138.
Jam menunjukkan pukul sepuluh tepat ketika Rainer Griffin telah menyelesaikan tugas milik Olivia Milan. Dengan pengetahuannya yang luas tentang gagasan bisnis, pria itu memberikan beragam ide di lembar jawaban Olivia Milan. Ia menargetkan kekasihnya itu akan mulai berburu investor di hari berikutnya yaitu hari Senin.
“Huaaah… Jam berapa ini? Mengapa mataku masih sangat berat?”
Di saat yang bersamaan, dari atas ranjang, tubuh Olivia Milan menggeliat. Ia melirik sebentar ke arah jam dinding di kamarnya lalu tersenyum lega setelah jam tersebut menunjuk ke angka sepuluh lebih beberapa menit.
“Huaaah… Syukurlah masih malam,” gumam Olivia Milan sebab ia mengira jika saat itu hari masih petang, namun, begitu ia teringat bahwa ia bahkan tidur sekitar pukul tiga dini hari, tubuh Olivia Milan berjingkat, ia terduduk dengan kepala yang terasa berputar-putar.
“Dua jam lagi presentasi akan dimulai, semangat&helli
139.Tok Tok Tok…“Sayang, buka pintunya, makanan yang kupesan sudah datang. Ayo kita sarapan!” Rainer Griffin mengetuk pintu kamar Olivia Milan yang tertutup rapat. Meski beberapa saat lalu ia dan Olivia Milan telah saling adu mulut dan bertentangan pendapat, perkara perut tetaplah harus diutamakan.Ceklek…Dengan hanya menggunakan bathrobe, Olivia Milan membuka pintu kamarnya, gadis itu menyambut kedatangan Rainer Griffin dengan senyuman yang ramah. Seolah, tak pernah terjadi adu mulut beberapa jam sebelumnya.Cup…“Terima kasih, Sayang,” ucap gadis itu seraya menjinjit dan memberi satu kecupan lembut di pipi kanan kekasihnya.“Hey, sebentar… Bukankah terakhir kali kita berbicara, kita sedang bertengkar lumayan hebat? Bagaimana bisa kepalamu sedingin ini? Jujur saja, aku jadi sedikit curiga padamu. Apa kau telah melakukan kesalahan fatal? Kau berselingkuh?” Rainer
140.Hari sudah pukul dua siang ketika Olivia Milan mulai melakukan presentasi di depan Rainer Griffin. Ternyata, ada satu ruangan khusus di dalam apartemen pria itu di mana tempat tersebut sangat mendukung jika digunakan untuk presentasi atau rapat kerja.“Baiklah, sekarang, lakukan presentasi tentang gagasan bisnismu dengan menggunakan teknik elevator pitch. Waktumu adalah, tiga menit dari sekarang!” Rainer Griffin menekan start pada menu stopwatch yang ada di ponselnya. Olivia Milan mengangguk, ia menarik napas dalam lalu menjabarkan gagasannya dengan menggunakan teknik elevator pitch.“Sebanyak sepuluh perempuan muda dalam satu tahun terakhir, diberitakan bunuh diri setelah mengalami perundungan karena tubuh mereka yang obesitas. Obesitas menajdi semacam gangguan kesehatan fisik dan mental yang bisa berdampak serius dalam kehidupan seseorang. Healthy Food Hub hadir sebagai solusi memerangi masalah obesitas yang marak terjadi di kota Gapi. M
