Beranda / Rumah Tangga / Ternyata Suamiku Simpanan Tante-Tante / Part 4, Maukah Kau Menjadi Simpanan ku?

Share

Part 4, Maukah Kau Menjadi Simpanan ku?

last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-02 23:56:06

"Mas, bangun Mas.. Kita antar Gendhis ke dokter yuk, semalam dia kejang, aku takut kenapa-kenapa."

"Alah, cuma sakit gitu aja kamu sibuk mau antar Gendhis ke dokter, biasanya juga kamu obatin di rumah. Elisa, jangan mentang-mentang kamu baru terima nafkah dari aku, terus kamu mau seenaknya pakai uang itu,"

"Astagfirullah Mas, bukannya kamu kerja nyari uang itu memang untuk kebutuhan rumah tangga kita? Lagi pula pilihan aku buat bawa Gendhis ke dokter bukan berarti aku nggak usaha sebelumnya, aku udah kompres dia, tapi ini udah hampir empat hari Mas,"

"Alah, alasan kamu aja, ya udah ayo."

Bima nampak kesal dan tidak ikhlas ketika Elisa memaksanya untuk ikut mengantar ke dokter, namun Elisa tidak peduli, baginya Gendhis adalah tanggung jawab berdua yang harus Bima sadari, apalagi kehadiran Gendhis menjadi putusnya harapan bagi Elisa untuk mengejar cita-cita nya.

Karena bujuk rayuan Bima lah, akhirnya Elisa melanggar batasan dan lahir lah gadis kecil yang mereka namai Gendhis Julianti.

Setelah beberapa saat menunggu, akhirnya nomor antrian yang ada di tangan Elisa lah yang mendapat kan giliran, wanita itu pun mengajak Bima masuk dan beberapa saat kemudian mereka sudah berhadapan langsung dengan dokter yang menangani putri ikecilnya.

"Dok, sebenarnya anak saya sakit apa?" tanya Elisa tidak sabar.

"Anak Ibu positif terkena penyakit leukemia, akan lebih baik jika anak ibu dirawat sementara di rumah sakit yang memiliki peralatan lengkap," ucap dokter itu memberitahu.

"Apa, leukemia__"

Bima dan Elisa tersentak kaget kala mendengar penuturan dari dokter Indah, wanita paruh baya yang baru saja memeriksa keadaan Gendhis, putri mereka.

***

Di sebuah ruang rawat, Elisa dan Bima berdiri memperhatikan Gendhis yang saat itu sedang terbujur lemah, ada infus yang terpasang di punggung tangan bocah itu yang sedang tertidur.

"Mas, kita harus melakukan sesuatu,"

"Aku tahu, aku sedang memikirkan biayanya,"

"Mas, aku yakin akan ada solusi, yang terpenting sekarang selamatkan dulu anak kita, kasihan dia Mas. Kehadirannya sudah tidak dikehendaki mamaku dulu, dan sekarang dia harus jatuh sakit seperti ini,"

"Baik lah, kita akan segera meminta surat rujukan."

Elisa menghela nafas lega, saat Bima memberikan jawaban persetujuan, gegas mereka meminta pihak rumah sakit untuk membuat surat rujukan.

Hampir pukul tujuh malam, Bima berada di ruangan di mana Gendhis sedang di rawat. Ia nampak bingung apakah malam ini harus bekerja atau tetap ada di sana menemani Elisa, pria tersebut akhirnya bangkit dan merapihkan pakaiannya, menyadari hal itu tatapan Elisa pun kini berpindah mengarah pada sang suami.

"Mau ke mana, Mas?"

"Aku harus kerja, Elisa,"

"Apa, kerja! Mas, apa kamu nggak kasian sama Gendhis,"

"Elisa, kita harus bagi tugas, kamu tahu kan ini rumah sakit besar, penyakit yang diderita Gendhis bukan sembarang penyakit, kita butuh biaya besar,"

"Aku tahu Mas, tapi paling tidak kamu jangan pulang seperti kemarin ya."

Elisa yang merasa berat karena harus di tinggalkan oleh Bima bekerja pun akhirnya mengalah, apa yang dikatakan oleh pria itu ada benarnya, merek membutuhkan biaya besar untuk kesembuhan putrinya meskipun kemungkinan sangat lah kecil.

