Share

3. Perjodohan

Penulis: Kii_zaa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-26 13:09:16

Bab 3

Telinga Zaura panas mendengar perkataan yang di lontarkan oleh Naila, saudara sepupunya sendiri.

Zaura mengepalkan tangannya, kemudian memutar tubuhnya menghadap Naila yang tersenyum culas. "Apa maksud kamu?"

"Maksud aku? Kamu jual diri kan? Demi pengobatan ibu kamu, emangnya aku gak tau kelakuan bejat kamu Zaura!"

"Dasar pelacur! Udah jadi anak haram, eh malah bikin dosa dengan menjual diri sama om om hidung belang. Yaa ampun, sesat banget hidup kamu Zaura!"

Zaura menunjuk Naila dengan kesal, kekesalannya sudah tidak bisa dia tahan lagi. "Aku bukan pelacur seperti yang kamu katakan kak! Aku tidak menjual diri!" Belanya, berusaha menepis tuduhan Naila. Meskipun pada kenyataanya, Zaura memang melakukan hal itu tapi gagal.

"Oh ya, terus ini siapa? Mau ngelak gimana lagi  Zaura," cibir Naila, seraya memperlihatkan foto Zaura yang sedang berada di hotel yang di datanginya tadi.

Zaura berusaha mengambil ponsel itu tapi kalah cepat, Naila menyembunyikan ponselnya kembali ke dalam tasnya.

"Dari mana kamu mendapatkan foto itu?"

"Kenapa? Sekarang ngaku kan kalau kamu itu seorang jalang!"

Zaura kembali mengepalkan tangannya. Rasanya, dia ingin menampar Naila tapi Zaura masih berusaha menahannya.

"Aku bukan jalang! Aku memang sempat akan mengambil jalan pintas itu untuk menyelamatkan nyawa ibu. Tapi semuanya gagal, aku gak melakukan hal yang kamu tuduhkan tadi kak."

"Alah, udahlah Zaura. Seberapa keras kamu membela diri aku gak akan pernah percaya. Sekalinya jalang kamu tetap jalang! Memang benar ya, kelakuan kamu itu tidak jauh seperti ibumu yang seorang pelacur!"

Plak!

Tidak tahan lagi, sejak tadi tangannya sudah gatal ingin menampar mulut lemas Naila "Cukup kak! Sudah aku bilang kalau aku bukan anak haram, aku punya ayah. Aku juga bukan jalang seperti yang kamu katakan tadi. Ada Masalah apa sih kamu sama aku? Kenapa kamu selalu membenciku kak? Seharusnya kamu menyadari kalau jalang itu kamu, bukan aku!"

"Dan satu lagi, jangan bawa-bawa ibuku. Ibuku bukan pelacur, dia wanita baik-baik!"

"Apa kamu bilang? Wanita baik-baik? Kalau memang Tante Tika itu wanita baik, tidak mungkin dia membawa kamu seorang diri tanpa seorang suami."

"Dan Kamu gak perlu tau alasan kenapa aku membenci kamu Zaura, tapi sampai kapanpun aku akan tetap membenci kamu!"

Sejak dulu, Naila memang selalu membenciya. Entah karena alasan apa, dari dulu Zaura juga selalu mengalah demi kakak sepupunya itu. Ya, dari dulu Naila memang selalu iri terhadap Zaura.

Naila sampai tega memfitnah Zaura dan menyebarkan berita pada orang lain kalau Zaura adalah anak haram. Pada saat itu, Zaura berusaha untuk tidak mendengarnya, tapi semakin kesini telinga Zaura panas mendengar hinaan itu.

Bahkan, sekarang Zaura sudah tidak memiliki teman lagi yang mau dekat dengannya. Naila melarang teman-teman Zaura untuk bermain dengan Zaura karena Zaura adalah anak haram.

Naila menatap zuara sinis. "Berani kamu menamparku, aku akan memperlihatkan foto ini pada orang lain kalau kamu adalah wanita bayaran yang siap melayani pria hidung belang," ancamnya.

"Silahkan! Silahkan kamu fitnah aku sampai kamu puas kak. Tapi jangan pernah kamu lupa, jika Suatu saat karma akan datang padamu. Aku bersumpah, kamu akan mengalami penderitaan yang lebih dari aku alami!"

