Share

203. Bas, Aku Gugup

Author: A mum to be
last update Last Updated: 2025-09-20 14:07:23

“Bas, aku gugup,” cicit Aurelia, suaranya nyaris bergetar, seperti tangis yang tertahan di tenggorokan.

Baskara, yang berdiri di sampingnya dengan tubuh tegap, hanya terkekeh kecil. Ada ketenangan dalam sorot matanya—tatapan teduh yang seolah mampu menyalurkan rasa percaya diri. Ia lalu meraih tangan Aurelia, menggenggamnya erat, lembut, sekaligus meneguhkan. “I trust you,” ujarnya pelan, penuh keyakinan. “Ingatlah, ini akan jadi momen berharga dalam hidupmu.”

Aurelia memberengut, pipinya merona merah, campuran antara malu dan tegang. Ia menunduk sedikit, seakan berusaha menyembunyikan wajahnya. “Jangan bilang begitu,” rengeknya. “Kalau nanti aku hanya mempermalukanmu, bagaimana?”

Baskara mengangkat bahu dengan enteng, senyumnya tipis tapi penuh wibawa. “Biarkan saja. Semua orang ada masanya. Semua masa ada orangnya. Tidak sela

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Terpaksa Jadi Mempelai Pengganti di Pernikahan Kakakku   203. Bas, Aku Gugup

    “Bas, aku gugup,” cicit Aurelia, suaranya nyaris bergetar, seperti tangis yang tertahan di tenggorokan.Baskara, yang berdiri di sampingnya dengan tubuh tegap, hanya terkekeh kecil. Ada ketenangan dalam sorot matanya—tatapan teduh yang seolah mampu menyalurkan rasa percaya diri. Ia lalu meraih tangan Aurelia, menggenggamnya erat, lembut, sekaligus meneguhkan. “I trust you,” ujarnya pelan, penuh keyakinan. “Ingatlah, ini akan jadi momen berharga dalam hidupmu.”Aurelia memberengut, pipinya merona merah, campuran antara malu dan tegang. Ia menunduk sedikit, seakan berusaha menyembunyikan wajahnya. “Jangan bilang begitu,” rengeknya. “Kalau nanti aku hanya mempermalukanmu, bagaimana?”Baskara mengangkat bahu dengan enteng, senyumnya tipis tapi penuh wibawa. “Biarkan saja. Semua orang ada masanya. Semua masa ada orangnya. Tidak sela

  • Terpaksa Jadi Mempelai Pengganti di Pernikahan Kakakku   202. Rindu Setengah Mati

    Nyonya Lestari terdiam sebentar. Otaknya berpikir cepat, mencari celah untuk membantah, tetapi rasanya sulit. Anak laki-lakinya itu berdiri dengan tatapan begitu penuh harapan, seolah tidak ada satu pun kata yang bisa mengusik keyakinannya."Apa kau yakin?" tanyanya akhirnya, suaranya nyaris hanya bisikan.Gian mengangguk mantap. Sorot matanya tidak goyah sedikit pun. Ada dingin yang menusuk, tapi juga keyakinan membara di baliknya.Ibunya itu mengernyit, menimbang lagi. "Apa tidak sebaiknya kau bicarakan dulu dengan Aurelia? Apalagi tentang hubunganmu dengan—""Aku yakin, Bu." Gian memotong tanpa keraguan. Nada suaranya tegas, seolah tak memberi ruang untuk sang ibu menambahkan apapun. "Dia pernah bilang agar aku tidak menemuinya. Aku tidak melanggar itu. Aku ke sana memang karena ada urusan pekerjaan. Dan soal Devina..."

  • Terpaksa Jadi Mempelai Pengganti di Pernikahan Kakakku   201. Rebut Saja Dia!