Bima keluar dari rumah dan pergi menggunkan ojek yang ada di pengkolan, malam kedua bekerja ia sudah melakukan sebuah kesalahan, lantaran sudah membuat Joilen lama menunggu sampai menghabiskan beberapa putung rokok di ruangannya, meskipun wanita itu tidak sendiri, namun ia tetap saja menginginkan Bima untuk menemaninya malam ini.

Ketukan pintu terdengar, Bima sudah tiba dan berharap jika ketukan pintunya dapat didengar oleh wanita yeng telah memberinya uang cuma-cuma tempo hari. Tak lama kemudian pintu terbuka, Bima nampak mengerutkan kening saat melihat Joilen bersama pria lain.

"Kau boleh pergi sekarang, dan ambil upahmu."

Begitulah kalimat yang didengar oleh Bima saat Joilen memerintahkan pria itu pergi, dan Pria tersebut benar-benar meninggalkan ruangan tersebut, melewati Bima yang masih bingung membalas tatapan sinis nya.

"Maaf, aku telah mengganggu mu, Nona,"

"Tidak masalah, mari duduk,"

"Ah, sepertinya dia adalah suamimu, seharusnya aku tidak mengetuk pintu ruangan ini tadi.

"Santai saja, dia bukan suamiku atau siapa-siapa bagiku, dia tak lebih hanya sekedar penghibur saat aku merasa dalam kekosongan."

Begitu lah jawaban wanita paruh baya itu pada Bima, duduk dan berhadapan langsung dengan Joilen adalah keputusan yang berat, apalagi wanita tersebut. mengharuskan Bima untuk menyesap putung rokok yang sudah ia nyalakan.

"Nona, aku ingin tahu pekerjaanku yang sebenarnyab, karena aku benar-benar tidak tahu apa pekerjaan ku yang sesungguhnya,"

"Aku sebenarnya tertarik padamu dari pandangan pertama kita bertemu, aku ingin kau menjadi simpananku, Bima,"

"Simpanan? Apa maksud mu, Nona?!"

"Ya, simpanan. Tepatnya kekasih simpananku, aku ini memiliki beberapa cabang bisnis klup malam, semua teman-temanku menganggap bahwa aku adalah wanita kesepian yang tidak pernah bisa mendapatkan kekasih selain hanya seorang laki-laki yang pandai menghabiskan uang ku,"

"Lalu, kau percaya padaku? Hahaha... Ini tidak lucu Nona, kita bertemu baru hitungan hari, bahkan kau sama sekali tidak mengenal diriku,"

"Aku tidak perlu tahu siapa dirimu, aku mengenalmu menurut falling ku."

Bima terdiam, nampak jelas saat ini siapa yang ia pikirkan. Ya, ia memikirkan Elisa, wanita yang sudah berstatus istri dalam hidupnya. Menerima tawaran Joilen artinya membuka pintu pengkhianatan.

Tanpa Bima sadari, jika saat ini Joilen sudah berada tepat di hadapannya, hingga membuat Bima tersadar jika wanita itu rupanya berani duduk di pangkuannya.

"Bima, aku akan membayar mu dengan jumlah yang sangat mahal, jika kau bersedia, dan berhasil membalaskan dendamku," ucap wanita itu dengan tatapan menghunus tajam.

"Apa masalahmu, Nona. Apakah seberat itu? Sampai membuatmu nekat seperti ini?" Bima sepertinya masih tidak percaya dengan tawaran Joilen.

Joilen tiba-tiba meletakkan jari telunjuknya di tengah bibir Bima, rupanya wanita itu tidak begitu suka dengan pertanyaan yang diajukan oleh Bima. Ia lebih memilih turun dari pangkuan dan duduk di kursi singgasana nya.

Menulis sebuah cek berjumlah lima belas juta, lalu menyodorkan pada Bima yang semakin bingung harus menerimanya atau tidak.

"Pulang lah, dan bawa cek ini, kau bisa memikirkannya semalaman, lalu kembalilah besok dengan kabar gembira," ucap wanita itu berharap.

