semua penjelasannya.
“Aku mengerti bos. Hanya saja sepertinya kau lah yang tidak mengerti disini.” Ujar Dandi dengan suara yang semakin menghilang di ujung perkataannya.
“Maksudmu?”
“Maksud ku-“
“Nanti saja kau jelaskan semua nya. Aku sudah sampai airport. Kau persiapkan saja semua yang aku perintahkan! Awas kalau sampai ada yang tertinggal! Akan aku mutasi kau ke Zimbabwe-tit!” usai mengatakan itu, Sam pun mematikan telponnya sepihak membuat Dandi sama sekali tidak bisa menjelaskan apa- apa lagi.
“Bos! Sepertinya kau salah mengira umur anak itu!”
Arka yang tidak tahu kalau Yixin akan kembali ke inggris, tidak ada melakukan pergerakan apapun. Dia senang Yixin masuk kerja seperti biasanya.Melihat Yixin dari kejauhan merupakan kesenangan baru bagi Arka saat ini."Apa yang sebenarnya kau lihat disana? Sampai kau tidak menyadari ayah mu masuk sedari tadi sempat mengambil foto mu beberapa kali." Ujar Samuel sambil menyilangkan kaki nya setelah ia duduk di sofa yang berada di tengah ruangan kerja Arka."Daddy? Kapan datang?" tanya Arka menyembunyikan kepanikannya."Sejak perang dunia kedua,." Jawab Samuel asal.Arka mengatur mimik wajahnya setenang mungkin. Jangan sampai ayahnya tahu kalau dia tidak kerja sedari tadi. Satu-satunya hal yang dia lakukan hanya mengintip dari gorden dan melihat Yixin beraktivitas."Daddy aku sangat sibuk hari ini. Jika kedatangan daddy ke kantor hanya untuk membuat ku mendengarkan semua sarkasme daddy itu, sebaik nya aku lanjut kerja saja." Ungkap Arka, dengan wajah no ekspresinya seperti biasa sambil m
"Aku tidak bisa menjanjikan apapun. Tapi aku sangat yakin, Tian tidak akan bersedia menemui mu bila ada hubungannya dengan hal tersebut. " Jawab Tang Shuya semakin membuat perasaan Yixin semakin buruk."Baiklah. Aku paham. Aku akan kembali ke Inggris satu minggu lagi kak. Akan aku selesaikan pekerjaan ku dulu di sini. Baru setelah nya aku akan pulang ke Inggris. Kakak pulang lah lebih dulu. Jangan khawatirkan aku. Adik mu ini tidak akan bunuh dirihanya karena hal itu." Ujar Yixin kemudian berdiri dari duduknya.Dia pergi meninggalkan Tang Shuya."Aku antar." Ucap Tang Shuya yang lebih mirip dengan perintah yang wajib untuk di taati."Apa aku boleh menolak?" tanya Yixin, sambil tersenyum."Tentu saja tidak." Jawab Tang Shuya dan kemudian berjalan bersama Yixin.***Dari kejauhan Bee mengernyitkan dahinya. Dia tentunya tidak salah orang. Toh wajah gadis yang ada di ujung sana, sama persis dengan wajah gadis di foto yang di tunjukan oleh Arka. "Kenapa gadis itu bisa bersama Shuya? Apa j
"Mau sampai kapan kau menunggunya di sini Tang Yixin?" Panggil Tang Shuya pada adik nya, yang sedang duduk bermenung di sebuah taman."Sampai dia datang kak." Jawab Yixin, pelan dan sangat kental dengan rasa harapan yang memudar."Christian tidak akan datang. Sudah! Sudahi saja semua ini Yixin. Pulanglah ke Inggris. Tidak ada gunanya lagi kau mengejar Tian hingga kemari." Bujuk Tang Shuya.Selama ini Tang Shuya memang terlihat tidak peduli pada adik perempuan satu-satunya itu. Tapi jauh di dalam hatinya, dia sangat menyayangi Yixin. Selain itu, tanpa Yixin ketahui, Tang Shuya acap kali membantu Yixin. Yixin tersenyum mendengar apa yang dikatakan oleh kakaknya. Dia tahu benar, bahwa setiap kata yang kakaknya katakan, tidak ada yang salah. Tapi Christian adalah crush landing cintanya. TIdak ada pria lain yang mampu menghapus nama Christian Cook itu hingga saat ini. TIdak ada.Lalu, bagaimana bisa kakak nya memintanya untuk berhenti? Disaat dirinya tahu persis dia tidak tahu bagaimana c