    “Diamlah, Jer! Itu bukan urusanmu.”Nada tajam keluar dari bibir Baskara. Matanya menyipit, penuh ketegasan yang tak bisa ditawar. Tatapannya menusuk Jeremy yang berdiri congkak di hadapannya. Namun, begitu pandangan itu sempat beralih ke arah Aurelia dan Caca, sorotnya berubah seketika. Ada kelembutan yang muncul begitu saja, seolah dua sosok di hadapannya itu terlalu rapuh untuk disentuh oleh komentar sinis yang baru saja dilemparkan.Jeremy justru tertawa kecil, terbahak pelan dengan nada mengejek. Suara tawanya bergema samar di ruang keberangkatan bandara yang penuh dengan hiruk-pikuk orang berlalu-lalang. “Ayolah, Bas! Kau itu bisa melakukan apa saja. Kalau kau mau, rebut saja dia dari penerus Mahesa Group yang masih ingusan itu.”Baskara terdiam, menahan emosi yang nyaris meluap. Rahangnya mengeras, gigi terkatup rapat. Ia tahu Jeremy memang senang menguji kesabaran, suka menyinggung hal-hal pribadi hanya demi melihat reaksinya. Tap

  • Terpaksa Jadi Mempelai Pengganti di Pernikahan Kakakku   200. Apa Dia Orangnya?

    Baskara berdiri di depan jendela apartemennya, menatap cahaya pagi Melbourne yang lembut menembus tirai tipis. Udara sejuk menguar, membawa aroma roti panggang dari dapur. Senyum merekah di bibirnya ketika langkah kecil terdengar mendekat.“Papa…” suara itu lirih, manja, khas seorang anak baru bangun tidur.Baskara menoleh. Caca, dengan rambut sedikit berantakan dan mata setengah terpejam, berjalan sambil menyeret boneka kelincinya. Pemandangan itu membuat hatinya menghangat.“Good morning, Princess-nya Papa,” ucap Baskara lembut. Ia mendekat, mengangkat tubuh mungil itu, lalu menempelkannya ke dadanya. “Apa tidurmu nyenyak, hmm?”Caca mengangguk kecil, masih malas-malasan. “Tapi …aku lapar.”“Baiklah. Ayo kita sarapan, Sayang.”Mereka pun menuju meja makan. Di atas meja sudah tersaji sandwich sederhana yang Baskara buat sebelum Caca terbangun—isi telur, selada,

  • Terpaksa Jadi Mempelai Pengganti di Pernikahan Kakakku   199. Jangan Salah Paham

    “Ca?”Aurelia memanggil pelan, tubuhnya masih setengah keluar dari mobil. Suaranya nyaris bergetar, seolah tidak yakin dengan apa yang baru saja didengarnya. Ia menoleh lebih dekat ke kursi belakang, matanya berusaha menembus kegelapan samar di balik cahaya lampu jalan.Jantungnya berdentum kencang, seperti dipukul dari dalam.Di sana, Caca tetap terlelap, wajah mungilnya damai. Namun bibir kecil itu baru saja bergumam sebuah kata yang menusuk relung hati Aurelia, kata yang tak pernah ia duga akan keluar dari mulut bocah itu—“Mama.” Bahkan kini, dalam tidurnya, Caca kembali bergumam samar. Ocehan tak jelas yang lebih mirip percakapan setengah sadar, seakan ia sedang melanjutkan mimpi indah yang hanya ia sendiri yang tahu.Aurelia terdiam. Dadanya sesak, napasnya berat. Baru setelah beberapa detik ia berusaha menarik napas panjang, menenangkan dirinya yang terguncang. Ia sadar Caca sedang mengigau, tapi tetap saja, kata itu be

  • Terpaksa Jadi Mempelai Pengganti di Pernikahan Kakakku   198. Aku Hanya Ikut-Ikutan

    “Padahal aku masih kangen sama Kak Lia,” rengek Caca manja, wajahnya mengerucut seperti kue mochi yang dipencet. Matanya bulat bersinar terkena pantulan lampu jalanan, sementara tangannya tak henti-hentinya meraih lengan Aurelia yang duduk di sampingnya di kursi penumpang belakang.Aurelia tersenyum lembut, menepuk pelan rambut halus gadis kecil itu. “Besok kan kita ketemuan lagi, Sayang. Sekarang sudah malam loh, Caca butuh istirahat biar besok segar kembali.”Namun, alih-alih mereda, Caca justru makin mengerucutkan bibirnya, matanya berkedip cepat seakan menahan air yang ingin menggenang.“Kalau mau, kamu boleh menginap dengan Kak Aurelia-mu. Kita bisa ke hotel,” celetuk Baskara dari kursi kemudi. Nada suaranya terdengar ringan, seolah hanya memberi pilihan sederhana, tapi sorot matanya sempat menajam lewat pantulan kaca spion, mengamati reaksi Aurelia.Seketika Aurelia membelalak. “Eh?” suara kecil itu lo

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status