Zerga melayangkan tatapan tajam, sementara pria di ambang pintu yang tak lain adalah Ganesh, berdiri dengan raut wajah berani.
Ada di rumah setelah pergi dari kost Dayana, Ganesh menguping semua pembicaraan. Mencari momen yang tepat, dia keluar dari persembunyian setelah sang papa mengajak Dayana tinggal di rumahnya. Tak mau tinggal serumah dengan gadis itu, Ganesh bertekad menggagalkan rencana kedua orang tuanya. Sekali pun harus berdebat, dia rasanya siap karena tentang Dayana, feelingnya cukup buruk. "Maksud kamu apa bicara begitu?" tanya Zerga. "Ada yang minta pendapat kamu memangnya di sini?" Ganesh memasang raut wajah tak acuh. Sambil memasukan kedua tangan ke dalam saku, tatapan angkuh dia berikan pada Dayana sebelum menimpali ucapan sang kakak. "Aku salah satu penghuni di rumah ini. Jadi aku berhak berpendapat," jawabnya. Beralih pada Roby, dia berkata, "Lagipula apa enggak takut jadi gunjingan tetangga kalau Dayana tinggal sama kita? Dia dan Bang Zerga enggak ada ikatan apa-apa." "Tetangga kita enggak sepeduli itu sama kehidupan kita," jawab Roby. "Jarak rumah ini sama rumah tetangga juga jauh. Jadi enggak akan mereka tahu ada Dayana di sini." "Mereka punya mata, Pa," kata Ganesh—terus berusaha membujuk Roby agar membatalkan rencananya. "Sekali dua kali pasti lihat." "Daripada ikut campur urusan orang, lebih baik kamu urus urusan kamu sendiri," kata Zerga, memberi ultimatum. "Ini urusan Abang. Jadi biar Abang yang selesaikan." "I know," jawab Ganesh. "Tapi bisa, kan, selesaikan masalah tanpa bawa Dayana tinggal di sini? Aku risih." "Ganesh," tegur Athaya, ikut buka suara. "Yang sopan bicaranya." "Aku cuman bicara jujur, Ma," kata Ganesh. Beralih pada Dayana, dia berucap, "Lagipula apa kamu tahu? Perempuan yang hamil di luar nikah enggak ada hak minta tanggung jawab, karena anaknya pun enggak punya hak atas ayahnya. Jad—" "Adiasta Ganesh, stop!" Suara Zerga menggema. Tak bisa menahan emosi, pria itu membentak sang adik sambil beranjak dari sofa. Menepati janji untuk membela Dayana, dengan rahang mengeras dia buka suara. "Kamu enggak berhak mengintimidasi Dayana, karena dia calon istri Abang. Kalau masih menghormati Abang sebagai Kakak kamu, pergi dan jangan ikut campur. Kehadiran kamu enggak dibutuhkan di sini." "Bang." "Pergi atau Abang seret kamu secara paksa?" "Zerga sabar," pinta Athaya. "Aku enggak bisa sabar ke orang yang menyudutkan Dayana, Bu," kata Zerga, tanpa mengalihkan atensi dari Ganesh. "Lagipula mulut anak Ibu ini perlu dididik biar enggak seenaknya." "Kak, udah, aku enggak apa-apa," ucap Dayana, ikut menenangkan. "Ucapan Ganesh juga enggak ada yang salah kok. Semuanya benar." Zerga menarik napas pelan. Tak menimpali ucapan Dayana, fokusnya masih pada Ganesh. "Pergi." "Pergi ke mana? Ini rumahku juga. Kakak enggak berhak usir aku." "Ganesh, tolong," pinta Roby, sedikit mendesah. "Ini masalah kakak kamu, jadi biar Mama sama Papa yang selesaikan. Di sini Zerga salah. Jadi sudah seharusnya dia bertanggungjawab." "Tapi enggak dengan mengajak Dayana tinggal di sini, Pa," ucap Ganesh, masih belum puas dengan usahanya menggagalkan rencana Roby. "Apartemen banyak. Sewain satu daripada di sini." "Kamu enggak berhak ngatur, Papa kepala rumah tangganya di sini." "Tapi kan—" "Budeg?" tanya Zerga pada sang adik. "Papa yang berhak nentuin. Bukan kamu. Enyah sana. Urus para perempuan kamu dan jangan ikut campur sama masalah Abang. Karena cuma laki-laki bertanggungjawab yang bisa selesaikan masalah ini." "Maksud Abang apa?" "Pikir sendiri," kata Zerga. "Punya otak, kan?" Setelah Zerga, kini