Share

116. Aku Akan Bersabar

Author: A mum to be
last update Last Updated: 2025-08-20 16:09:36

“Dugaanku benar, ’kan? Menantu kesayanganmu itu tidak akan sanggup berada di keluarga kita.”

Kalimat tajam barusan meluncur begitu saja dari bibir Nyonya Lestari. Nada bicaranya penuh cemooh, seolah-olah kemenangan ada di pihaknya. Sorot matanya menusuk ke arah Tuan Mahesa yang semula tampak begitu bangga pada Aurelia.

Namun, Tuan Mahesa tidak tinggal diam. Wajahnya mengeras, meski ketenangan khas seorang ayah masih menyelimuti rautnya. “Jangan lupa kalau biang keladinya adalah Kirana. Gadis yang dekat denganmu itu.” Suaranya berat, penuh tekanan.

“Dia hanya membela diri,” bantah Nyonya Lestari, alisnya terangkat dengan congkak. Ada kebencian yang samar tercampur dalam getar suaranya, seolah ia berusaha keras menutupi kecemasan yang sesungguhnya.

“Jadi kau lebih percaya dia daripada anakmu?” balas Tuan Mahe

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Terpaksa Jadi Mempelai Pengganti di Pernikahan Kakakku   164. Menahan Diri

    Langkah kaki Aurelia yang menghilang di balik gate seakan meninggalkan jejak berat di dada Gian. Punggungnya yang terakhir kali terlihat, rambut panjang yang sempat tergerai sebentar sebelum benar-benar lenyap ditelan kerumunan, membuat Gian terpaku. Ia berdiri tanpa suara, hanya napasnya yang terdengar berat.Bandara terasa bising oleh pengumuman keberangkatan dan langkah-langkah terburu-buru penumpang lain, tapi di telinganya hanya ada satu gema: kepergian Aurelia.Gian sungguh ingin berlari, ingin memanggilnya kembali. Namun, dia harus menahan diri. Tidak. Itu egois. Aurelia berhak menjalani pilihannya, berhak meraih mimpinya.Namun, dalam hati Gian berbisik pelan, Aku harus jadi lelaki yang pantas menjemputnya kembali. Jika memang waktu yang dibutuhkan, aku akan bersabar. Jika memang perbaikan diri yang diminta, aku akan berubah.Senyum tipis muncul, bukan karena bahagia, melainkan tekad yang sudah menancap di dalam hati.Dalam perjala

  • Terpaksa Jadi Mempelai Pengganti di Pernikahan Kakakku   163. Pergilah

    Gian akhirnya melanjutkan kalimatnya. Suaranya dalam, bergetar tapi tegas.“…jangan pernah anggap aku menyerah. Aku akan berjuang untuk mendapatkan kembali hatimu, meski butuh waktu seumur hidup.”Nada suaranya seakan merayap menembus dinding hati Aurelia, yang sejak awal sudah ia bangun begitu kokoh agar tak mudah runtuh. Pagi itu, keheningan di ruang tamu dipenuhi detak jam dinding yang terasa lebih nyaring dari biasanya.Aurelia menelan ludah. Ia tidak tahu harus membalas apa. Bibirnya sempat bergerak, tapi tak ada kata keluar. Mata Gian memancarkan ketulusan yang sulit diabaikan, tatapan yang tak lagi sombong atau penuh gengsi, melainkan rapuh, hampir seperti seorang pria yang kehilangan arah bila Aurelia benar-benar pergi.Namun Aurelia tak ingin larut. Ia hanya menarik napas panjang, mencoba menenangkan gelombang dalam dirinya. “Jangan berkata begitu, Gian. Aku… aku tidak tahu apa yang

  • Terpaksa Jadi Mempelai Pengganti di Pernikahan Kakakku   162. Kalau Kau Tetap Pergi

