Terpaksa Aku Menjadi Orang Ketiga

Terpaksa Aku Menjadi Orang Ketiga

last updateLast Updated : 2025-05-31
By:  iva dinataUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
2 ratings. 2 reviews
65Chapters
7.4Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Demi menyelamatkan keluargaku dari kebangkrutan, aku dipaksa menerima perjodohan dengan Mas Ammar, pria yang diam-diam kucintai dan juga kekasih sahabatku. Namun, semua orang justru menuduhku pengkhianat dan perempuan gila harta--termasuk Mas Ammar. Aku lelah dianggap orang ketiga dalam pernikahanku sendiri. Dapatkah aku menyerah sekarang?

View More

Chapter 1

Perdebatan.

"Maaf, Mas. Tadi, Mama telepon meminta kita makan siang di tempat Oma Rumana."

Tengah malam, kuberanikan diri untuk berbicara pada Mas Ammar yang kebetulan baru tiba di rumah.

Meski takut menghadapi sikap dingin pria berstatus suamiku itu, aku tetap melakukannya.

Sebab sejak sore tadi, mama mertuaku sudah memperingatkan agar kami pergi bersama ke sana.

Katanya, Oma sudah sangat rindu dengan kami. Dan jika aku gagal mengajak Mas Ammar, mertuaku itu akan membuat perhitungan denganku.

Namun, Mas Ammar justru menatapku dingin. “Renjana Zuhayra, apa Kau tak lelah melakukan ini semua?"

"Ma-af, Mas?" tanyaku belum paham maksud ucapannya.

"Jangan pura-pura tidak mengerti, Renjana. Kau tahu kan, aku adalah kekasih Raline, tapi dengan sengaja Kau tetap menerima perjodohan ini? Bahkan sekarang, Kau mencoba memanfaatkan Oma dan Mama demi mendapatkan perhatianku."

Kuhela nafas panjang, menahan rasa sakit yang mendera dalam dada. Tanpa dia mengungkitnya aku sudah tahu Raline cinta matinya. Jadi, tak perlu mengulang kalimat yang sama berulang kali.

Raline adalah sahabatku dan juga kekasih Ammar.

Kami begitu dekat sejak masih duduk di bangku sekolah. Bahkan saat tahu Raline menyukai Ammar, aku memilih mengalah dan menjauh dari keduanya meski aku juga diam-diam mencintai pria di hadapanku ini.

Tapi, takdir sungguh tak mampu dilawan.

Entah bagaimana, keluargaku bangkrut dan butuh bantuan keluarga Mas Ammar. Oma Romana pun setuju membantu kami, tetapi aku harus menikahi Mas Ammar sebagai jaminan.

Awalnya, aku menolak karena tidak mau menjadi orang ketiga di antara Mas Ammar dan sahabatku.

Sayangnya, fakta bahwa aku adalah anak dari wanita simpanan Papa, membuatku tak kuasa menolak. Sebagai baktiku aku harus mengorbankan diri demi keluarga kami.

Tak hanya itu, Mama Salwa–istri sah papaku itu bahkan berani menggunakan cara ekstrem. Dia sampai menyuruh orang untuk mencelakai Arfan, sahabatku sejak kecil, satu-satunya pria yang dekat dan peduli denganku.

Arfan bahkan meninggal tepat seminggu sebelum hari pernikahanku dalam sebuah kecelakaan yang memang sudah direncanakan Mama Salwa demi memaksaku untuk menyetujui perjodohan ini.

Semua dilakukan Mama Salwa agar aku tak kabur, termasuk dengan mengancam akan menyakiti Bunda Laila, ibunya Arfan.

Jika bukan karena janjiku untuk merawat ibu dari Arfan, aku sudah pasti menyusul sahabatku itu…

Tapi, meski kujelaskan pada Mas Ammar pun percuma, pria itu tak akan percaya.

“Maaf….” Pada akhirnya, hanya itu yang mampu kukatakan. Aku sudah sangat lelah dengan ini semua.

Namun entah mengapa, Mas Ammar justru menatapku semakin tajam. "Maaf katamu? Apa kamu sadar karena kamu, aku dan Raline harus menderita? Karena keegoisanmu, aku dan Raline tidak bisa bersatu!"

