Share

Aku lelah, Mas!

Pov Emak

Ketika seorang ibu melihat rumah tangga anaknya tidak baik baik saja, apa yang di rasakan,? Sedih sudah pasti,!

Dan itu yang kurasakan sekarang, melihat anakku yang harus berjuang agar rumah tangga yang di bangunnya tidak roboh di tengah jalan. Ketika Siti masih kecil dan Bapaknya belum meninggal, kami adalah keluarga yang cukup berada.

Dan waktu berlalu begitu cepat, hingga menyisakan aku yang sudah tua tanpa seorang pendamping dan tidak mempunyai apa apa.

Duhai anakku..

Andai saja dulu, Emak tidak merestui Anang untuk menikah denganmu. Mungkin ini semua tidak akan terjadi, jujur dulu Emak dan Bapak terlalu takut untuk menolak keinginannya karena dia datang bersama seorang ustadz yang tegas, siapapun tak berani membantahnya.

Bukan masalah harta, tapi soal rasa sayang dan tanggung jawab yang tidak Emak sukai dari Anang. Terlebih dia tidak segan segan memarahi orang lain meskipun orang itu mertuanya sendiri.

Pantas saja keluarga Anang sudah tidak menganggapnya karena mungkin dia memiliki gangguan dalam dirinya.

Apalagi melihat keadaanmu saat ini Siti. Badan kurus, bibir pucat, wajah kusam, kulit hitam karena sering berdagang dan juga pakain yang sudah pudar warnanya, menambah kesedihan di hati Emak.

Sedangkan Anang,??

Semenjak kamu bekerja dia hanya berdiam diri. Sehingga sekarang tubuhnya menjadi gemuk dengan kulit putih, berbanding terbalik dengan kaadaan Siti.

Kakak dan adikmu bukan tidak mau membantumu, tapi mereka takut akan perilaku Anang, terlebih mereka hanya kelurga sederhana yang tidak mempunyai banyak harta, sehingga tidak bisa membantumu meringankan beban yang kau tanggung.

Dan Emak pun tak bisa berbuat apa apa, apalagi Emak hanya sebagai buruh serabutan yang hanya cukup untuk kebutuhan Emak sendiri.

Meskipun kamu tidak mengadu tentang keadaan rumah tanggamu kepada Emak, tapi Emak tau semuanya karena anakmu Rina selalu bercerita dan bi Neneng pun selalu berbicara tentang kadaanmu selama ini.

Emak hanya bisa berdo'a semoga suatu saat nanti Allah membalas atas semua kesabaranmu selama ini...

***

Sebelum matahari terbit aku sudah terlebih dulu berkutat dengan peralatan dapur, karena hari ini jadwalnya dagang keliling. Pekerjaan yang pertamaku lakukan adalah menanak nasi agar ketika anak anak mau sarapan, nasinya sudah matang..

"Mah sekarang Nia, waktunya kesekolah ya,?"

"Iya nak, makannya Mamah masak pagi pagi agar anak anak Mamah bisa sarapan dulu ketika mau sekolah,"

"Oh gitu, ya udah kalau gitu Nia mau mandi dulu ya Mah,"

"Iya sayang hati hati ke kamar mandinya, licin nanti kepeleset,"

"Iya Mah," ucapnya sambil berjalan ke kamar mandi

"Mah Adi juga hari ini masuk ke sekolah, jadi gak bisa bantu bantu Mamah di dapur," seru Adi sambil menghampiriku.

"Gak papa kok, mungkin Mamah akan di bantu sama Bapak," 

"Adi kalau Rina sekolah gak hari ini,?" ucapku ketika Adi mau pergi ke kamarnya.

"Kayaknya sih iya, tadi Adi liat Rina bawa kantong sama baju keluar mungkin ke rumah nenek kali, nanti juga ke sini lagi kok Mah,"

Setelah sibuk dengan kegiatan masing masing, semua anak anaku pergi sekolah dengan bebarengan karena jarak sekolahnya pun berdekatan jadi aku tak perlu khawatir.

