Share

77. Pria Mencurigakan

Author: A mum to be
last update Last Updated: 2025-08-07 17:59:13

Suara notifikasi ponsel terdengar memecah kesibukan pagi di ruang kerja Gian. Ia sedang duduk di balik meja kantornya, tengah memeriksa berkas presentasi ketika layar benda pipih berbentuk persegi panjang itu menyala.

Dengan alis sedikit berkerut, ia meraih ponsel dari meja dan membuka layar.

Sebuah pesan masuk dari Aurelia—tanpa captin apapun, hanya sebuah gambar. Foto selfie sang istri yang menjadikan penatnya hilang begitu saja.

Gian lantas mengulum senyum setelahnya. Dalam potret itu, Aurelia tampak duduk di antara beberapa orang tua murid dengan latar belakang gedung sekolah dan dekorasi warna-warni. Ia mengenakan dress selutut bermotif bunga warna peach lembut—hadiah yang dibawakan Gian dari Singapura. Rambut panjangnya yang bergelombang dikuncir ke samping kiri, dihiasi sedikit poni yang jatuh ke dahi, memperlihatkan lesung pipinya yang samar. Manis. Lembut. Dan memikat.

Gian membalas cepat.

[Cantik sekali istriku. Lagi di mana,

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Terpaksa Jadi Mempelai Pengganti di Pernikahan Kakakku   87. Kesempatan Untuk Kirana

    “Akhirnya Bu Kirana datang,” gumam salah satu staf di lorong lantai dua, matanya terus menatap pintu ruang kerja Gian yang baru terbuka.Suasana di lantai dua kantor sore itu terasa berbeda. Seharusnya karyawan sudah bersiap pulang, tetapi hari itu semua diperintahkan lembur oleh Gian. Wajah-wajah yang lelah terlihat enggan mengeluh; mereka tahu ini bukan waktu untuk menolak.Gian, bos yang dikenal tegas, tampak semakin terbebani akhir-akhir ini. Tekanan proyek besar yang harus segera diselesaikan membuatnya terlihat lelah dan murung. Para staf sadar, keputusan lembur ini bukan sekadar urusan kantor, tapi soal mempertahankan citra dan posisi Gian yang sedang diuji.Dari balik pintu ruang kerja, masuklah Kirana dengan langkah penuh percaya diri. Senyum tipis menghiasi wajahnya, tapi ada sesuatu di tatapannya—sebuah niat yang lebih dari sekadar profesionalisme. Ia menyapa para staf dengan ramah, dan mereka membalas dengan wajah penuh harap, tak m

  • Terpaksa Jadi Mempelai Pengganti di Pernikahan Kakakku   86. Aku Sudah Baca Semuanya

    Aurelia terisak di dalam toilet yang ada di ruangan rahasia itu. Jemarinya gemetar saat berselancar membaca pesan demi pesan dari Kirana.[Tolong beri aku kesempatan untuk mendekatkan diri denganmu.][Aku lebih baik dari istrimu yang tak tahu apa-apa itu.][Kau akan menyesal karena berani menolakku, Gian.]Dan masih banyak lagi pesan bernada ancaman yang dikirimkan dalam pekan terakhir ini. Dari sana, Aurelia memahami satu hal, Kirana sama sekali tidak mengambil cuti. Perempuan itu sengaja menekan Gian, membuat pekerjaannya menjadi kacau, mungkin demi memancingnya.Sungguh, amarah membuncah di dada Aurelia. Seakan ada bara yang menyala-nyala, membuatnya sulit bernapas. Ia benci bukan main. Kirana bukan hanya mengusik rumah tangganya, tetapi juga dengan licik memanfaatkan pekerjaan Gian sebagai senjata.Aurelia be

  • Terpaksa Jadi Mempelai Pengganti di Pernikahan Kakakku   85. Apa Yang Terjadi?