"Bagaimana jika besok aku kembali dengan penolakan?" tanya Bima dengan tatapan serius.

"Kembalikan semua uang yang telah aku berikan padamu, karena aku akan melepas harapanku. Tapi, jika kau menerima nya, maka aku akan menjamin semua kebutuhan mu." tandas wanita itu sigap.

Di sepanjang perjalanan, nampak Bima berpikir keras karena ucapan Joilen yang benar-benar menguras energi. Bagaimana mungkin ia bisa memutuskan salah satu dari pilihannya sendiri.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Ternyata Suamiku Simpanan Tante-Tante   Part 43, Pemberian Bunga

    Elisa melangkah dengan semangat baru, di mana ia memberikan senyuman terbaiknya saat memasuki wilayah kantor, dengan memakai dress berwarna hitam, dan hills berwarna senada ia pun dengan percaya diri mengayunkan kedua kakinya. Tak hanya karyawan, bahkan Elisa membagikan senyumannya pada semua pekerja di kantor itu, mulai OB dan OG yang ia temui di jalanan menuju ruangannya, beberapa menit sudah berlalu, kini wanita tersebut membuka pintu ruangan setelah menoleh ke ruangan Hendy, namun rupanya pria itu belum datang. "Salamat pagi, semoga hari ini tetap semangat sampai sore." Begitu lah cara Elisa membahagiakan diri, mengucapkan kalimat positif saat ia memasuki ruangannya, tak lama setelah itu ia pun menutup kembali pintu dan berjalan menuju tempat duduk. Saat tiba di sana, Elisa dikejutkan dengan kehadiran setangkai bunga mawar yang masih segar, menoleh ke kanan dan ke kiri, lalu mulai ingat jika dirinya sedang berada di ruangan sendiri. "Eh, ini bunga siapa, kok ada di m

  • Ternyata Suamiku Simpanan Tante-Tante   Part 42, Bima Cemburu

    "Elisa, tunggu!"Sebuah suara menghentikan langkah kaki Elisa yang sengaja pergi dari tempat itu, karena ia mengenali suara yang memanggilnya beberapa detik yang lalu, akhirnya ia pun memutar tubuh lalu berhadapan langsung dengan Bima. Sebuah senyuman diberikan oleh Bima pada saat melihat wajah cantik Elisa yang telah berubah, wanita tersebut nampak sangat terurus setelah mereka resmi berpisah. "Ada apa Mas?" tanya Elisa menegur Bima yang terpaku dalam diam. "Emm, Elisa ... Kamu apa kabar? Lama kita tidak berjumpa," sapa Bima mengulas senyum salah tingkah. "Kabarku baik." jawab Elisa singkat. Bima yang tak mendapatkan senyuman penuh cinta seperti yang selalu Elisa berikan dulu, membuat pria itu menyadari jika wanita yang kini berada di hadapannya sudah bukan Elisa yang ia kenal, hingga membuatnya terlihat bingung akan membuka pembicaraan seperti apa. Meskipun tak dapat dipungkiri jika sebenarnya Bima sangat merindukan Elisa. "Emm, Elisa, sekarang kamu tinggal di mana?" tanya Bim

  • Ternyata Suamiku Simpanan Tante-Tante   Part 41, Bertemu Elisa di Kafe

    "Sayang, lebih baik sekarang kamu ke kantornya Hendy, bawa makan siang kek, atau segelas kopi, Mama pikir dia akan senang dan kebiakanmu akan terkesan di hatinya," usul Karin, wanita itu tidak hanya sudah jatuh hati pada Hendy, tetapi ada niat lain yang terselubung di hatinya. "Emangnya nggak papa ya Ma, seorang perempuan mendatangi laki-laki? Kayaknya kurang pantas, Ma," ucap Dewi yang merasa keberatan. "Sayang, kesempatan emas seperti ini jangan dilewatkan, nggak perlu takut atau gengsi, lagi pula keluarga Hendy itu udah seneng banget sama kamu, tinggal kamu taklukin hatinya Hendy," sahut Karin meyakinkan. "Ya udah, aku harus bawa apa, Ma." jawab wanita itu akhirnya setuju. Senyum pun terpancar, dengan semangat Karin mengajak Dewi pergi ke dapur, lalu mengajaknya untuk mengolah beberapa menu masakan yang akan ia bawa ke kantor, dan setelah selesai, Karin pun meminta Dewi untuk berdandan. Hampir menghabiskan waktu satu jam, kini Dewi sudah berpenampilan sangat cantik d

