Beranda / Rumah Tangga / Ternyata Suamiku Simpanan Tante-Tante / Part 5, Bersedia Menjadi Simpanan

Share

Part 5, Bersedia Menjadi Simpanan

last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-05 22:49:09

"Oh Tuhan, kepalaku sepertinya mau copot karena memikirkan hal semalam, sampai jam segini pun aku tidak mampu memejamkan mataku."

Pria itu nampak bergeming pada dirinya sendiri, rasanya begitu sulit untuk memutuskan, ingin rasanya menolak, tetapi ia membutuhkan uang yang tidak sedikit untuk biaya pengobatan putrinya. Apalagi yang sepuluh juta pertama juga sudah ia ganti dengan sebuah pakaian mahal sebagai modal baginya dalam bekerja, dan sisa lainnya ia gunakan untuk biaya rumah sakit.

Pergi ke dapur, berharap jika di sana ada sesuatu yang bisa mengganjal perutnya yang sedang kelaparan, sebuah mie instan tinggal satu bungkus saja, terpaksa Bima masak agar perutnya bisa terisi.

Ting....

Sebuah pesan diterima oleh Bima, ia yang sedang menyantap makanannya harus mengalihkan pandangan sejenak untuk melihat pesan dari seseorang di ponsel jadulnya.

[Aku menunggu mu di kafe bintang, datang lah. Jolien]

Bima terdiam, nampaknya pria itu harus siap memberikan jawaban, karena Joilen menuntutnya untuk datang lebih awal dari perjanjian semalam.

Sepuluh menit kemudian, Bima sudah tiba di kafe yang diminta oleh Joilen, ia segera menghampiri wanita itu yang sedang asik dengan korok yang ia hisap.

"Kenapa mempercepat perjanjian, bukan kah kau menungguku nanti malam?" tanya Bima yang langsung duduk berhadapan dengan wanita itu.

"Rupanya aku tidak sabar ingin segera mendengar jawaban mu, Bima," sahut Joilen menatap tajam.

"Baik lah, aku akan menerima permintaan mu, Nona. Mulai hari ini aku menjadi simpanan mu." tegas Bima membalas tatapan Joilen.

Seketika wanita itu mengulas senyum bahagia, tentu saja kabar gembira itu segera ia abadikan dengan foto selfie yang langsung ia unggah di stori WA nya, ingin menunjukkan pada teman-teman palsunya bahwa saat ini hidupnya jauh lebih bahagia.

Sementara Bima nampak membalas senyuman Joilen saat wajahnya menghadap ke kamera, ia harus menikmati semua ini demi mendapatkan sebuah rupiah yang cukup besar jumlahnya.

"Karena hari ini aku sangat bahagia, maka kau boleh minta apa saja dariku, aku tidak akan menolaknya," ucap wanita itu begitu royal.

"Benarkah!" Bima nampak mengedipkan mata menggoda Joilen.

Lalu wanita itu pun menganggukkan kepala seraya membenarkan ajakannya, namun saat hendak beranjak, terdengar derit ponsel di saku kemeja Bima, sehingga membuat pria itu mengurungkan niat sejenak demi melihat siapa yang telah menghubunginya.

Nampak Bima menatap cemas ke arah Joilen yang langsung ia tutupi dengan senyuman, saat melihat nama Elisa di panggilan telponnya.

"Sebentar sayang, aku harus mengangkat telpon dulu, sedikit privasi." ungkap pria itu bangkit lalu meninggalkan Joilen.

Wanita itu tak bergeming, mendengar panggilan sayang yang baru saja diucapkan oleh Bima seketika membuat dirinya terbang jauh ke luar angkasa, ia bahkan lupa jika dirinya saat ini sudah memasuki puber kedua.

[Halo Elisa]

[Mas, kamu ke mana saja? Apa kamu sudah mendapatkan uang tambahan untuk biaya rumah sakit anak kita, Gendhis harus segera dipindahkan ke ruang UGD untuk mendapatkan penanganan, Mas]

[Ya, aku tahu. Aku sedang mengusahakan nya, tunggu saja sampai aku datang, dan pastikan jika putri kita mendapatkan penanganan yang terbaik.]