giliran Ganesh yang diselimuti emosi. Mengepalkan kedua tangan, ingin sekali dia menonjok wajah saudaranya itu. Namun, batal, setelah egonya berhasil diredam. "Kenapa masih diam?" tanya Zerga. "Pergi." Tak memberikan jawaban, Ganesh mendengkus sebelum akhirnya berbalik. Melengos pergi membawa emosi, pria itu meninggalkan ruang tamu yang kembali tenang. "Ucapan Ganesh jangan kamu masukan hati," ucap Zerga yang langsung menenangkan hati Dayana. "Anggap saja angin lalu." Dayana tersenyum tipis. "Tapi ucapannya juga enggak salah, Kak. Anak yang lahir di luar pernikahan, it—" "Sssst," desis Zerga dengan telunjuk menempel di bibir. "Saya enggak suka kamu bicara seperti itu." Dayana menghela napas pelan. Bingung harus menimpali apa, dia memilih untuk tak berkata apa pun lagi. Pembicaraan berlanjut, dia kembali menyimak ucapan Roby. Tak ada yang berubah sekali pun mendapatkan protesan dari Ganesh, Roby tetap mengajak Dayana tinggal di rumahnya. "Tetangga kita enggak seperhatian itu. Jadi kamu enggak perlu khawatir jadi gunjingan mereka, karena jarak setiap rumah juga sedikit jauh," ucap Roby menenangkan. "Selain itu, mereka juga terlalu sibuk untuk mengurus kehidupan orang lain, karena urusan mereka pun banyak." Dayana tersenyum samar. "Setidaknya di sini ada Tante yang bisa memperhatikan kamu," kata Athaya—membuat atensi Dayana beralih. "Zerga kan enggak bisa dua puluh empat jam siaga. Jadi selagi dia enggak ada, kamu sama Tante." "Jangan lihat Ganesh," ucap Roby. "Anggap saja dia enggak ada dan kalau dia bicara macam-macam, kamu lawan. Dia bukan lagi artis kamu. Jadi kamu enggak perlu takut." "Apa sudah cukup menenangkan?" tanya Zerga, ikut buka suara. "Apa aku harus tinggal di sini?" tanya Dayana, sedikit meringis. "Aku bisa jaga di—" "Harus," jawab Zerga—memotong ucapan Dayana tanpa permisi. "Karena kamu calon istri saya, kamu harus tinggal di sini." Dayana bingung. "Kalau sekiranya ada yang mau kamu minta, bilang. Jangan dipendam," kata Roby. "Kita terbuka untuk kamu." Dayana tak menjawab, hingga sebuah pertanyaan dari Zerga membuatnya terkejut. "Apa kamu ingin saya lamar dulu? Barangkali setelah resmi menjadi tunangan saya, kamu tenang.”*** Hari ini semuanya bahagia. Setelah Dayana resmi menjadi istri Ganesh, Rillian ikut mendapat kabar baik setelah tanpa diduga, Zerga tiba-tiba saja melamarnya. Pada Rillian, Zerga berkata jika dirinya sudah mantap untuk membangun hubungan serius bersama perrmpuan itu, sehingga sebelum Rilliian dilirik atau coba direbut pria lain, dengan segera dia mengikatnya. Tidak menjadi rahasia, kabar dilamarnya Rillian langsung sampai ke telinga semua orang sehingga kebahagiaan keluarga besar Roby dan Marcell menjadi dua kali lipat. "Makasih ya, Ga, udah ngelamar aku," ucap Rillian, yang siang ini menikmati semilir angin di rooftoop hotel. Sudah berganti baju, Rillian nampak cantik dengan gaun berwarna peach. Resepsi belum dimulai, dia dan Zerga memutuskan untuk bersantai setelah bersiap-siap, karena ketika pesta resepsi resmi digelar, keduanya mungkin akan sibuk. "Makasih juga karena udah bantu aku menyembuhkan hati," ucap Zerga. "Berkat kamu, aku bisa baik-baik aja kaya sekarang, dan aku
