Share

2. Wasiat Ibu

Penulis: Kii_zaa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-26 13:08:08

"Ibu," sahut Zaura, seraya mendekati ibunya yang masih terbaring lemah di brankar rumah sakit.

"Ibu lebih baik mati dari pada berjuang untuk hidup dari hasil yang haram! Apa yang kamu fikirkan Zaura? Kenapa kamu mengambil jalan pintas seperti itu nak? Itu Dosa!"

Zaura mengangguk, Isak tangisnya tak bisa di tahan lagi. Tapi Zaura juga tidak tahu, siapa yang memberi tahu ibunya jika dirinya hendak menjual kehormatannya demi menyelamatkan ibunya.

"Tapi Zaura tidak melakukannya Bu. Zaura berani bersumpah, maafin Zaura." Zaura hendak mencium punggung tangan ibunya, tapi Tika menepisnya, kekecewaannya sangat kentara terhadap putri satu satunya.

"Lantas jika tidak ada orang lain yang menghalangi niat kotormu itu, kamu akan tetap melakukannya kan?"

Zuara menunduk terdiam. Benar apa kata ibunya, andai saja Alandra tidak menghalangi rencananya tadi. Mungkin sesuatu yang paling berharga dalam diri Zaura sudah hilang.

"Bu."

"Ibu merasa menjadi orang tua yang gagal seandainya kamu melakukan dosa besar itu Zaura! Kamu tahu itu zina Zaura!" teriak Tidak, semakin mengungkapkan kemarahannya di depan Zaura.

"Meskipun ibu membesarkan kamu sendirian, tapi ibu berjuang mati-matian menjaga kehormatan anak ibu. Ibu tidak mau kecolongan! Tapi kenapa dengan mudahnya kamu ingin menjual kehormatan kamu sendiri Zaura," ujar Tika semakin frustasi, kekecewaannya terhadap putrinya semakin besar.

"Bu, maafkan Zaura Bu," Isak Zaura, seraya menunduk dalam tanpa berani melihat mata ibunya.

Sementara Tika menatap jauh ke depan, tanpa mau melirik anaknya yang masih terisak menangis.

"Sejak kecil, kamu selalu di juluki anak haram oleh orang lain. Dan ibu berusaha menjadi garda terdepan untuk anak ibu, jangan kamu rusak diri kamu sendiri dengan kelakuanmu sendiri Zaura!"

"Bu, Zaura seperti ini karena Zaura ingin ibu sembuh. Di dunia ini, hanya ibu yang Zaura punya. Zaura akan berusaha mendapatkan uang dengan cara apapun asalkan ibu sembuh," tukas Zaura, berusaha memberikan pengertian untuk ibunya.

"Lebih baik ibu mati, dari pada harus berjuang dari uang haram yang kamu hasilkan dengan cara berzina! Demi tuhan, ibu akan menyesalinya seumur hidup Zaura!" teriak Tika, semakin marah mendengar alasan Zaura yang membenarkan perbuatannya. Alasan putrinya tidak bisa di benarkan, bukan hanya kemarahan saja yang Tika rasakan. Melainkan, Tika merasa khawatir andai dirinya sudah tiada, Zaura akan melakukan hal yang lebih dari ini.

"Menikahlah Zaura!" perintahnya Tika tegas.

Dengan cepat Zaura menggelengkan kepalanya. Satu kata yang tidak ingin dia lakukan, yaitu menikah. Zaura tetap berdiri tegap pada prinsipnya, yaitu tidak akan pernah menikah dengan siapapun.

"T-tidak buk! Zaura mohon, jangan paksa Zaura untuk menikah. Karena hal itu tidak akan pernah Zaura lakukan seumur hidup!"

"Kamu memilih sesuatu yang haram dari pada yang halal Zaura!"

"B-bukan begitu maksud Zaura Bu. T-tapi." Zaura sungguh bingung, dengan apa dia mengatakan tentang prinsipnya pada ibunya.

"Apa? Kamu mau bilang tidak akan menikah seumur hidup? Kamu fikir ibu tidak tahu tentang rencana kamu?"