Begitu lah penjelasan yang Bima utarakan, menatap ke sana ke mari, memastikan jika Joilen masih tetap berada di tempat yang aman. Dan tidak mendengar semua percakapan nya.

Kembali mendatangi Joilen, wanita itu tidak perduli siapa yang menghubungi kekasih gelapnya itu, karena kebersamaannya dengan Bima hanyalah prioritas umum semata.

"Aku lihat ponselmu sangat lah kuno, mau ganti?" tawar wanita itu setelah masuk ke sebuah mall terbesar di kota itu.

"Hahaha, benar ucapanmu, tapi uang yang kau berikan semalam sangat sayang untuk aku belikan ponsel baru, aku lebih memilih untuk menabung dan sisanya untuk bayar kontrakan, kehidupan di kota itu sangat lah keras," ucap Bima berbohong.

"Tidak perlu khawatir sayang, kau sudah menjadi kekasihku, aku tidak masalah jika harus keluar uang untuk kebutuhan mu, uang semalam simpan saja, hari ini kebutuhan mu aku yang tanggung, kalau boleh tahu, apa kesibukan mu sast siang hari?" tanya wanita itu menyelidiki.

"Emmm, aku masih kuliah, dan siang hari aku menyibukkan diri dengan aktifitas kuliahku, kau tahu sendiri kan, usiaku jauh lebih muda dari mu." tandas pria itu berbohong lagi.

Joilen tersenyum saat mendengar ucapan Bima, sementara Bima sendiri merasa begitu beruntung, hanya menjadi kekasih simpanan saja telah mengubahnya menjadi sosok pria kaya mendadak, tentu saja ia tidak menolak saat mendapatkan penawaran menggiurkan itu.

Memilih Hanponhe keluaran terbaru yang harganya sangat fantastis, dan Joilen begitu suka rela mengeluarkan ATM berwarna hitamnya pada pemilik toko.

"Apa lagi yang kau inginkan?" tanya wanita itu setelah membelikan Bima sebuah ponsel pengeluaran terbaru.

"Untuk hari ini, cukup. Aku harus kuliah sebentar lagi, kita akan bertemu nanti malam," tolak Bima mengulas senyum.

"Begitu ya, baik lah. Sampai bertemu nanti malam, terima kasih untuk hari ini, sayang." Joilen dengan berani mengelus pipi Bima yang membuatnya bergidik ngeri.

Namun ia harus menerima perannya sekarang, sebagai kekasih simpanan seorang tante-tante yang telah mengubah hidupnya.

Tiba di rumah sakit, Bima segera mendatangi kasir untuk melakukan pembayaran, uang pemberian Joilen lah yang kini bisa menyelematkan nasib buruk pernikahannya bersama Elisa.

Setelah semua selesai, pria itu menemui Elisa yang saat ini terlihat begitu terpukul menunggu di ruang rawat, pihak rumah sakit yang begitu sepele dengan nyawa seorang pasien membuat Elisa merasa sangat miris. Rupanya mereka belum juga melakukan tindakan karena Elisa belum melakukan pembayaran.

"Elisa, bagaimana dengan putri kita?" tanya Bima menyadarkan Elisa.

"Belum dipindahkan Mas, katanya harus melakukan pembayaran dulu," ucap Elisa merasa sedih.

"Astaga, jadi mereka belum melakukan tindakan!" pekik pria itu marah.

Bima baru saja ingin mendatangi pihak rumah sakit, namun langkahnya terhenti saat melihat beberapa petugas mendatangi ruang rawat putrinya, mereka sudah mendapatkan konfirmasi bahwa Bima sudah melakukan pembayaran.

Menahan emosi adalah sesuatu pekerjaan yang sangat sulit bagi Bima, harus kah seperti ini rumah sakit besar yang menjadi rekomendasi puskesmas tempatnya memeriksa Gendhis sebelumnya?

"Kalau saja rumah sakit ini tidak bertanggung jawab dan memberikan pelayanan terbaik untuk putriku, aku akan pastikan rumah sakit ini akan mendapatkan perhitungan dariku!" pekik Bima seraya mengepalkan tangan.

