Share

Kemarahan Laela.

Penulis: iva dinata
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-01 22:52:30

"Apa yang kamu lakukan di sini?" Laela menatap tajam Ammar.

Gio mendesah lalu segera mendekati sepupu ibunya itu. "Bunda masuk dulu ya," ucap Gio mengambill alih tangan Laela dari pegangan Samudra. "Minggir!" sentaknya mendorong adik kandung Ammar.

Renjana segera mengambil posisi membantu Gio menuntun Laela di sisi satunya.

"Lain kali Bunda jangan ikut orang asing. Kita baru aja mau berangkat jemput Bunda," tambah Gio sambil menuntun Laela.

"Tunggu sebentar!" Laela menghentikan langkahnya. Tangannya menunjuk Ammar. "Untuk apa dia di sini? Apa dia datang untuk mengancam kalian?" tanyanya dengan sorot mata penuh kebencian.

"Bunda masuk dulu, nanti kita bicara di dalam." Renjana membujuk Laela. Namun wanita yang abru keluar dari rumah sakit itu tak mau mengangkat kakinya. Tatapan kebencian sekali menyala dari kedua matanya.

"Sepertinya Ammar sudah mendapatkan maaf dari Ana. Dan mereka akan kembali bersama," sahut Samudera.

Seketika Laela menoleh pada Renjana. "Apa itu
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Nazilah Hakiki
please double up
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Terpaksa Aku Menjadi Orang Ketiga   Menikahi Raline.

    "Apa kamu bilang? hamil?" tanya Ammar. "Kenapa? Jangan bilang kamu masih belum bisa merelakan Raline?" kata Samudra sinis. Ammar tertawa remeh. "Sama sekali tidak," jawabnya. "Kalau kalian saling cinta silahkan. Tapi seingatku wanita yang kamu bawa itu pernah mengatakan kalau dirinya mandul." Raline mengerutkan dahi, berpura-pura bingung. "Tidak," kataya sambil menggelengkan kepala. "Aku tidak pernah aku mandul. Memangnya kapan aku bilang begitu, Mas? Kita bahkan tidak pernah bertemu." Ammar ingin bicara namun diurungkannya. Tidak mungkin menceritakan pertemuannya dengan Raline dingedung kosong itu. Yang ada akan memperkeruh siatuasi. "Ma, itu kan Tante yang datang ke sekolah aku." Ayu menarik lengan baju Renjana sambil menunjuk Raline. "Sssttt... kalau orang dewasa bicara, Ayu diam ya sayang.." bisik Renjana. Samudra tersenyum remeh. "Kenapa? Ayo jawab kapan Raline mengatakan itu?" tantang Samudra. "Maaf, tapi Raline juga pernah mengatakannya padaku?" sahut Renjana. "

  • Terpaksa Aku Menjadi Orang Ketiga   Keegoisan.

    "Putriku bukan lagi wanita single yang hanya bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Tapi kini dia seorang ibu yang harus memikirkan perasaan dan masa depan anaknya," ucap Akmal dengan tatapan kecewa pada Laila yang hanya menundukkan kepalanya. Di ruang tengah rumah keluarga Fahrezi itu nampak tiga orang dewasa yang sedang duduk diam sambil berusaha menekan emosi yang bergemuruh di dalam dada. Setelah beberapa menit yang lalu terjadi perdebatan yang menguras emosi saat Renjana hendak berangkat memenuhi undangan makan malam dari Rosa Amalia, mantan mertuanya. Seperti biasanya, Laela akan menggunakan nama almarhum putranya untuk menekan Renjana supaya menuruti permintaannya. "Aku tidak akan lupa sebaik apa almarhum putramu pada Ana dulu. Tapi kamu juga harus ingat seperti apa perjuangan putriku untuk menyembuhkanmu," tambah Akmal yang seketika membuat Laela menoleh. Rahang wanita itu mengeras. Dari tatapan matanya tersirat kemarahan yang tersembunyi dibalik air mata yang su

  • Terpaksa Aku Menjadi Orang Ketiga   Kemarahan Laela.