“Kau ini benar-benar…” Arka menghela napas panjang, mencoba menahan amarahnya. “Baiklah, lakukan apa yang kau mau. Tapi ingat, jangan sampai berita ini sampai ke telinga orang tua kita.”Bee tertawa kecil, menunjukkan ekspresi kemenangan di wajahnya. “Tenang saja kak, aku tahu apa yang harus aku lakukan. Lagipula, ini kan demi kebaikanmu juga. Siapa tahu gadis ini bisa membuatmu lebih manusiawi.”Arka hanya bisa mendengus kesal mendengar ucapan adiknya. Dia tahu Bee hanya bercanda, tapi entah kenapa, kali ini leluconnya terasa begitu menyakitkan. Mungkin karena objek leluconnya adalah perasaannya, atau mungkin karena objek leluconnya adalah Yixin, gadis yang entah kenapa berhasil membuatnya merasa tidak nyaman dan nyaman dalam waktu yang sama.“Baiklah, aku akan pergi sekarang. Jangan khawatir, aku akan menyelesaikan tugas ini secepat mungkin.” Bee berdiri dari kursinya, mempersiapkan diri untuk pergi.“Dan satu lagi,” tambah Bee sebelum benar-benar meninggalkan ruangan. “Jangan terla
"Ini, selidiki semua tentang nya." Arka melempar foto Yixin ke atas meja. Gayanya yang bossy sama sekali tidak pilih pilih orang. Bahkan pada adiknya Bee sekalipun dia tidak mengecualikannya. "Apa ini?" tanya Bee penasaran, kemudian mengambil foto Yixin. "Seorang gadis?" Serunya diikuti dengan tatapan mata penuh kecurigaan. "Apa dia adalah gadis yang dari pagi hingga malam mommy selalu cerita kan di rumah? Kau tahu, topik tentang seorang gadis yang mandi berdua dengan mu tenang malam sedang hangat di mansion ayah dan ibu. Jangan bilang ini dia orang nya." Ujar Bee panjang kali lebar dengan nada menggoda. "Siapa pun dia kau tidak perlu tahu. Kau cukup mencari tahu tentang dirinya dan latar belakangnya. Serta kemana dia saat ini. Dia sudah beberapa hari tidak masuk kerja. Dan tidak ada kabar sama sekali darinya." Jelas Arka. "Nah! Nah! Nah! Benar kan? Dia adalah gadis yang buat kan mengusir mommy dan daddy tengah malam. Wah kau sungguh seorang anak yang durhaka Arka Ruiz. Tapi tida
"Joy? Yixin kemana?" tanya Arka pada salah satu managernya yang merupakan sahabatnya Yixin. Semenjak pulang dari rumah Arka waktu itu, Yixin tidak kelihatan batang hidungnya sama sekali. Dia tidak masuk kantor tiga hari, termasuk hari ini. Tidak mungkin dia sakit kan? Arka cukup terganggu akan hal itu."Yixin? Dia-.." Joy yang tadinya ingin menjelaskan kemana pergi nya si makhluk ajaib bernama Tang Yixin itu, malah tidak meneruskan kalimatnya. Dia memandang Arka dengan pandangan penuh curiga. Seingat Joy, hubungan Arka tidak lah seharmonis itu sehingga Arka sampai bersusah payah menanyakn yixin di mana pada dirinya."Ada bos mencari si biang onar?" Tembaknya tanpa basa basi."Ehm! Dia kan adalah salah satu karyawab ku. Aku rasa bukan hal yang aneh bila aku menanyakan keadaannya." Jawab Arka gelagapan. Dia mau jawab apa lagi coba kalau bukan jawaban diplomatis seperti itu."Ooh.." Bukan nya melanjutkan kalimat nya yang tadi, Joya malah hanya ber- Oo ria saja, seolah sengaja menungg