Setelah mengatakan itu, Zaura pergi. Rasa lapar yang melilit perutnya tadi hilang seketika, berganti dengan rasa kesal dan emosi yang luar biasa. Entah dari mana Naila mendapatkan foto itu, karena sejak di hotel tadi Zaura tidak menyadari keberadaan orang yang membuntutinya.

Ya, Naila memang selalu berhasil memancing emosi Zaura. Dan akhirnya Zaura lah yang tertuduh melukai Naila.

*

*

*

Zaura menenangkan diri di taman rumah sakit. Hatinya teramat sakit mendengar penghinaan Nayla. Zaura juga menyesali perbuatannya karena harus mengambil jalan pintas seperti ini.

Tapi keberuntungan masih berpihak padanya, Alandra berhasil menghalanginya dan sampai saat ini kesucian Zaura masih terjaga.

Zaura merasa masalah begitu banyak menghantam kehidupannya. Prinsipnya untuk tidak menikah mulai goyah tatkala ibunya memintanya untuk menikah. Bagaimana jika suaminya nanti merasa malu menikah dengannya? Karena bukan hanya sekali dua kali Naila menyebarkan fitnah tentang Zaura.

Bahkan, Zaura merasa dunia mengucilkannnya sekarang. Tak ada tempat untuk dia bertumpu selain ibunya, hanya Tika yang Zaura punya saat ini.

*

*

*

Di dalam ruang rawat, Tika di datangi oleh Rosa yang tak lain adalah sahabatnya sendiri. Dulu, Tika dan Rosa pernah berjanji untuk menjodohkan anak-anak mereka jika sudah dewasa.

Dan sekarang, Tika menagih janji itu karena merasa umurnya sudah tidak akan lama lagi. Tika mau anaknya ada yang menjaga dan melindunginya.

"Rosa, bagaimana dengan perjodohan yang kita bicarakan dulu, apa kamu masih mengingatnya?" tanya Tika, berharap Rosa masih mengingat janji mereka.

"Tentu saja aku ingat. Apa kita akan menikahkan mereka sekarang?"

"Tapi Ros, kehidupan yang di lalui anaku tidak baik-baik saja. Selama ini, dia selalu mendapat hinaan dan cacian dari orang lain. Sebagai seorang ibu, aku berusaha melindungi Zaura dari fitnah itu. Tapi tetap saja, untuk orang yang tidak suka dengan kehidupanku dan Zaura tetap saja memfitnah dan menghina kami, tapi percayalah, Zaura adalah gadis baik dan penurut," ujar Tika dengan tatapan sendu.

"Kamu hawatir dengan tanggapanku yang akan ikut-ikutan menggunjing putrimu? Tidak akan Tika! Bahkan, aku pasti bahagia karena bisa memiliki anak  perempuan lagi, meskipun pada kenyataanya dia adalah menantuku!"

"Lalu, bagaimana dengan suamimu dan putramu? Apa dia sudah mengetahui bagaimana kehidupan putriku?" tanya Tika, masih tetap dengan kehawatirannya.

"Tenang saja Tika. Suami dan putraku tidak akan terpengaruh dengan berita yang belum tentu kebenarannya. Karena aku juga ingin putraku ini cepat menikah, dia sudah cukup umur untuk menikah, tapi sampai saat ini dia belum pernah mengenalkan satu permepuanpun pada aku !"

"Syukurlah kalau begitu, aku hanya ingin anakku ada yang menjaga jika aku pergi nanti. Aku minta tolong, jaga putriku ya Ros."

"Tika kamu harus kuat! Tika yang aku kenal itu tidak mudah menyerah, kamu pasti bisa mendampingi Zaura lebih lama lagi," ungkap Rosa, berusaha menahan kesedihannya melihat kondisi sahabatnya yang semakin memburuk.

"Umur manusia tidak ada yang tahu Rosa.  kondisiku juga semakin memburuk, dan kemungkinan umurku Tidak akan lama lagi. Maka dari itu, kutitipkan putriku padamu. Lindungi anakku jika orang lain masih menghinanya, dan tolong katakan pada Zaura tentang siapa ayah kandungnya, karena dia berhak mengetahuinya. Tapi tidak sekarang, aku menitipkan amanah besar ini padamu ros!"

Rosa mengangguk, kemudian memeluk Tika dengan erat. Seolah pelukan itu adalah pelukan terlahir untuk mereka. 

"Dimana Zaura, kenapa dia tidak ada di sini Tika?"