    Pagi itu, udara di halaman belakang terasa lebih sejuk dari biasanya. Embun masih melekat di dedaunan, berkilau terkena cahaya mentari yang baru naik. Aroma mawar yang mekar memenuhi udara, lembut namun menusuk hati Aurelia yang berdiri di sana. Ia menatap taman dengan tatapan kosong, berusaha menenangkan pikirannya yang sejak semalam dipenuhi bayangan waktu keberangkatannya yang semakin dekat.Di dalam dada, ada desir perasaan yang tak bisa ia hentikan—antara lega karena sebentar lagi bisa menjauh dari luka, dan takut karena artinya ia benar-benar meninggalkan semua yang pernah ia cintai di rumah itu.“Lia,” sebuah suara lembut memanggil dari arah teras.Aurelia menoleh. Nyonya Lestari berdiri di sana. Tidak lagi dengan sorot tajam yang selama ini begitu sering menusuk hatinya. Wajahnya tampak lebih lembut, keriput di sudut mata menandakan penyesalan dan kerinduan yang tak bisa disembunyikan. Senyum kecil wanita itu membuat Aurelia sejenak ter

  • Terpaksa Jadi Mempelai Pengganti di Pernikahan Kakakku   161. Aku Hanya Kecewa

    “Aku tidak benci, tapi aku hanya kecewa…”Suara Aurelia terdengar lirih, namun tajam. Kata-katanya jatuh seperti butiran es yang membekukan udara di dalam mobil. Matanya lurus menatap jalan, enggan sedikit pun menoleh ke arah Gian yang duduk di kursi pengemudi. Jalanan menjelang sore itu cukup ramai—klakson bersahutan, motor saling serobot, dan hiruk-pikuk manusia yang terburu waktu. Tetapi semua itu seakan hanya menjadi latar samar. Yang benar-benar mencekam adalah keheningan di antara mereka.“Aku kecewa karena kau tidak mempercayaiku,” lanjut Aurelia, kali ini nadanya bergetar. Bibirnya menahan sesuatu yang lebih besar dari sekadar kata-kata, seolah ada tangis yang mendesak untuk pecah namun terus dipaksa kembali ke dalam. “Padahal dari awal aku sudah katakan, aku ingin kita saling terbuka. Kalau sejak dulu kau ragu padaku, buat apa kita bertahan, Gian?”Gian menarik napas panjang. Jari-jarinya mencengkeram set

  • Terpaksa Jadi Mempelai Pengganti di Pernikahan Kakakku   160. Aku Tidak Membencimu

    Kantin kampus saat itu ramai, seperti biasa di jam makan siang. Suara sendok beradu dengan piring, obrolan mahasiswa yang bersahutan, dan aroma berbagai macam makanan khas kantin berpadu jadi satu. Di pojok ruangan, Aurelia duduk bersama dua sahabatnya, Wulan dan Doni. Mereka baru saja memesan makanan dan kini tengah menikmati obrolan santai yang ternyata beralih jadi topik serius.“Kata Bu Wiwid aku butuh skor IELTS setidaknya 8,5. Sekarang skorku masih di angka 7.”Aurelia meletakkan sendoknya, matanya berkilat penuh tekad.“Terus bagaimana?” tanya Wulan, menghentikan gerakan tangannya yang tadinya hendak menyendok nasi goreng.Aurelia menghela napas singkat, lalu menatap sahabat-sahabatnya itu bergantian. “The faster, the better. Aku bisa belajar di sana sekalian. Jadi sebelum mulai short course-ny

  • Terpaksa Jadi Mempelai Pengganti di Pernikahan Kakakku   159. Biar Waktu Yang Menjawab

    “Short course-nya kemungkinan besar di Australia. Cuma aku belum tahu di bagian mananya,” ucap Aurelia dengan sorot mata berbinar. Ada semacam cahaya baru yang terpancar dari dirinya, seolah mimpi yang dulu hanya dipendam kini mendekati nyata. “Aku akan menetap di sana hanya tiga bulan … mungkin?” lanjutnya, sedikit ragu tapi juga penuh harapan.Nyonya Lestari terdiam. Bibirnya sempat bergerak hendak berkata sesuatu, namun tak ada suara keluar. Bagi perempuan itu, mendengar Aurelia bicara dengan penuh semangat seperti ini membuat hatinya bergetar. Ia baru sadar, selama ini terlalu sibuk mengukur Aurelia dengan standar dirinya, hingga lupa bahwa menantunya ini punya mimpi dan jalan hidup sendiri.Gian sudah berada di kamar sejak tadi. Pikiran lelaki itu kusut, terlalu banyak yang bergelayut dalam benaknya. Sementara di ruang tamu, percakapan Aurelia dengan kedua mertuanya terus berlanjut.“Ayah akan dukung apa pun yang membuat

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status