***"Saya terima nikah dan kawinnya Dayana Mezzalura binti Yuda Andriawan, dengan mas kawin seratus lima puluh juta rupiah dibayar tunai!""Bagaimana saksi, sah?""Sah!""Sah!""Barakallah."Dipimpin penghulu yang pagi ini mendampingi Yuda untuk menikahkan Dayana dan Ganesh, doa dipanjatkan semua orang di dalam ballroom.Hari, minggu, bahkan bulan berganti, acara bahagia Dayana dan Ganesh akhirnya dilaksanakan di sebuah ballroom mewah hotel berbintang.Mengusung pesta dengan tema modern tanpa adat, Dayana tampil cantik dengan kebaya berwarna putih sementara Ganesh gagah dengan setelan jas.Dihadiri keluarga inti, akad nikah dilaksanakan pukul delapan pagi waktu setempat. Tidak langsung resepsi, acara akan dijeda setelah akad selama dua jam, sebelum kemudian dilanjutkan pukul sepuluh pagi.Tidak mengambil jam malam, resepsi sengaja digelar pukul sepuluh sampai tiga sore agar tidak mengganggu jam tidur baby Brian. Berusia dua bulan, bayi tersebut sangat menempel dengan Dayana sehingga k
***Mendengar kabar Rillian celaka, Zerga panik. Langsung pergi dari rumah perempuan itu, dia membawa mobilnya menuju rumah sakit.Mengemudi dengan kecepatan tinggi, Zerga ingin segera sampai untuk memastikan kondisi Rillian. Jika terjadi sesuatu pada perempuan itu, dia tidak akan memaafkan diri sendiri karena Rillian jatuh saat hendak turun untuk menunggu dirinya di lantai bawah.Entah bagaimana kronologi sampai Rillian bisa jatuh di tangga, satpam tidak melihat. Namun, katanya besar dugaan perempuan itu tersandung kaki sendiri."Rillian ...," gumam Zerga di sela kegiatannya mengemudikan mobil. "Semoga enggak ada hal serius, karena kalau sesuatu menimpa dia, aku enggak akan bisa maafin diriku sendiri."Zerga terus merafalkan doa sepanjang perjalanan. Sampai di rumah sakit, dia memarkirkan mobilnya secara asal sebelum kemudian berlari menuju IGD."Zerga," panggil Marcell yang barusaja keluar dari ruang penanganan. "Kamu ke sini karena dikasih tahu satpam ya?""Iya, Om. Mana Rilli?" ta
***"Kebahagiaan mereka lengkap."Zerga tersenyum tipis, sementara layar ponselnya menunjukan sebuah foto dari orang terdekatnya, yaitu; Ganesh dan Dayana.Di akun sosial medianya, Dayana mengunggah foto di depan sebuah mobil bersama Ganesh. Bukan mobil lama, yang difoto adalah mobil baru pemberian Ganesh untuk Dayana.Di caption, Dayana mengucapkan banyak terima kasih untuk Ganesh—membuat hati Zerga sedikit tergores. Meskipun sudah mengikhlaskan Dayana untuk Ganesh, hati kecil Zerga masih sering tersentil melihat kemesraan keduanya, karena jika tidak ada insiden, seharusnya dialah yang kini sedang menikmati kebersamaan dengan ibu kandung baby Brian tersebut."Semoga bahagia selalu, Dayana," ucap Zerga. "Kamu bahagia, saya ikut bahagia."Tidak mau terus terbawa suasana, Zerga hendak menyimpan ponselnya di meja nakas. Namun, sebuah dering yang tiba-tiba saja terdengar membuatnya batal melakukan hal tersebut.Mendapat panggilan dari Rillian, Zerga menjawab, "Halo, Ri.""Udah di rumah, G
***Dua minggu menetap di inkubator, bayi mungil Dayana dan Ganesh akhirnya bisa dibawa pulang. Tidak dijemput oleh banyak orang, yang datang ke rumah sakit hanyalah Dayana dan Ganesh selaku orang tua Baby Brian.Bukan tidak ada yang mengantar, Athaya mau pun Roby sempat menawari ikut ke rumah sakit. Namun, karena merasa sanggup untuk membawa putra mereka berdua saja, para orang tua patuh untuk menunggu."Udah beres, Gan, administrasinya?" tanya Dayana, ketika Ganesh masuk ke dalam mobil."Udah," jawab Ganesh. "Sekarang kita tinggal pulang.""Oke deh.""Si ganteng tidur?" tanya Ganesh, sambil memandang sang putra yang kini berada di pangkuan Dayana."Tidur," ucap Dayana. "Barusan kan sempat rewel gitu, terus aku coba susuin. Eh, dia enggak bingung puting. Jadi keterusan sampai akhirnya tidur. Senang banget aku bisa nyusuin Brian secara langsung."Ganesh tersenyum. "Aku ikut senang dengarnya," ucapnya. "Sekarang mau langsung pulang apa ke mana dulu? Barangkali ada yang mau kamu beli."