"Oh, dia sedang keluar. Mungkin sebentar lagi akan datang."

Pucuk di cinta ulam pun tiba, yang di bicarakan ternyata datang tepat pada waktunya. Setelah menenangkan diri di taman, Zaura kembali ke ruang rawat ibunya.

"Zaura, sini nak," panggil Tika, meminta Zaura mendekat.

"Zaura, kenalkan ini Tante Rosa. Tante Rosa ini sahabat ibu," ujar Tika, mengenalkan zaur pada calon mertuanya. Hingga keduanya berjabat tangan

"Zaura."

"Rosa."

"Cantik sekali," puji Rosa, yang tidak bisa mengalihkan pandangannya dari Zaura.

"Bagaimana Zaura, kamu mau kan menikah dengan anak Tante?"

Deg!

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terpaksa Menikah Karena Wasiat Ibu   Revisi

    Kedua pipi Launa memerah, tatkala seorang laki-laki yang tiba-tiba sudah ada di belakangnya dan langsung memujinya. Setelah menoleh, ternyata Ziyan yang sedang memperhatikannya sejak tadi. Padahal Launa mengira itu suaminya."Eh, elo. Kirain Zayn.""Kenapa emang?""Gue tadinya salting kalo beneran Zayn yang muji gue. Eh tapi, beneran gue cocok pake baju kayak gini?" tanya Launa lagi, dengan memutar-mutar tubuhnya di depan cermin."Bagus kok, cantik," kata Ziyan lagi, mengakui kalau Launa memang sangat cantik mengenakan gamis berwarna maroon lengkap dengan hijabnya."Kalo gitu gue gak bakal ganti lagi. Gue mau ke kampus pake gamis ini aja. Gue yakin si, pasti banyak orang-ornag yang terpesona.""Terpesona! Inget, udah punya suami!""Ya iya Ziyan tenang aja. Gue juga inget kok."Tiba di ruang makan, semuanya sarapan dengan tenang. Sesekali Aqlan melihat emangnya yang tampak pangling, masih tidak menyangka jika menantunya sudah langsung berubah dan mau memakai set hijab seperti ini."La

  • Terpaksa Menikah Karena Wasiat Ibu   revisi

    Siang harinya, Khafi menemui sahabatnya di kantor miliknya. Saat ini, Khafi emang membutuhkan Hanif sebagai orang yang dia andalkan termasuk partner curhatnya juga. Dan Hanif juga banyak tahu tentang masalah yang di hadapi oleh Khafi saat ini."Ada apa? Tumben banget pakmil satu ini tiba-tiba datang ke sini.""Gue lagi pusing nif," jawab Khafi, seraya mendaratkan bokongnya duduk di atas sofa ruangan Hanif."Pusing? Kepala Lo kambuh lagi?" tanya Hanif hawatir."Ck, bukan!""Lah, terus apa?""Ada sesuatu yang harus kita selidiki. Hampir satu bulan ini, cafe Alara ada masalah. Pemasukan tiba-tiba menurun, padahal pelanggan tetap rame seperti biasa. Udah ada satu orang yang jadi tersangka, tapi dia kabur.""Terus masalahnya apa? Kenapa gak langsung laporin aja tu orang yang ngambil uangnya?"Khafi menatap Hanif dengan tajam. Jika masalahnya hanya itu, mungkin Khafi tidak mungkin menemuinya untuk mengajak Hanif diskusi."Masalahnya, gue yakin pasti ada orang yang ikut campur dan jadi dalan

  • Terpaksa Menikah Karena Wasiat Ibu   Revisi

    "Siap," sahut Naila langsung menaiki mobil dan duduk di samping Khafi.Khafi melakukan mobilnya dengan kecepatan cepat, namun cenderung lebih lambat. Sambil sesekali melihat ke samping berhadap bisa menemukan istrinya."Bang, kita mau cari mbak Alara kemana?" tanya Naila dengan nada malas."Ke Cafenya," jawab Khafi singkat. Bahkan sejak tadi Khafi tidak mempedulikan ocehan Naila yang membuat telinganya panas.Bagiamana tidak panas, Naila selalu membicarakan keburukan Alara. Kembali memanas-manasi keadaan agar Khafi tidak perlu mencari Alara."Abang, sebenarnya keputusuan Abang itu udah tepat. Abang nyuruh mbak Alara pergi karena itu kesalahan dia sendiri, Abang yakin masih mau memaafkan mbak Alara sedangkan mbak Alara sudah sejauh ini membohongi Abang."Cekiiittt!Dahi Naila terbentur ke atas dashboard, Khafi menatapnya dengan tajam."A-abang kenapa ngerem mendadak sih," Kesal Naila karena Khafi seperti sengaja ngerem mendadak, tapi setelah melihat gelagat Khafi yang sepertinya marah

