Share

Bab 6: Takut

 "Mana coba? Enggak ada, kan?" tanya Dinda balik.

 "Tapi, aku yakin banget kok sumpah, Din. Aku ngeliat sendiri ada pesan bentuknya itu voice note, tapi pas aku puter suaranya itu nyeremin. Emang kamu enggak denger apa pun? Aku dengerinnya pake suara yang full loh."

 Amel menjelaskan hal itu, dengan kedua mata yang menoleh kanan dan kiri, memastikan jika di dalam indekosnya tak ada hal-hal yang menakutkan lagi. Pasalnya, ia baru pertama kali ini mendapati hal-hal yang ghaib seperti itu.

 Tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Amel, Dinda hanya menggelengkan kepala saja. Setelah itu ia memilih untuk meletakkan ponsel miliknya begitu saja.

 "Jadi, ibu kos aku itu enggak ada karena hantu. Eits, tapi ini baru dugaan aku aja ya, karena yang terakhir interaksi sama ibu kos, ya hantu itu," tutur Dinda, mulai bercerita tentang apa yang menimpa Tanti.

 "Hantu?"

 "Iya, jadi ceritanya itu tadi kemarin siang ditemuin jasad perempuan cantik yang gantung diri di dalam kamarnya. Enggak jauh kok kamarnya dari kamar aku, tapi masalahnya adalah tadi malem aku ngeliat sendiri dia ada di depan kamarnya ibu kos."

 "Tadi malem itu enggak ada yang di indekos, cuman ada tiga orang sama aku kalau enggak salah. Ditambah ibu kos, jadi ada empat, masing-masing ada di dalam kamar, tapi aku tau kalau dari tadi ibu kos itu ada di ruang tamu."

 "Nah, setelah aku denger suara ketawa yang kenceng banget, ibu kos langsung nutup pintu kamar dan aku yakin ibu kos udah masuk kamar."

 "Abis itu semuanya hening, tapi tiba-tiba aja pintu kamar aku diketuk. Enggak tau sama siapa, tapi logika aku udah jalan, karena kan ibu kos juga tadi udah nutup pintu, rasanya enggak mungkin kalau itu ibu kos aku, kan?"

 Amel menganggukkan kepalanya, sangat sabar sekali mendengar cerita dari Dinda, meskipun ia harus berkali-kali mengusap tengkuknya karena merasa sedikit merinding. "Tapi, kamu enggak sampai buka pintu kamar kan?"

 "Ya enggak dong, aku juga mikirnya itu tuh hantu perempuan yang tadi bunuh diri. Abis itu aku ngedenger ketukan pintu di kamar yang lain, aku enggak tau pasti itu ada di mana, tapi yang pasti ngetuknya agak keras."

 "Nah, sialnya itu aku ngedenger sahutan dari ibu kos, kalau dia nanyain siapa yang ngetuk pintu. Di situ aku udah deg-degan banget sumpah. Ternyata bener dong, besoknya ibu kos ditemukan udah enggak bernyawa."

 "Hantu bisa sampai bunuh orang kah? Kalau iya, kok serem banget ya." Amel diam, ia tidak bisa membayangkan bagaimana jika dirinya yang berada di posisi Tanti. Pasti sangat menyeramkan.

 Dinda dan Amel sama-sama diam, mereka sibuk dengan pemikiran masing-masing. Apalagi Dinda, ia kembali terbayang bagaimana kejadian semalam dan bagaimana ia melihat keadaan jasad dari Tanti.

 Cara tewasnya Tanti juga sama persis dengan apa yang dilakukan oleh Leni. Benar-benar sama, hingga luka memar di bagian leher pun sama.

 "Tunggu. Apa korban selanjutnya itu kamu ya, Din?" celetuk Amel, yang tentu saja langsung terkena cubitan dari Dinda.

 "Kamu tuh ya, kalau ngomong suka asal keluar aja sih. Nyebelin banget! Emang kamu mau aku yang jadi korban selanjutnya, terus aku terror kamu deh." Dinda tertawa dengan sangat puas, kala ia mendapati raut wajah Amel yang mulai ketakutan.

 "Mau tau enggak, hantu itu ketawanya kayak gimana?" Dinda kembali mencoba untuk menakut-nakuti Amel, tetapi suara notifikasi yang berasal dari ponsel milik Dinda langsung membuat mereka berdua saling bertatapan.

 Tanpa ada suara dari mereka berdua, Dinda langsung meraih ponsel miliknya yang sedari tadi diletakkan begitu saja. "Ada notifikasi lagi, dari Bu Tanti."

 "Ibu kos kamu itu lagi?" Dinda mengangguk, membenarkan pertanyaan dari Amel barusan.

Secara otomatis, bulu kuduk mereka berdua langsung berdiri. Rasanya sangat tak bisa diungkapkan dengan kata-kata, tetapi tangan kanan Dinda tetap bergerak untuk membuka notifikasi tersebut.

"Kamu bisa liat kan, kalau ini ada pesan dari Bu Tanti? Bukan aku aja kan yang bisa ngeliat?" 

Amel menganggukkan kepala, kala ia sudah melihat dengan jelas jika menang benar ada satu pesan dari Tanti. Namun, ia sudah parno sendiri karena memang sudah memiliki pengalaman menyeramkan.

Layar ponsel milik Dinda saat ini tengah berada di room chat dengan Tanti, memang benar ada satu pesan terbaru, dengan bentuk voice note, tetapi Dinda sama sekali tak berani untuk memutar voice note tersebut.

Entah, keberanian dari mana datangnya, tiba-tiba saja tangan Amel bergerak menyentuh untuk memutar pesan voice note tersebut.

"Nak Dinda...."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status