***Adiasta Ganesh resmi menjadi seorang ayah.Meskipun diawali tragedi, gelar tersebut berhasil dia sandang. Tanpa duka, Ganesh dan keluarga bisa sepenuhnya bahagia karena meskipun sempat mengalami penurunan kondisi, Dayana bisa bertahan.Dari ruang operasi, bayi laki-laki Dayana yang memiliki berat dua kilogram, dipindahkan ke ruang NICU untuk menjalani perawatan di sana, sementara Dayana? Perempuan itu dibawa menuju kamar rawat presiden suit.Keluar dengan kondisi yang tidak sadar, Dayana menyisakan rasa cemas di hati Ganesh, sampai akhirnya sekitar pukul lima sore, perempuan itu membuka mata."Ganesh ...."Dengan suara pelan, Dayana memanggil Ganesh yang terlelap persis di sampingnya. Tidak ada siapa pun, di kamar rawat hanya ada keduanya setelah beberapa waktu lalu Athaya dan Roby pamit untuk mengambil baju ganti di apartemen.Zerga? Pria itu juga pergi karena sebuah urusan, sehingga yang menjaga Dayana hanyalah Ganesh."Day, akhirnya kamu bangun," ucap Ganesh, dengan kondisi set
***Hari libur Ganesh yang semula tenang, seketika diselimuti kepanikan setelah kabar jatuhnya Dayana, disampaikan Mbak yang selama ini menemani perempuan itu.Lekas ke apartemen, Ganesh mendapati Dayana yang tengah merintih kesakitan, sementara cairan berwarna merah membasahi baju yang perempuan itu pakai.Berusaha tenang meskipun panik, Ganesh membawa Dayana ke rumah sakit terdekat. Mendapat penanganan di IGD, kini Dayana masih berada di dalam, sementara Ganesh menunggu dengan perasaan gelisah."Ya Tuhan, lindungi Dayana dan anakku," ucap Ganesh, penuh permohonan. "Aku tahu, aku bukan orang baik, tapi tolong selamatkan mereka karena aku akan hancur jika terjadi sesuatu pada Dayana mau pun anaknya."Tidak bersama Mbak, Ganesh sendirian di depan IGD. Belum mengabari siapa pun, dia berniat untuk menunggu dulu sampai tahu kondisi Dayana mau pun bayi yang dikandungnya."Keluarga pasien, atas nama Dayana?"Pintu IGD terbuka, Ganesh dengan segera beranjak. "Saya, Dokter," ucapnya. "Saya su
*** Jika kebanyakan ibu hamil mengalami ngidam di trimester pertama kehamilan, maka Dayana berbeda. Lebih banyak tertekan ketika usia kandungannya masih di kisaran satu sampai dua bulan, perempuan itu sering ngidam di trimester ketiga kandungannya. Jika beberapa hari lalu dia mengidam nasi goreng yang dimasak oleh Bima, maka weekend ini keinginan Dayana berbeda lagi. "Bilang jangan ya ke Ganesh?" tanya Dayana, yang masih berbaring di tempat tidur, karena memang jarum jam pun baru sampai di angka tujuh pagi. "Kalau bilang, takut dia enggak ngabulin, tapi kalau enggak bilang, takut juga bayi aku ngeces. Bingung banget." Selama beberapa saat, Dayana sibuk menimang, hingga ketika keinginan di dalam hatinya semakin kuat, dia memberanikan diri untuk menghubungi kekasihnya itu. "Halo, Sayang, morning," sapa Ganesh hangat. "Ada apa?" "Kamu lagi apa?" tanya Dayana. "Aku masih di tempat tidur nih. Males banget mau bangun." "Enggak sakit, kan?" tanya Ganesh. "Aku kebetulan baru sele
***Dua bulan berlalu, usia kandungan Dayana akhirnya sampai di minggu ke tiga puluh. Tidak ada kendala, kehamilan perempuan itu berjalan dengan lancar.Tidak ada masalah, kehidupan Dayana juga perlahan membaik. Selain bisa bersatu dengan Ganesh, hubungannya dengan Zerga berangsur membaik seiring berjalannya waktu."Ganesh mana ya? Janjinya jam setengah lima, tapi belum sampai juga," keluh Dayana, ketika sore ini dia menunggu Ganesh datang menjemput.Waktu pemeriksaan tiba, sore ini Dayana akan mengunjungi rumah sakit untuk check up. Tidak sendiri, dia selalu bersama Ganesh karena sebagai calon suami dan ayah yang baik, Ganesh katanya tidak mau melewatkan satu kali pun pemeriksaan Dayana."Duh, pegal."Bersandar dengan perut yang besar, Dayana dilanda pegal. Mengubah posisi menjadi sedikit menyamping, dia terus menunggu hingga setelah setengah jam terlambat, sosok yang ditunggu datang."Day," panggil Ganesh.Tidak perlu menekan bel, pria itu tahu password apartemen Dayana, sehingga s