  • Terpaksa Menikah Karena Wasiat Ibu   revisi

    Alandra mengecupi seluruh permukaan wajahnya. Memberikan istrinya ketenangan, agar Zaura tak lagi meratapi rasa sakitnya karena perawan ya sudah benar-benar pecah oleh Alandra, suaminya sendiri. Alandra sedikit menyesal karena hal ini ternyata sangat menyakiti istrinya. Tapi, masa iya dia tidak boleh melakukan hubungan suami istri yang justru dia dan istrinya sudah halal. "Berhenti saja hhhm? Aku gak akan melanjutkannya kalau kamu masih merasa sakit," ucap Alandra, dengan membelai wajah istrinya dengan tangannya. "Jangan! Kenapa harus berhenti?" "Kamu kesakitan, aku gak tega lihatnya!" "Sakitnya cuma sebentar mas. Sebentar lagi mungkin hilang, maaf kalau aku begini karena rasanya benar-benar sakit." "Tidak apa-apa. Aku tidak akan melanjutkannya, biar punya kamu membiaskan diri dengan milik aku." Zaura mengangguk, demi mengalihkan perhatian suaminya Zaura memulainya dengan meraih wajah suaminya dan mencium bibir laki-laki itu. Tentu saja Alandra tidak menolak, dia juga membalas l

  • Terpaksa Menikah Karena Wasiat Ibu   16. Zaura ketakutan

    Alandra tertawa melihat istrinya yang ketakutan Melihat rudal sakti miliknya. Bagaimana jadinya jika Alandra sampai memasukan rudal saktinya ke dalam goa sempit milik istrinya. Pastinya sangat nikmat, dan Alandra semakin tak sabar menunggu waktunya tiba. Tapi Alandra tak ingin melakuaknya secara langsung, laki-laki itu tidak ingin menakut-nakuti Zaura dengan rudal miliknya yang sudah seperti pedang sakti. "Kenapa Hhhm?" Tanya Alandra, seraya menciumi bahu tebuka istrinya. "I-itu apa mas? k-kenapa besar sekali?" "Ini benda yang akan bikin kamu keenakan. Kenapa malah takut Hhm? Ayo pegang," tukas Alandra, kembali menarik tangan istrinya. Zaura kembali menarik tangannya, rasanya dia enggan melihat ke arah rudal suaminya yang sudah mencuat ke atas. Apalagi sampai menyentuhnya, membayangkannya saja Zaura sudah bergidik ngeri. Lagi-lagi Alandra di buat tertawa dengan sikap sikap istrinya. Zaura takut dengan rudal miliknya, dan apakah Alandra akan berhenti saja? Oh tidak, sulit ba

  • Terpaksa Menikah Karena Wasiat Ibu   15. Ular Besar Alandra

    Tidak berhenti di situ, dan Alandra tidak ingin memandanginya saja. Seraya memajukan wajahnya, bibirnya menyentuh puncak kuncup cokelat itu dan menjilatinya pelan. Zaura kembali bergetar. karena Alandra mulai memasukan seluruh permukaan bukit kembar itu ke dalam mulutnya, menyedotnya dengan kuat. seperti bayi yang kehausan. Sementara tangan satunya lagi masih memberikan remasan kecil di bukit satunya lagi. Bagaimana zuara tidak mengenal lagi. sedangkan perbuatan suaminya ini membuatnya tak kuasa untuk sekedar menahan desahannya. Zaura mendongak, menikmati setiap sesapan suaminya. Zaura juga meremas rambut Alandra dan menekannya hingga bukit kembar itu terasa penuh di mulutnya. Usai memberikan rangsangan melalui bukit kembar istrinya. Alandra mencium seluruh permukaan perut Zaura hingga Zaura menggeliat kegelian. Zaura merasa banyak sekali kupu-kupu yang hinggap di perutnya. Rasanya aneh, dan Zaura tidak sabar untuk menantikan kegiatan selanjutnya. "Ssssh, mas!" jerit Zaura,

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status