"Mas, apa kau sudah membayar biaya rumah sakit Gendhis? Kenapa keliatan nya kau sangat marah dan emosi?" Elisa menatap penuh tanya.

"Sudah, aku sudah membayar tagihan yang diberikan tadi, sekarang kita tunggu bagaimana penanganan nya." tukas pria itu mengikuti langkah para petugas yang akan mengantarkan putri kecil mereka ke ruang UGD.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Ternyata Suamiku Simpanan Tante-Tante   Part 43, Pemberian Bunga

    Elisa melangkah dengan semangat baru, di mana ia memberikan senyuman terbaiknya saat memasuki wilayah kantor, dengan memakai dress berwarna hitam, dan hills berwarna senada ia pun dengan percaya diri mengayunkan kedua kakinya. Tak hanya karyawan, bahkan Elisa membagikan senyumannya pada semua pekerja di kantor itu, mulai OB dan OG yang ia temui di jalanan menuju ruangannya, beberapa menit sudah berlalu, kini wanita tersebut membuka pintu ruangan setelah menoleh ke ruangan Hendy, namun rupanya pria itu belum datang. "Salamat pagi, semoga hari ini tetap semangat sampai sore." Begitu lah cara Elisa membahagiakan diri, mengucapkan kalimat positif saat ia memasuki ruangannya, tak lama setelah itu ia pun menutup kembali pintu dan berjalan menuju tempat duduk. Saat tiba di sana, Elisa dikejutkan dengan kehadiran setangkai bunga mawar yang masih segar, menoleh ke kanan dan ke kiri, lalu mulai ingat jika dirinya sedang berada di ruangan sendiri. "Eh, ini bunga siapa, kok ada di m

  • Ternyata Suamiku Simpanan Tante-Tante   Part 42, Bima Cemburu

    "Elisa, tunggu!"Sebuah suara menghentikan langkah kaki Elisa yang sengaja pergi dari tempat itu, karena ia mengenali suara yang memanggilnya beberapa detik yang lalu, akhirnya ia pun memutar tubuh lalu berhadapan langsung dengan Bima. Sebuah senyuman diberikan oleh Bima pada saat melihat wajah cantik Elisa yang telah berubah, wanita tersebut nampak sangat terurus setelah mereka resmi berpisah. "Ada apa Mas?" tanya Elisa menegur Bima yang terpaku dalam diam. "Emm, Elisa ... Kamu apa kabar? Lama kita tidak berjumpa," sapa Bima mengulas senyum salah tingkah. "Kabarku baik." jawab Elisa singkat. Bima yang tak mendapatkan senyuman penuh cinta seperti yang selalu Elisa berikan dulu, membuat pria itu menyadari jika wanita yang kini berada di hadapannya sudah bukan Elisa yang ia kenal, hingga membuatnya terlihat bingung akan membuka pembicaraan seperti apa. Meskipun tak dapat dipungkiri jika sebenarnya Bima sangat merindukan Elisa. "Emm, Elisa, sekarang kamu tinggal di mana?" tanya Bim

  • Ternyata Suamiku Simpanan Tante-Tante   Part 41, Bertemu Elisa di Kafe

    "Sayang, lebih baik sekarang kamu ke kantornya Hendy, bawa makan siang kek, atau segelas kopi, Mama pikir dia akan senang dan kebiakanmu akan terkesan di hatinya," usul Karin, wanita itu tidak hanya sudah jatuh hati pada Hendy, tetapi ada niat lain yang terselubung di hatinya. "Emangnya nggak papa ya Ma, seorang perempuan mendatangi laki-laki? Kayaknya kurang pantas, Ma," ucap Dewi yang merasa keberatan. "Sayang, kesempatan emas seperti ini jangan dilewatkan, nggak perlu takut atau gengsi, lagi pula keluarga Hendy itu udah seneng banget sama kamu, tinggal kamu taklukin hatinya Hendy," sahut Karin meyakinkan. "Ya udah, aku harus bawa apa, Ma." jawab wanita itu akhirnya setuju. Senyum pun terpancar, dengan semangat Karin mengajak Dewi pergi ke dapur, lalu mengajaknya untuk mengolah beberapa menu masakan yang akan ia bawa ke kantor, dan setelah selesai, Karin pun meminta Dewi untuk berdandan. Hampir menghabiskan waktu satu jam, kini Dewi sudah berpenampilan sangat cantik d