  • Ternyata Suamiku Simpanan Tante-Tante   Part 40, Tamu di Rumah Hendy

    "Untuk apa aku bersedih Hen, semua sudah hancur, kehilangan suami tidak sebanding dengan kehilangan seorang anak, aku bisa melewati masa sulit di saat aku kehilangan anakku, dan sekarang aku yakin, jika aku juga pasti akan bisa melewati masa sulit saat kehilangan suami," ucap wanita itu dengan tegarnya. "Kamu memang hebat Elisa, tidak salah Tuhan memilihmu untuk menerima ujian seperti, karena Tuhan tahu, kau sangat kuat dan berhati besar." tandas Hendy memberikan pujian. Elisa hanya mengulas senyum kecil kala mendengar segelintir pujian yang diucapkan tulus dari Hendy, seorang pria yang sudah menemaninya sejauh ini. Tanpa pamrih dan tanpa mengharap imbalan apapun. Wanita itu kini meminta Hendy untuk mengantarkannya ke rumah, ia ingin istirahat setelah melewati hari-hari yang cukup panjang nan melelahkan itu. ***Tibanya di rumah, Hendy sama sekali tidak menyadari jika di rumah mewah milik kedua orang tuanya itu sudah hadir seorang tamu yang sejak tadi menunggu kedatangannya, d

  • Ternyata Suamiku Simpanan Tante-Tante   Part 39, Mengantar Surat Perceraian

    Langkah kaki Bima kini tiba di rumah yang selama ini ia banggakan, di mana dulu ia yakin bahwa rumah itu akan mengantarkan kebahagiaan baginya pada pernikahannya dengan Elisa. Sampai ia lupa bahwa wanita yang ia nikahi tiga tahun yang lalu bukan lah wanita yang menggila akan harta dan kemewahan. "Bima, dari mana saja kamu?" Tiba-tiba sebuah pertanyaan menghentikan langkah kaki pria itu, menoleh ke belakang dan menyadari siapa yang telah menegurnya, siapa lagi kalau bukan Margaret. "Aku sedang mencari keberadaan Elisa Ma, dan aku berhasil menemukan dia tadi," ucap Bima mengulas senyum, pria itu bahkan lupa bahwa saat ini ia sedang berbicara dengan siapa. "Oh ya, lalu apa katanya?" tanya Margaret basa basi. "Aku ingin mengajaknya Elisa pulang, tapi Elisa tidak mau, aku juga sebenarnya ingin tahu di mana tempat tinggalnya, tapi Elisa juga menyembunyikannya dariku, bahkan Elisa bilang kalau dia sudah mengajukan gugatan cerai ke pengadilan." papar Bima merasa sangat kecewa.

  • Ternyata Suamiku Simpanan Tante-Tante   Part 38, Pergi ke Pengadilan Agama

    Elisa kembali ke kantor dengan perasaan yang tidak karuan, pertemuan tak sengaja dengan Bima membuat moodnya tiba-tiba berantakan. Ia sampai tidak sadar jika saat ini ada seorang pria yang sedang memperhatikan raut wajahnya yang ayu itu. Pria itu adalah Hendy, ia datang berniat untuk mengajak makan siang bersama, namun yang ia temui justru terlihat begitu banyak pikiran. Sampai tidak menyadari bahwa di ruangannya ada tamu. "Ehem!" Suara deheman akhirnya menyadarkan Elisa yang saat itu tengah menatap ke arah jendela dengan tatapan kosong, wanita itu mengulas senyum, setelah mengetahui jika Hendy sast ini sudah ada di hadapannya. "Hen, kamu dari tadi di sini?" tanya wanita itu. "Kurang lebih hampir lima menitan si, nggak dari tadi banget," ucap Hendy mengulas senyum. "Ada apa? Apa kita punya kerjaan hari ini?" tanya Elisa kembali. "Nggak ada, aku ke sini mau ngajak kamu makan siang, kamu belum makan, kan?!" tandas pria itu menatap Elisa dalam. Elisa yang menggeleng