Kali ini, aku kehilangan kata-kata. Tapi apa yang dikatakannya tidak sepenuhnya benar.

Dia selalu menyalahkanku. Tapi nyatanya, apakah Mas Ammar sendiri yang tak mau memperjuangkan cintanya? Kenapa tidak dirinya saja yang menolak?

"Bukan karena aku, tapi karena Mas sendiri yang tidak mau memperjuangkan Raline," ucapku tak terima, "Harusnya dari awal Mas yang menolak perjodohan kita. Mengusirku dari hubungan kalian, tapi Mas—"

Kalimatku tertelan kembali kala melihat rahang Mas Ammar mengeras dengan kedua tangannya mengepal. Seketika, aku mendadak takut.

"Baik, detik ini juga aku mengusirmu!” sentaknya menatapku nyalang, “Pergilah dan cepat ajukan perceraian!"

Mengajukan perceraian?

Mana mungkin? Jika aku yang mengajukan cerai, bisa-bisa Mama Salwa kembali menyakiti orang lain yang kusayangi!

"Maaf aku tidak bisa," kataku.

"Lihatlah!" Mas Ammar tersenyum remeh. "Kau memang wanita tidak tahu malu dan pembawa sial. Pantas saja, Arfan meninggal. Pria bodoh itu pasti menyesal karena sempat jadi kekasihmu"

Deg!

"Jangan membawa-bawa namanya. Kau boleh menghinaku tapi jangan dia!"

Dadaku terasa bergemuruh, marah dan tidak terima. Entah mengapa, Mas Ammar selalu mengira bahwa Arfan adalah kekasihku.

Belum lagi, pria ini terus saja menyangkut pautkan Arfan dalam masalah kami?

"Luar biasa!" seru Mas Ammar sambil terkekeh. "Jika kamu secinta itu padanya, kenapa kamu meninggalkannya dan memilih menikah denganku?"

"Karena wanita tak tahu malu ini lebih cocok dengan pecundang sepertimu," balasku kesal. Jika biasanya aku diam, kali ini aku tidak terima.

"Beraninya kamu," geram Mas Ammar dengan wajah memerah padam.

Brakkk!

Pria itu membanting keras tas kerjanya ke atas meja ruang tamu membuat benda hancur. Pecahan beling dari meja kaca itu berhamburan dan salah satunya mengenai betisku. Perih.

Dengan menggigit bibir bawahku aku menahan rasa sakit dan perasaan takut yang mulai membuat kedua kakiku gemetaran. "Akan kulakukan apapun, termasuk menutupi hubunganmu dan Raline."

“Tapi soal perceraian, aku tak bisa,” jawabku lugas, “kecuali jika kau sendiri yang menceraikanku.”

Ya. Hanya itu satu-satunya cara supaya kami berhenti saling menyakiti dan semua ini berakhir.

"Jangan berani mengaturku!" ujarnya. "Sekarang kembali ke kamarmu!!!" perintahnya tegas.

Mas Ammar tampak menahan amarahnya. Kedua tangannya mengepal di kedua sisi tubuhnya.

Entahlah, aku tak tahu mengapa perdebatan selesai setiap kali kuminta ia menceraikanku.

Namun, segera aku bergegas pergi dari sana, takut memancing emosi Mas Ammar lebih besar lagi. Saking takutnya aku langsung mengunci pintu kamarku.

"Astaghfirullah....." gumamku sambil memegangi dad* menahan tangis.

Lagi dan lagi kutahan rasa marah, kecewa, dan sedih yang bercampur menjadi satu di dalam dada.

Sayangnya, belum sempat menormalkan degup jantung, bunyi ponsel di dalam saku membuatku tersentak.

[Mama Salwa memanggil]

Ya, Tuhan... ibu sambungku tidak akan menelpon jika tidak ada yang dia inginkan. Kali ini apa lagi?

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Inne Dara
seru.. lanjutkan thor
2025-04-20 00:53:19
1
user avatar
Kheyra Store
cerita yang menarik
2025-04-14 00:50:48
1
65 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status