  • Ternyata Suamiku Simpanan Tante-Tante   Part 40, Tamu di Rumah Hendy

    "Untuk apa aku bersedih Hen, semua sudah hancur, kehilangan suami tidak sebanding dengan kehilangan seorang anak, aku bisa melewati masa sulit di saat aku kehilangan anakku, dan sekarang aku yakin, jika aku juga pasti akan bisa melewati masa sulit saat kehilangan suami," ucap wanita itu dengan tegarnya. "Kamu memang hebat Elisa, tidak salah Tuhan memilihmu untuk menerima ujian seperti, karena Tuhan tahu, kau sangat kuat dan berhati besar." tandas Hendy memberikan pujian. Elisa hanya mengulas senyum kecil kala mendengar segelintir pujian yang diucapkan tulus dari Hendy, seorang pria yang sudah menemaninya sejauh ini. Tanpa pamrih dan tanpa mengharap imbalan apapun. Wanita itu kini meminta Hendy untuk mengantarkannya ke rumah, ia ingin istirahat setelah melewati hari-hari yang cukup panjang nan melelahkan itu. ***Tibanya di rumah, Hendy sama sekali tidak menyadari jika di rumah mewah milik kedua orang tuanya itu sudah hadir seorang tamu yang sejak tadi menunggu kedatangannya, d

  • Ternyata Suamiku Simpanan Tante-Tante   Part 39, Mengantar Surat Perceraian

    Langkah kaki Bima kini tiba di rumah yang selama ini ia banggakan, di mana dulu ia yakin bahwa rumah itu akan mengantarkan kebahagiaan baginya pada pernikahannya dengan Elisa. Sampai ia lupa bahwa wanita yang ia nikahi tiga tahun yang lalu bukan lah wanita yang menggila akan harta dan kemewahan. "Bima, dari mana saja kamu?" Tiba-tiba sebuah pertanyaan menghentikan langkah kaki pria itu, menoleh ke belakang dan menyadari siapa yang telah menegurnya, siapa lagi kalau bukan Margaret. "Aku sedang mencari keberadaan Elisa Ma, dan aku berhasil menemukan dia tadi," ucap Bima mengulas senyum, pria itu bahkan lupa bahwa saat ini ia sedang berbicara dengan siapa. "Oh ya, lalu apa katanya?" tanya Margaret basa basi. "Aku ingin mengajaknya Elisa pulang, tapi Elisa tidak mau, aku juga sebenarnya ingin tahu di mana tempat tinggalnya, tapi Elisa juga menyembunyikannya dariku, bahkan Elisa bilang kalau dia sudah mengajukan gugatan cerai ke pengadilan." papar Bima merasa sangat kecewa.

  • Ternyata Suamiku Simpanan Tante-Tante   Part 38, Pergi ke Pengadilan Agama

    Elisa kembali ke kantor dengan perasaan yang tidak karuan, pertemuan tak sengaja dengan Bima membuat moodnya tiba-tiba berantakan. Ia sampai tidak sadar jika saat ini ada seorang pria yang sedang memperhatikan raut wajahnya yang ayu itu. Pria itu adalah Hendy, ia datang berniat untuk mengajak makan siang bersama, namun yang ia temui justru terlihat begitu banyak pikiran. Sampai tidak menyadari bahwa di ruangannya ada tamu. "Ehem!" Suara deheman akhirnya menyadarkan Elisa yang saat itu tengah menatap ke arah jendela dengan tatapan kosong, wanita itu mengulas senyum, setelah mengetahui jika Hendy sast ini sudah ada di hadapannya. "Hen, kamu dari tadi di sini?" tanya wanita itu. "Kurang lebih hampir lima menitan si, nggak dari tadi banget," ucap Hendy mengulas senyum. "Ada apa? Apa kita punya kerjaan hari ini?" tanya Elisa kembali. "Nggak ada, aku ke sini mau ngajak kamu makan siang, kamu belum makan, kan?!" tandas pria itu menatap Elisa dalam. Elisa yang menggeleng

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status