Share

Bab 5: Hantu

 "Mel, ibu kos yang udah meninggal nelepon aku, Mel. Aku angkat enggak ya?" tutur Dinda begitu sadar dari lamunannya.

Dengan cepat, ia menyerahkan ponsel miliknya dan menunjukkan layar ponsel yang terpampang sangat jelas nama pemilik indekos.

"Eum ... bisa jadi itu salah satu keluarganya. Kamu terakhir ada komunikasi enggak sama ibu kosan kamu itu?" Amel memberikan rasa tenang ada Dinda, sehingga ada keberanian yang langsung muncul dan memutuskan untuk mengangkat telepon tersebut.

Dinda memencet tombol berwarna hijau, yang menandakan jika panggilan tersebut ia terima. Meskipun dirinya masih ada sedikit rasa takut dan juga khawatir, tetapi sebisa mungkin ia menepis semua hal tersebut.

Bukan hanya Dinda saja yang akan mendengarkan pembicaraan dari telepon tersebut, tetapi Dinda memang sangat sengaja untuk mengaktifkan loudspeaker. Tentu saja supaya Amel juga dapat mendengar apa yang akan dibahas.

"Tolong ...." Suara tersebut yang pertama kali didengar, baik oleh Dinda dan juga Amel. Keduanya langsung saling bertatapan dan seketika bulu kuduk mereka berdiri.

"Dinda ... tolongin Ibu." Suara yang sangat parau, penuh kesedihan dan seperti ada ketakutan di sana.

Namun, percayalah, Dinda dan Amel lebih merasakan takut, pasalnya ia baru pertama kali ini mendapat telepon dari seseorang yang bahkan sudah tidak bernyawa.

Tak ingin membuang waktu lebih lama lagi untuk mendengar panggilan telepon tersebut, dengan segera Amel mematikan panggilan itu dan menatap ke arah Dinda penuh pertanyaan.

"Sekarang, aku minta kamu tolong jelasin ke aku, ada apa ini sebenarnya? Ibu kos kamu itu udah enggak ada di dunia karena apa? Kenapa dia sampai bisa minta tolong ke kamu kayak tadi?" pinta Amel, nafasnya terengah-engah.

Seakan-akan ia baru selesai berlari, padahal hanya karena rasa takut yang sudah mendominasi dan juga banyaknya pertanyaan yang dilontarkan pada Dinda tanpa jeda.

Tak ada jawaban yang diungkapkan oleh Dinda, tetapi tangannya langsung bergerak untuk menunjukkan isi chat dengan ibu kos. 

Dinda menyerahkan ponsel itu, dengan maksud supaya Amel membaca sendiri isi chat yang mungkin saja bisa langsung dapat diketahui alasannya.

Namun, hal yang janggal dan menyeramkan kembali terjadi. Tiba-tiba saja ada satu pesan berupa voice note dari Tanti.

"Dinda ..., Ibu mau minta tolong ke kamu, hihihi! Kembali ke kosan ini lagi ya!" Amel iseng untuk memutar isi dari voice note tersebut, tetapi yang keluar justru suara menakutkan seperti itu.

Hal itu tentu saja membuat Amel spontan langsung melempar ponsel tersebut, untung saja melemparnya ke arah tempat tidur. Kalau sampai ke lantai, bukan hanya hantu saja yang menangis, tetapi Dinda juga langsung bersedih.

Namun, anehnya adalah suara tersebut hanya bisa didengar dengan sangat jelas oleh Amel saja, sedangkan Dinda tidak dapat mendengar apa pun. Sangat mengherankan, bukan?

Maka dari itu, di saat Amel dengan sangat mudah untuk melempar ponsel, membuat Dinda merasa sangat heran dan menatap Amel penuh dengan pertanyaan.

"Amel, kamu ngapain sih lempar ponsel aku gitu aja? Kan aku ada di sini, kalau kamu udah baca isi chatnya, ya balikin ke aku lagi dong. Kok kamu malah ngelempar sih, untung aja bukan ke lantai," omel Dinda, tetapi Amel hanya menggelengkan kepalanya saja.

"Aku belum sempet buat baca chat itu, tapi tiba-tiba ada satu voice note di situ dan aku putar, tapi suaranya beneran nyeremin. Makanya aku tadi langsung ngelempar gitu aja. Maaf ya." Amel merasa sangat tak enak, tetapi ia sendiri juga tidak paham akan apa yang terjadi padanya barusan.

Mendengar perkataan dari Amel, membuat Dinda langsung mengambil ponsel miliknya dan melihat room chat dirinya dengan Tanti. Tentu saja untuk memastikan, jika ucapan Amel barusan benar atau tidak.

"Hasilnya? Tentu saja tidak ada. Sama sekali tidak ada pesan yang terbaru untuk hari ini. "Mana? Enggak ada apa-apa kok, kamu halusinasi mungkin, Mel."

 "Hah? Itu Dinda, ada di situ. Kamu liatnya jangan chat dari yang lain dulu, tapi chat dari ibu kos kamu dulu tuh!" Amel kekeh dengan apa yang ia utarakan, karena memang begitu adanya.

 Dinda yang kesal pun langsung menyerahkan ponselnya lagi, tetapi kali ini Amel hanya melihatnya saja tanpa ada niat untuk menyentuh lagi.

"Kamu gak bercanda, kan?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status