Ketika aku sibuk mengolah bahan bahan, tiba tiba Mas Anang menghampiriku dan mengambil sebagian pekerjaan yang lainnya. Walaupun begitu, hanya keheningan yang ku rasakan.

Hingga pekerjaanku selesai...

Setelah semua pekerjaan selesai seperti biasa aku berkeliling untuk menjajakan semua daganganku sampai waktu sore menyapa..

Hari ini keburuntungan tidak memihak kepadaku, daganganku tak habis seperti hari hari kemarin. Tapi aku tak boleh putus asa, ada anak anak yang harus ku perjuangkan..

***

"Mah, Nia minta uang dong buat jajan," ucap Nia ketika aku merebahkan diri di kasur

"Buat jajan apa, Nia?"

"Gak tau, pokoknya Nia mau jajan," jawabnya sambil cemberut.

"Segini cukup gak,?" ucapku sambil memberikan uang pecahan dua ribu.

"Cukup kok Mah, kalau gitu Nia jajan dulu ya terus mau langsung main,"

"Iya hati hati ya," teriakku kemudian

Di siang hari anak anakku lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah. Maklum di kampung, bermainpun masih permainan jaman dulu. Kecuali Adi, Dia sibuk dengan dunianya sendiri..

Setelah merasa cukup untuk mengistirahatkan badan, aku pergi ke rumah Emak karena kepikiran beberapa hari ini belum melihat keadaan Emak, maklum Emak sudah tua kadang suka sakit tiba tiba. 

Tok tokk

"Assalamualaikum, Mak," ucapku sambil membuka pintu rumah Emak yang kebetulan tidak di kunci

"Wa'alaikumussalam, Siti sini Emak ada di dapur,"

Akupun bergegas menuju dapur dan kulihat Emak sedang makan.

"Sini Siti duduk, makan bareng sama Emak," ujar Emak sambil menepuk nepuk tempat si sibelahnya

"Iya Mak, tapi Siti udah makan tadi di rumah, ini ada sedikit makanan Mak," 

"Daganganmu gak habis ya,?"

"Iya Mak lagi sepi,"

"Biasa, namanya juga jualan kadang rame kadang sepi,"

"Iya mungkin memang sudah rezeki untuk hari ini segitu,"

"He'em bener asalkan jangan patah semangat,"

Akupun ngobrol dengan Emak sampai hari menjelang malam dan aku memutuskan untuk pulang..

***

"Dari mana kamu jam segini baru pulang,?" Ujar Mas Anang sinis

"Dari rumah Emak, Mas,"

"Terus kenapa gak ijin dulu sama Mas,?"

"Udah ah Mas, males berdebat aku cape,!" ucapku sambil berlalu meninggalkan Mas Anang

Akupun berjalan ke kamar dan ketika masuk aku tidak menemukan Nia, bergegas aku langsung pergi ke kamar Rina mungkin Dia sedang bersama kakaknya

"Eh anak Mamah lagi apa,? Kok kayaknya seru banget,"

"Ini Nia lagi belajar membaca tapi belum lancar malah ngomong gak jelas," ujar Rina sambil menahan tawa

"Ih Kak Rina jangan bilang Mamah dong, kan Nia jadi malu," ucapnya sambil cemberut

"Ya sudah belajarnya di lanjutkan besok ya, sekarang udah malam waktunya tidur, boleh gak Mamah tidur di sini bareng Rina,?"

"Boleh Mah, boleh banget Rina senang bisa tidur di temani sama Mamah," jawabnya antusias

"Terus Nia bobo sama siapa dong,?"

"Nia pilih aja mau sama Mamah atau sama Bapak,?" tanyaku kemudian

"Eemm sama Mamah deh sini," ucapnya sambil tersenyum

Dan akupun tertidur bersama kedua anakku tanpa harus berdebat dengan Mas Anang...

Bersambung..

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status