    Tanpa menunggu lebih lama, Aurelia memutuskan untuk langsung melangkah menuju lantai tempat ruang kerja Gian berada. Setiap langkahnya terasa semakin cepat, seolah ia ingin memotong jarak di antara dirinya dan segala tanda tanya yang berputar di kepalanya.Begitu sampai di depan pintu ruangan Gian, Aurelia hendak mengetuk. Namun, gerakannya terhenti saat suara itu terdengar dari dalam.“Apa kalian tidak bisa bekerja mandiri, hah??” suara Gian meninggi, sarat frustrasi.Aurelia membeku di tempat. Ia jarang sekali mendengar nada seperti itu keluar dari mulut suaminya.Seseorang menjawab dengan suara rendah namun jelas terdengar di antara jeda napas tegang, “Maaf, Pak. Sebelumnya ini selalu dipercayakan pada Bu Kirana. Kami—”“Kenapa memangnya, hah? M

  • Terpaksa Jadi Mempelai Pengganti di Pernikahan Kakakku   84. Gian Tampak Berbeda

    “Ada apa?” Aurelia menatap lekat wajah Gian yang baru saja menutup pintu apartemen, suaranya terdengar hati-hati.Tidak ada jawaban.“Ada masalah di kantor ya?” tanya Aurelia lagi, mencoba menebak.Pria itu berhenti sejenak, menghela napas panjang. Masih tanpa sepatah kata pun. Aurelia ingin bertanya lagi, tapi ia menahan diri. Sorot mata Gian penuh beban, dan ia tahu memaksa hanya akan membuat dinding di antara mereka semakin tebal.Suasana ruang tengah menjadi sunyi. Hanya terdengar detak jam dinding yang terasa lebih keras dari biasanya.Aurelia memutuskan untuk tidak mendesak. “Aku buatkan teh hangat dulu, ya?” suaranya lirih, mencoba memecah sunyi yang pekat.Gian hanya mengangguk kecil, lalu melepaskan jasnya dan melemparkannya sembarangan ke sofa. Wajahnya muram, rahangnya mengeras, dan tatapan matanya menembus kosong seolah membawa beban yang tak bisa dibagi.Aurelia menelan ludah, hatinya i

  • Terpaksa Jadi Mempelai Pengganti di Pernikahan Kakakku   83. Sang Menantu

    Hening sejenak.Nyonya Lestari tidak langsung menjawab. Matanya menatap Aurelia lekat-lekat, seolah sedang membaca isi hati yang paling dalam. Tatapan itu bukan sekadar mengamati, tapi seperti menimbang sesuatu—antara mengakui atau menyimpan rapat.Sementara Aurelia merasakan denyut jantungnya kian cepat, napasnya sedikit tertahan. Ia memaksa bibirnya tetap melengkung tipis, padahal punggungnya basah oleh keringat dingin.Barulah Nyonya Lestari membuka suara, dengan nada tenang namun cukup lantang untuk terdengar oleh semua orang di sekitarnya."Aurelia adalah menantu saya."Kalimat itu meluncur begitu saja dari bibir Nyonya Lestari, tapi bagi Aurelia rasanya seperti dentuman keras di telinganya. Ia mendongak spontan, matanya membesar, lalu tangannya refleks mencubit pahanya sendiri. Sakit. Nyata. Jadi ini bukan mimpi.Kepala pengurus panti yang berdiri di hadapan mereka sontak tersenyum lebar. “Oh, benarkah? Mengejutkan sekali,

  • Terpaksa Jadi Mempelai Pengganti di Pernikahan Kakakku   82. Kenal Di Mana?

    Pagi itu, aula Panti Lansia Kasih Abadi tampak jauh lebih hidup dari biasanya. Balon-balon berwarna pastel menggantung manis di sisi kiri dan kanan panggung kecil yang dihias sederhana, menambah nuansa ceria di ruangan yang biasanya tenang.Di bawah langit-langit yang tinggi, para lansia duduk rapi di kursi yang telah ditata berbaris, sebagian tersenyum, sebagian tampak antusias menanti acara dimulai. Musik klasik mengalun pelan dari pengeras suara, membalut suasana dengan kelembutan yang menghangatkan hati.Di tengah keramaian itu, Aurelia berdiri di dekat podium, mengenakan kemeja putih bersih dan rok panjang krem yang sopan namun elegan. Wajahnya terlihat tenang, tapi jari-jari tangannya yang meremas map menunjukkan kegugupan yang tak bisa disembunyikan."Semua sudah siap. Semangat, Lia!" bisik Doni dari balik layar, memberi isyarat bahwa acara bisa dimulai.Aurelia mengangguk pelan. Ia menarik napas panjang, membetulkan kerah bajunya, lalu menatap sej

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status