"Ibu merawat kamu dari bayi sampai sebesar ini. Dan ibu tahu apa yang kamu maksud, kamu memiliki prinsip bodoh untuk tidak menikah. Kamu merasa diri kamu tidak pantas menikah dengan seorang laki-laki?"

"Zaura! Singkirkan pemikiran kamu yang salah itu. Percaya sama ibu, kamu bukan gadis tanpa nasab seperti yang di bilang orang lain. Kamu memiliki seorang ayah, tapi ibu tidak bisa mengatakan dimana ayah kamu sekarang. Sekarang ibu minta, menikah saja ya nak. Karena andai ibu sudah tiada nanti, ibu sudah tenang karena kamu sudah ada yang menjaga!"

"Tidak ibu, Zaura gak mau!"

"Kalau begitu kamu mau ibu meninggal dengan keadaan tidak tenang?"

Zaura memegang lengan ibunya "Ibu pasti sehat, ibu pasti kuat. Ibu gak boleh ninggalin Zaura Bu, Zaura hanya punya ibu."

"Nak, ibu sayang sama kamu. Zaura harus tau, kemarahan ibu tadi itu karena ibu sayang sama kamu nak. Maafkan ibu yang tidak bisa melindungi kamu dari hinaan dan cacian orang lain, sampai kamu mempunyai fikiran untuk tidak mau menikah. Jangan seperti itu nak, ibu sedih kalau Zaura terus-terusan seperti ini," ujar Tika, seraya mendekap putrinya dengan penuh kasih sayang.

Zaura balas memeluk ibunya dengan erat, di dunia ini memang hanya Fika yang zuara punya. Karena sebagian saudara Zaura, mereka tidak pernah mau berteman dengan Zaura, karena Zaura di anggap sebagai gadis tak bernasab yang tidak memiliki seorang ayah.

Padahal, Tika sudah menjelaskan jika Zaura memiliki seorang ayah dan Zaura bukanlah anak haram. Namun, pandangan orang lain yang terlampau membenci hidup Tika dan Zaura tidak pernah percaya dengan ucapan Tika.

Karena hal itu tentu saja berimbas pada Zaura yang saat ini tidak pernah mau mendekatkan dirinya pada laki-laki karena Zaura menganggap dirinya adalah anak haram dan tidak pantas di cintai oleh laki-laki.

Tika membingkai wajah putrinya, seraya mengusap air mata dan merapikan anak rambut Zaura yang berantakan. Bukan tanpa alasan Tika ingin segera menikahkan anaknya, selain karena umurnya yang tidak lama lagi, suara sudah menginjak usia dua puluh lima tahun dan Tika ingin menyaksikan putrinya menikah dengan laki-laki pilihannya.

"Ibu ingin pergi dalam keadaan tenang. Zaura harus ikhlas seandainya ibu sudah tidak bisa di samping kamu lagi. Ibu hanya mau kamu ada yang menjaga dan melindungi setelah ibu tiasa nanti. Mau ya nak, turuti permintaan Ibu sekarang!"

Zaura mengangguk lemah, untuk saat ini Zaura hanya ingin melihat ibunya bahagia. Dan Zaura tidak mau menjadi penyebab ibunya lebih sakit dari sebelumnya.

"Ibu sudah pernah berjanji dengan sahabat ibu, Andai kamu sudah besar dan dewasa, ibu akan menikahkan kamu dengan putra dari sahabat ibu. Ibu yakin, dia laki-laki yang pantas untuk menjaga anak ibu."

Dalam diamnya hati Zaura bergetar, akankah dia harus menghancurkan prinsip yang selama ini dia jaga demi ibunya? 

"I-iya Bu."

"Ingat nak! Menikah itu adalah ibadah, ibadah terpanjang yang akan kamu jalani bersama suamimu kelak. Meskipun ibu membesarkan kamu tanpa seorang ayah, ibu selalu berdoa agar kamu tidak mengalami hal yang sama seperti ibu."

Alih alih menjawab, Zaura hanya terdiam, Zaura tidak bisa membayangkan jika dirinya menikah dengan seorang laki-laki. Zaura juga memikirkan bagaimana jika laki-laki itu tahu jika Zaura tidak memiliki seorang ayah.

