Share

Bab 4: Hal Janggal

"Kamu enggak kenapa-kenapa kan, Din?" Pertanyaan Amel memecah keheningan di antara mereka berdua, pasalnya memang sedari tadi Amel sudah merasa sangat penasaran. Namun, Dinda tak kunjung membuka suara, untuk dapat menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.

"Alhamdulillah, aku enggak kenapa-napa kok, tapi ibu kos aku, Mel." Jawaban yang diutarakan oleh Dinda barusan menggunakan nada bicara yang sangat lemah.

Hal itu tentu saja membuat Amel merasa sangat aneh, tetapi ia hanya bisa memastikan temannya itu lewat kaca spion motornya saja. 

Sebenarnya, ia terkejut dengan jawaban tadi, tetapi Amel memiliki inisiatif untuk tidak mengutarakan pertanyaan apa pun, sampai nanti Dinda sendiri yang bercerita.

 ******   

"Ibu kos ... udah enggak ada. Jujur aku kaget dan enggak nyangka banget, orang yang udah aku anggap kayak orangtua aku sendiri, justru pergi dengan begitu cepet," gumam Dinda, sangat menyiratkan kesedihan sekali.

Amel mendengarkan apa yang dituturkan oleh Dinda, dengan pandangan yang tetap fokus pada lalu lintas. Tak ada sahutan apa pun dari Amel, di sisi lain Dinda juga tengah sibuk dengan pikirannya sendiri.

Di saat perjalanan untuk menuju ke indekos yang ditempati oleh Amel, di dalam pikiran Dinda selalu saja ada bayangan saat-saat di mana ia melihat sendiri bagaimana hantu tersebut berada tepat di depan kamar Tanti.

Membayangkan hal yang seperti itu lagi, mampu membuat Dinda langsung merinding dan segera menolehkan ke arah sekitar. 

"Kamu kenapa sih, Din? Ini udah sampai di kosan aku kok," ucap Amel, memberi tahu, saat dirinya mendapati wajah Dinda yang terlihat sangat tidak tenang.

"Aku takut, Mel, takut banget."

"Takut? Takut kenapa? Ibu kosan kamu enggak adanya karena apa sih?" tanya Amel, seraya turun dari motor dan mencabut kunci motor miliknya tersebut.

Terlihat wajah Dinda masih merasa ketakutan, dengan pandangan kedua mata yang terus saja menelisik ke segala penjuru. Amel yang mendapati temannya seperti itu, tentu saja ikut merasa sangat bingung.

Amel kasihan. Ia segera menggenggam tangan kanan Dinda dan berucap, "Udah yuk, kita langsung masuk ke kamar aku aja."

Tak ada penolakan dari Dinda, perempuan itu langsung menganggukkan kepalanya dan ikut melangkahkan kaki, sesuai dengan langkah kaki dari Amel.

Namun, sepanjang perjalanan untuk menuju ke kamar Amel, Dinda terus saja menatap ke arah sekitar. Ada rasa was-was dan juga khawatir akan apa yang ia temui nantinya.

"Yuk masuk!" ajak Amel, kala dirinya sudah terlebih dulu masuk ke dalam kamar indekosnya, sedangkan Dinda masih terdiam dan tidak bergerak sama sekali.

"Ih, Dinda! Kamu jangan kebanyakan bengong gini dong, aku jadinya takut sendiri sama kamu. Yuk masuk dulu, abis itu kamu boleh cerita tentang apa aja yang mau kamu ceritain." 

Dinda tersadar dari rasa takutnya itu. Masuk ke dalam kamar indekos Amel dengan mengucap salam terlebih dulu, setelah itu mengulas senyum.

"Kosan kamu nyaman ya, Mel," gumam Dinda, membuat Amel langsung menolehkan kepalanya dan langsung tersenyum.

"Iya, Alhamdulillah. Aku juga betah kok ngekos di sini. Apa kamu juga mau pindah kosan ke sini juga?"

"Enggak ah, sayang banget. Di sana aku udah bayar sampai buat tahun depan, udah gitu pemilik kosannya udah enggak ada, terus aku mau minta ganti ruginya ke siapa coba." Dinda mengembuskan napasnya pelan.

Kembali melihat ke arah sekitar, terbesit rasa ingin pindah tempat indekos, tetapi itu sangat tidak mungkin. Saat tengah melamun seperti itu, tiba-tiba saja Dinda mendapat suatu notifikasi yang entah dari siapa.

Karena memang merasa tidak terlalu penting, maka dari itu Dinda mengabaikan notifikasi itu dan memilih untuk berucap, "Kamu mau tau enggak, Mel, kenapa pemilik kosan yang aku tempati itu enggak ada?"

Tentu saja Amel langsung menganggukkan kepalanya dengan sangat antusias, tetapi baru saja Dinda akan membuka mulut untuk memulai bercerita, terdengar dering telepon dari ponsel milik Dinda.

"Siapa sih yang nelepon? Tumben banget deh ada yang nelepon aku." Dinda terkekeh, lalu ia segera mengambil ponsel miliknya yang berada di dalam saku celana, lalu melihat nama yang tertera di layar.

Namun, alangkah terkejutnya Dinda, kala ia mendapati nama 'Bu Tanti' pada layar ponsel miliknya itu. 

Dinda tak dapat mengeluarkan satu patah kata pun, tetapi kedua mata Dinda langsung menatap ke arah Amel penuh dengan rasa takut yang tak dapat dijelaskan.

Amel yang bingung dengan Dinda, tentu tak dapat melakukan apa pun. Ia menatap wajah Dinda saja, dengan tatapan bertanya-tanya. Namun, semakin lama, dia takut dengan keadaan sahabatnya itu.

 "Dinda!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status