  • Ternyata Suamiku Simpanan Tante-Tante   Part 37, Bertemu Elisa

    "Oh, jadi kamu memilih duduk di sini daripada menemani aku makan di dalam tadi," hardik Angga mengeratkan gigi gerahamnya dengan kuat. Pria itu menarik paksa pergelangan tangan Joylien hendak membawanya masuk ke mobil. "Auww Mas, sakit!" pekik wanita itu berusaha berlepas diri. Membuat Angga terlihat semakin geram, lantaran suara keras Joylien yang mengeluh sakit cukup kuat, sehingga orang-orang yang ada di sekitar nampak memperhatikan mereka berdua termasuk Bima, dari kejauhan pria itu sudah sangat geram, lantaran melihat selingkuhannya itu disakiti oleh pasangannya sendiri. Namun karena sudah mendapatkan perintah dari Joylien untuk tidak melakukan apapun, membuat Bima akhirnya tetap diam di tempat duduknya, menahan emosi dan rasa kesal yang ada di hatinya. "Pulang, atau aku akan membuatmu lebih sakit dari ini," bisik pria itu dengan tatapan menghunus tajam. "Ya, aku pulang kok, tapi jangan kayak gini dong Mas, sakit," ucap Joylien enggan jika suaminya itu memperlakuka

  • Ternyata Suamiku Simpanan Tante-Tante   Part 36, Tersiksa Saat Suami Datang

    "Joylien!" Suara Angga memecah gendang telinga, pria itu nampak tidak sabar menunggu kedatangan sang istri untuk melayaninya, sehingga ia memilih mencari dan akhirnya menemukan Joylien di dapur. Dengan kasar Angga menarik rambut istrinya sehingga` membuat waita itu mendngak ke atas dan menahan skit "Auuw, Mas ... sakit," rintih wanita itu menahan pergelangan tangan Angga. "Sakit kamu bilang! Ini akibatnya kalau kamu nggak pasang telinga, aku sejak tadi sudah berteriak memanggil kamu, tapi kamu sama sekali tidak mendengar, kamu sengaja agak aku marah kan sama kamu, kamu rindu kan dengan siksaa ini" ucap pria gila itu yang terus menarik rambut Joyien tanpa henti. "Nggak Mas, aku nggak sengaja, kamu liat sendiri kan kalau aku lagi masa, tolong Mas, jangan siksa aku seperti ini." Joylien memasang wajah melas berharap jika suaminya itu bisa melepaskan dirinya. Karena melihat di sekelilng jika saat itu Joylien memang sedang menyiapkan makanan, akhirnya ia pun berusaha meredam ama

  • Ternyata Suamiku Simpanan Tante-Tante   Part 35, Kedatangan Tamu

    Telpon berdering beberapa kali, membuat Margaret merasa kesal lantaran Joylein selalu saja menjadi pengganggu saat dimana dirinya sedang membutuhkan Bima. "Nggak usah diangkat!" perintah wanita itu dengan nada tinggi. "Kenapa Ma, aku harus angkat dulu telpon dari Joylien, dia nyari aku pasti karna aku gak masuk kerja beberapa hari ini," ucap Bima yang hendak bangkit dari tempat tidur. "Bima, meskipun kamu tidak mendapatkan pemasukan dari wanita itu, tapi kamu dapat pemasukan dari Mama! Sama saja kan, itu," celetuk Margaret kesal. "Iya aku tahu, tapi Joylien perlu tahu kenapa aku nggk masuk kerja beberapa hari ini." sergah Bima masih saja dengan pendiriannya. Margaret menghela nafas berat, rasanya ia sangat kesal ketika perintahnya sama sekali tidak didengar oleh Bima, tatapan mata wanita itu berpaling ketika Bima mulai meraih benda pipih miliknya dan pergi setelah telepon itu terhubung. Joylien nampak mencaci Bima lewat sambungan telpon, lantaran sudah beberapa hari

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status