Zaura keluar dari dalam ruangan inap ibunya untuk membeli beberapa makanan. Sejak pagi tadi, Zaura tidak memikirkan isi perutnya hingga sekarang gadis malang itu merasa perutnya melilit dan sakit.

Setelah melewati koridor rumah sakit, Zaura mendengar suara yang tak asing lagi di telinganya. Suara yang selalu membuat Zaura tidak percaya diri dengan keadaanya.

"Wah, ternyata si anak haram ini rela jadi pelacur demi pengobatan ibunya!"

Deg!

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terpaksa Menikah Karena Wasiat Ibu   Revisi

    Kedua pipi Launa memerah, tatkala seorang laki-laki yang tiba-tiba sudah ada di belakangnya dan langsung memujinya. Setelah menoleh, ternyata Ziyan yang sedang memperhatikannya sejak tadi. Padahal Launa mengira itu suaminya."Eh, elo. Kirain Zayn.""Kenapa emang?""Gue tadinya salting kalo beneran Zayn yang muji gue. Eh tapi, beneran gue cocok pake baju kayak gini?" tanya Launa lagi, dengan memutar-mutar tubuhnya di depan cermin."Bagus kok, cantik," kata Ziyan lagi, mengakui kalau Launa memang sangat cantik mengenakan gamis berwarna maroon lengkap dengan hijabnya."Kalo gitu gue gak bakal ganti lagi. Gue mau ke kampus pake gamis ini aja. Gue yakin si, pasti banyak orang-ornag yang terpesona.""Terpesona! Inget, udah punya suami!""Ya iya Ziyan tenang aja. Gue juga inget kok."Tiba di ruang makan, semuanya sarapan dengan tenang. Sesekali Aqlan melihat emangnya yang tampak pangling, masih tidak menyangka jika menantunya sudah langsung berubah dan mau memakai set hijab seperti ini."La

  • Terpaksa Menikah Karena Wasiat Ibu   revisi

    Siang harinya, Khafi menemui sahabatnya di kantor miliknya. Saat ini, Khafi emang membutuhkan Hanif sebagai orang yang dia andalkan termasuk partner curhatnya juga. Dan Hanif juga banyak tahu tentang masalah yang di hadapi oleh Khafi saat ini."Ada apa? Tumben banget pakmil satu ini tiba-tiba datang ke sini.""Gue lagi pusing nif," jawab Khafi, seraya mendaratkan bokongnya duduk di atas sofa ruangan Hanif."Pusing? Kepala Lo kambuh lagi?" tanya Hanif hawatir."Ck, bukan!""Lah, terus apa?""Ada sesuatu yang harus kita selidiki. Hampir satu bulan ini, cafe Alara ada masalah. Pemasukan tiba-tiba menurun, padahal pelanggan tetap rame seperti biasa. Udah ada satu orang yang jadi tersangka, tapi dia kabur.""Terus masalahnya apa? Kenapa gak langsung laporin aja tu orang yang ngambil uangnya?"Khafi menatap Hanif dengan tajam. Jika masalahnya hanya itu, mungkin Khafi tidak mungkin menemuinya untuk mengajak Hanif diskusi."Masalahnya, gue yakin pasti ada orang yang ikut campur dan jadi dalan

  • Terpaksa Menikah Karena Wasiat Ibu   Revisi

    "Siap," sahut Naila langsung menaiki mobil dan duduk di samping Khafi.Khafi melakukan mobilnya dengan kecepatan cepat, namun cenderung lebih lambat. Sambil sesekali melihat ke samping berhadap bisa menemukan istrinya."Bang, kita mau cari mbak Alara kemana?" tanya Naila dengan nada malas."Ke Cafenya," jawab Khafi singkat. Bahkan sejak tadi Khafi tidak mempedulikan ocehan Naila yang membuat telinganya panas.Bagiamana tidak panas, Naila selalu membicarakan keburukan Alara. Kembali memanas-manasi keadaan agar Khafi tidak perlu mencari Alara."Abang, sebenarnya keputusuan Abang itu udah tepat. Abang nyuruh mbak Alara pergi karena itu kesalahan dia sendiri, Abang yakin masih mau memaafkan mbak Alara sedangkan mbak Alara sudah sejauh ini membohongi Abang."Cekiiittt!Dahi Naila terbentur ke atas dashboard, Khafi menatapnya dengan tajam."A-abang kenapa ngerem mendadak sih," Kesal Naila karena Khafi seperti sengaja ngerem mendadak, tapi setelah melihat gelagat Khafi yang sepertinya marah