    "Apa yang kamu lakukan di sini?" Laela menatap tajam Ammar. Gio mendesah lalu segera mendekati sepupu ibunya itu. "Bunda masuk dulu ya," ucap Gio mengambill alih tangan Laela dari pegangan Samudra. "Minggir!" sentaknya mendorong adik kandung Ammar. Renjana segera mengambil posisi membantu Gio menuntun Laela di sisi satunya. "Lain kali Bunda jangan ikut orang asing. Kita baru aja mau berangkat jemput Bunda," tambah Gio sambil menuntun Laela. "Tunggu sebentar!" Laela menghentikan langkahnya. Tangannya menunjuk Ammar. "Untuk apa dia di sini? Apa dia datang untuk mengancam kalian?" tanyanya dengan sorot mata penuh kebencian. "Bunda masuk dulu, nanti kita bicara di dalam." Renjana membujuk Laela. Namun wanita yang abru keluar dari rumah sakit itu tak mau mengangkat kakinya. Tatapan kebencian sekali menyala dari kedua matanya. "Sepertinya Ammar sudah mendapatkan maaf dari Ana. Dan mereka akan kembali bersama," sahut Samudera. Seketika Laela menoleh pada Renjana. "Apa itu

  • Terpaksa Aku Menjadi Orang Ketiga   Menjelaskan.

    "Ok, deal. Aku pegang kata-katamu." Ammar menjabat tangan Renjana. Renjana melongo, menatap keheranan pada pria yang beberapa menit yang lalu menangis tersedu-sedu. "Kamu nggak papa, Mas?" tanyanya. Masih dengan posisi berlutut, Ammar memandang Renjana dengan sorot mata berbinar. "Nggak papa. Selama kamu tidak bersama pria lain. Semuanya baik-baik saja," jawabnya. Renjana mendengus kasar, dalam hati mulai berpikir apa mungkin kejiwaan Ammar belum sepenuhnya kembali normal? Renjana masih ingat, Mantan ibu mertuanya pernah bercerita, Ammar pernah mengalami gangguan kejiwaan setelah mendengar berita kematian Renjana empat tahun lalu. "Kamu harus mengingat kata-katamu hari ini, jangan sampai mengingkarinya. Kamu tidak akan membuka hati untuk siapapun, aku juga sama. Kita fokus membesarkan Ayu saja," ucap Ammar dengan nada tegas. "Kamu sekarang aneh, Mas." Dimata Renjana, mantan suami itu tidak seperti Ammar yang dikenalnya dulu. Pria tampan yang berpikrian rasional. "Aneh

  • Terpaksa Aku Menjadi Orang Ketiga   Cemburu.

    "Tidak. Hari ini kita akan mati bersama. Aku tidak sanggup melihatmu bersama pria lain." "A-pa?" pekik Renjana kaget. "Kamu ngomong apa sih, Mas? Pria lain, maksudmu siapa?" Ammar tak menjawab, matanya fokus ke jalanan di depannya. Pedal gas ditekannya lebih dalam. Mobil pun melaju lebih cepat. Seketika Renjana menjerit. "Mas..... Kumohon berhenti...." Sesekali Renjana memjamkan matanya, saat mobil hampir menyenggol kendaraan lain. Lalu lintas sore sedang padat orang pulang kerja. Renjana menarik nafas panjang, berusaha untuk tenang. Berpikir apa yang mungkin membuat Ammar marah. Namun mungkin karena panik, otaknya tak bisa menemukan satu saja alasan. "Ya Alloh.... Mas, ingat Ayu... Kalau kita mati bagaimana Ayu? Dia masih butuh kamu, Papanya. Juga aku, Mamanya." Saat genting yang ada dibenaknya hanya putrinya. Ammar terkesiap, wajah sang putri langsung membayang di matanya. "Ayu," gumamnya pelan. "Iya Mas, ingat Ayu. Dia masih membutuhkan kita," kata Renjana. "

  • Terpaksa Aku Menjadi Orang Ketiga   Raline dan Samudra.

    "---.Aku dan Raline sedang menjalin hubungan," sahut Samudra. Renjana terkejut, matanya membola seakan tak percaya. "Doakan kami supaya hubungan kami bisa sampai akad nikah?" pinta Raline dengan senyum manis. Renjana bergeming, hanya memandangi dua sejoli yang saling bertukar senyum di depannya itu dengan dahi berkerut. Sehebat itukah pesona seorang Raline? Bahkan Samudra yang dulu membencinya bisa diaklukkannya. "Kamu mengenal mereka?" Kendra berbisik sambil memegangi lengan Renjana. "Iya," jawab Renjana. "Dulu, kami satu kampus," "Oh....," Kendra mengangguk. Pandangannya tak lepas dari wajah Samudra yang menurutnya tak asing. "Siapa dia, Ana?" tanya Samudra menunjuk Kendra. "Teman Kak Gio," jawab Renjana sengaja menyebut nama kakaknya. "Ana, kamu nggak mau doain kami?" Raline meraih tangan Samudra dan menggenggamnya erat. "Ya, semoga hubungan kalian membawa kebaikan," ucap Renjana dengan ekspresi datar. Senyum di wajah Raline seketika lenyap. "Maks

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status