Entah mengapa rasa penasaran dalam diri Evelyn semakin menggunung, ia masih setia menunggu dokter memeriksa pria yang tengah berbaring lemah itu. “Nona sudahlah kita tidak kenal untuk apa menunggu disini,” ucap Gio berbisik pada Evelyn. “Gio, kamu itu digaji untuk nurutin dan ikutin perintahku bukan untuk ngatur-ngatur aku!” Tegas Evelyn dengan suara pelan karena ia sedang ditempat umum. Seorang perawat menghampiri Gio dan Evelyn yang sejak tadi berbicara berbisik-bisik. “Maaf kalian apakah sedang menunggu keluarga pasien?” Tanya perawat yang bernametag Lita itu. “Buk-“ Gio hendak menjawab namun Evelyn sudah menyela. “Iya kami sedang mencari kerabat kami yang tadi masuk IGD,” Evelyn tersenyum ramah pada perawat itu. “Mohon maaf kalian bisa menunggu diruang tunggu karena jika kalian menunggu disini akan menganggu pekerjaan para nakes nona,” ucap perawat Lita. “Emm
“Kamu kenapa sih mas? Gara-gara persoalan kemarin? Kamu udah gak ikhlas nafkahin aku lagi iya!“ ucap Kayla penuh penakanan. Dafa hanya bisa memejamkan matanya rasa sakit pada perutnya tak sebanding dengan sakit hatinya yang tak dihargai. “Udah deh mending kamu diem, mas mau berangkat kerja,” Dafa hendak berdiri namun perutnya semakin sakit. “Mas mending kamu duduk dulu aku ambilin minum sebentar,” Kayla pergi ke dapur ia sedikit khawatir kalau sampai Dafa sakit bagaimana ia bisa mendapatkan uang nantinya. Dafa mengangguk lemah sepertinya ia sakit karena seharian kemarin ia tidak makan apapun dan saat malam hari ia kehujanan membuat tubuhnya menjadi drop. “Ini mas minum dulu,” Kayla menyodorkan segelas air putih pada Dafa. Dafa meminumnya hingga habis tenggorokannya sangat kering dan kepalanya sedikit pusing. “Mas mau siap-siap dulu,” ucap Dafa pada Kayla yang duduk disampingnya. “Mas yakin mau kerja, kalau memang lagi sakit istirahat aja mas,” Dafa sedikit tersentuh de
Evelyn marah besar! Setelah hampir satu jam mengikuti Dafa, dia tiba-tiba menghilang entah kemana. Evelyn berteriak kesal pada dua bodyguard-nya. "Bagaimana bisa kalian kehilangan jejak dia?” Ucap Eve dengan ketus “Maaf nona pria itu cepet banget bawa motornya saya gak bisa ngejar nona karena-“ ucap Bima terpotong. “UDAH CUKUP!” Bentak Evelyn “Lebih baik kita pulang!” Evelyn bersedekap dada menyandarkan punggungnya di jok mobil sembari menghela nafas kasar. “Awas saja kamu Dafa,” ucap Dalam hati Evelyn sangat kesal namun juga sangat penasaran dengan Dafa tentang bagaimana kehidupannya. “Baik nona,” ucap Gio dan Bima penuh semangat. “Kalian semangat banget kalau pulang apa kalian sudah bosan kerja sama aku heuh?” Tegas Evelyn dengan mata melotot Bima bisa melihat ekspresi garang nonanya itu dari kaca mobil. “Bukan begitu nona kami tentu saja senang bekerja dengan nona karena nona sangat baik, iya kan Bim?” Tanya Gio dan menyenggol lengan Bima. “I-iya tentu saja nona, n
Ucapan Dafa terpotong karena Gio menyela pembicaraan mereka. “Nona ini sudah larut malam lebih baik kita pulang tuan besar pasti akan sangat marah mendengar nona kelayapan sampai larut malam,” ucap Gio. “Ck, apa kalian tidak lihat aku sedang sibuk?” Ucap Evelyn. “Tidak,” jawab Gio dan Bima bersamaan. “Ish,” Evelyn menghenttakkan kakinya lalu menoleh ke Dafa yang tatapannya masih lurus memperhatikan hujan tanpa memperdulikan perdebatan Evelyn dan bodyguardnya, “Pokoknya aku tidak mau pulang, iya kan Dafa kau mau tidak menemaniku jalan-jalan malam ini?” Dafa melirik Evelyn sekilas lalu menjawab “Tentu saja tidak!” Evelyn hanya melongo sudah berapa kali Dafa menolak dirinya, apa pria itu tidak lelah selalu menolak dirinya. “Kalian semua memang menyebalkan,” teriak Evelyn di tengah-tengah derasnya hujan. Ketiga pria itu hanya masa bodoh tidak perduli apalagi Dafa. “Sudahlah nona lebih baik dramanya di sambung besok lagi, sekarang kita pulang nanti akan saya belikan es
Melihat Evelyn menunduk, Dafa sedikit merasa bersalah. Ia tidak sengaja mengkasari gadis itu, mungkin karena pikirannya yang sedang kalut. Dafa menarik napas dalam-dalam dan mencoba menenangkan diri. “Ini sudah larut malam lebih baik kamu pulang, lalu dimana bodyguardmu?” Tanya Dafa. “Mereka aku tinggal,” ucap Evelyn dengan entengnya tanpa merasa bersalah. “Astagaa,” Dafa hanya menggeleng-geleng melihat gadis didepannya ini. Tiba-tiba turun hujan sangat deras, Evelyn menarik tangan Dafa tanpa disadari Dafa pun mengikutinya untuk berteduh di halte di dekat taman itu. Mereka berlari bersama, mencari perlindungan dari hujan yang semakin deras. Di halte, mereka berdiri berdekatan, mencoba mengeringkan pakaian yang basah. Dafa memandang Evelyn, yang tertawa kecil sambil menyibakkan rambut yang basah. "Kamu baik-baik aja?" tanya Evelyn dengan suara yang lembut. Dafa hanya mengangguk sedetik kemudian ia menepuk keningnya ia baru sadar bagaimana bisa ia berteduh dengan wani
Dua manusia berbeda gender itu sedang merenungi nasibnya masing-masing, si pria yang memikirkan nasib rumah tangganya dan si wanita yang memikirkan nasib masa depannya. mereka duduk ditaman kota saling membelakangi. Dua manusia itu menghela napas bersamaan dengan desiran angin malam sepoi-sepoi, berharap masalah yang menghantui mereka bisa segera selesai. Mereka berharap bisa menemukan jalan untuk memperbaiki keadaan. Namun, untuk saat ini, mereka hanya bisa berharap dan merenung, mencari solusi untuk masalah yang tampaknya semakin rumit. Setelah melampiaskan sedikit rasa kekesalan mereka walaupun hanya dengan duduk dikeramaian orang mereka segera beranjak karena waktu semakin berjalan dan malam sudah semakin larut. Dan saat mereka hendak Pergi dan berbalik , kedua mata mereka bertemu dengan penuh keterkejutan.DEG ! “Dafa.” “Kamu.” Dafa mengerutkan keningnya bagaimana bisa gadis ini berada disini mana bodyguardnya apa dia lepas lagi. “Dafa,” panggil Evelyn ia mengh