  • Terpaksa Menikah Karena Wasiat Ibu   revisi

    Alandra mengecupi seluruh permukaan wajahnya. Memberikan istrinya ketenangan, agar Zaura tak lagi meratapi rasa sakitnya karena perawan ya sudah benar-benar pecah oleh Alandra, suaminya sendiri. Alandra sedikit menyesal karena hal ini ternyata sangat menyakiti istrinya. Tapi, masa iya dia tidak boleh melakukan hubungan suami istri yang justru dia dan istrinya sudah halal. "Berhenti saja hhhm? Aku gak akan melanjutkannya kalau kamu masih merasa sakit," ucap Alandra, dengan membelai wajah istrinya dengan tangannya. "Jangan! Kenapa harus berhenti?" "Kamu kesakitan, aku gak tega lihatnya!" "Sakitnya cuma sebentar mas. Sebentar lagi mungkin hilang, maaf kalau aku begini karena rasanya benar-benar sakit." "Tidak apa-apa. Aku tidak akan melanjutkannya, biar punya kamu membiaskan diri dengan milik aku." Zaura mengangguk, demi mengalihkan perhatian suaminya Zaura memulainya dengan meraih wajah suaminya dan mencium bibir laki-laki itu. Tentu saja Alandra tidak menolak, dia juga membalas l

  • Terpaksa Menikah Karena Wasiat Ibu   16. Zaura ketakutan

    Alandra tertawa melihat istrinya yang ketakutan Melihat rudal sakti miliknya. Bagaimana jadinya jika Alandra sampai memasukan rudal saktinya ke dalam goa sempit milik istrinya. Pastinya sangat nikmat, dan Alandra semakin tak sabar menunggu waktunya tiba. Tapi Alandra tak ingin melakuaknya secara langsung, laki-laki itu tidak ingin menakut-nakuti Zaura dengan rudal miliknya yang sudah seperti pedang sakti. "Kenapa Hhhm?" Tanya Alandra, seraya menciumi bahu tebuka istrinya. "I-itu apa mas? k-kenapa besar sekali?" "Ini benda yang akan bikin kamu keenakan. Kenapa malah takut Hhm? Ayo pegang," tukas Alandra, kembali menarik tangan istrinya. Zaura kembali menarik tangannya, rasanya dia enggan melihat ke arah rudal suaminya yang sudah mencuat ke atas. Apalagi sampai menyentuhnya, membayangkannya saja Zaura sudah bergidik ngeri. Lagi-lagi Alandra di buat tertawa dengan sikap sikap istrinya. Zaura takut dengan rudal miliknya, dan apakah Alandra akan berhenti saja? Oh tidak, sulit ba

  • Terpaksa Menikah Karena Wasiat Ibu   15. Ular Besar Alandra

    Tidak berhenti di situ, dan Alandra tidak ingin memandanginya saja. Seraya memajukan wajahnya, bibirnya menyentuh puncak kuncup cokelat itu dan menjilatinya pelan. Zaura kembali bergetar. karena Alandra mulai memasukan seluruh permukaan bukit kembar itu ke dalam mulutnya, menyedotnya dengan kuat. seperti bayi yang kehausan. Sementara tangan satunya lagi masih memberikan remasan kecil di bukit satunya lagi. Bagaimana zuara tidak mengenal lagi. sedangkan perbuatan suaminya ini membuatnya tak kuasa untuk sekedar menahan desahannya. Zaura mendongak, menikmati setiap sesapan suaminya. Zaura juga meremas rambut Alandra dan menekannya hingga bukit kembar itu terasa penuh di mulutnya. Usai memberikan rangsangan melalui bukit kembar istrinya. Alandra mencium seluruh permukaan perut Zaura hingga Zaura menggeliat kegelian. Zaura merasa banyak sekali kupu-kupu yang hinggap di perutnya. Rasanya aneh, dan Zaura tidak sabar untuk menantikan kegiatan selanjutnya. "Ssssh, mas!" jerit Zaura,

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status