141.Senin pagi, ketika kiriman dari Lilith Boutique datang, Olivia Milan segera mengambil pakaian yang ia butuhkan untuk pergi melakukan presentasi pitch deck. Ia telah memilih gagasan bisnis mana yang akan ia ajukan untuk mendapatkan akses pendanaan.“Kau sudah tahu lokasi gedung BJ Project ‘kan?” Rainer Griffin bertanya pada Olivia Milan yang sedang membongkar kiriman dari Lilith Boutique.“Ya, aku tahu lokasi gedung tersebut, bahkan sudah sejak sangat lama. Tetapi aku baru tahu fungsi dari gedung itu saat ini. Terima kasih telah memberiku banyak insight, Sayang,” gumam Olivia Milan sambil sesekali menoleh ke arah Rainer Griffin yang sudah dalam keadaan siap pergi ke kantor.“Apakah kau gugup? Nanti, telepon aku begitu kau selesai melakukan presentasi. Mengerti?” Rainer Griffin masih belum rela meninggalkan kekasihnya untuk pergi ke gedung BJ Project, gedung yang dikelola keluarga Benjamin Jackson yang merupaka
142.Gedung BJ Project masih terlihat sepi ketika Olivia Milan telah tiba di sana. Menurut penuturan dari Rainer Griffin, BJ Project telah banyak melahirkan pengusaha-pengusaha muda tanpa memandang latar belakang kelas ekonomi seseorang. Karena itulah Rainer Griffin berani melepaskan Olivia Milan di tempat tersebut sebab budaya yang dibangun di tempat itu adalah, tak boleh memandang rendah siapa saja.“Bahkan, aku pernah mendengar kabar ada seorang anak petani dari pinggiran kota yang memiliki gagasan untuk menciptakan inovasi di bidang pertanian, BJ Project sangat menaruh hormat pada anak tersebut. Mereka memandang seseorang dari isi kepala, hati, dan semangat seseorang. Kuharap kau akan menemukan jalan suksesmu, di sana.”Olivia Milan terkenang akan ucapan Rainer Griffin di hari sebelumnya. Maka, kali itu, Olivia Milan melangkah memasuki gedung BJ Project dengan hati yang positif. Ia menenteng tas laptop yang juga berisi beberapa berkas pendukung,
143.“Perempuan itu adalah… Kayla… Teman lama saya di universitas dulu,” gumam Olivia Milan dengan sebuah senyum kaku.“Teman satu kampus? Ah, pasti kalian senang, bisa bertemu di tempat yang sama sekarang! Apakah tidak sebaiknya Nona Milan menghampiri teman Nona?” Alexander Brown seolah mempersilakan Olivia Milan untuk pergi.“Haha, sayangnya hubungan kami tak begitu baik. Sepertinya saya hanya akan menambah kemarahannya jika saya mendekat. Sebaiknya kita di sini saja, Tuan… Ah, maksud saya, Alex.”“Oh, jika ada dua gadis yang saling bersitegang, saya tebak pemicunya adalah pria. Apakah saya keliru?” tanya Alex mencoba menebak sebagaimana pada umumnya perempuan memang kerap berebut pria.“Haha, tebakan anda sama sekali tidak meleset,” jawab Olivia Milan dengan menutup bibirnya karena tersenyum malu. Pangkal masalahnya dengan Kayla Anderson memang karena pria, di mana
144.Baru saja Olivia Milan ingin membalas ucapan kasar dari Kayla Anderson, Alexander Brown menyeret tangan Olivia Milan untuk keluar dari area aula utama. Alexander Brown mengajak Olivia Milan menaiki lift dan menuju ke lantai tiga, tempat di mana Pitch Deck akan dilakukan.“Satu jam dari sekarang presentasi pitch deck akan dilakukan, sebaiknya kita ke lantai tiga. Di sana, mungkin sudah ada beberapa peserta lain yang bersiap-siap,” Alexander Brown memegangi pergelangan tangan Olivia Milan, selagi Olivia Milan mengangguk setuju, Kayla Anderson seolah sedang menggonggong meneriakkan ejekan-ejekannya pada Olivia Milan.“Ahahaha! Gadis miskin memang harus berjodoh dengan pria miskin! Ah, syukurlah aku menemukan kalian berdua di sini! Setidaknya moodku menjadi lebih baik sekarang,” tukas Kayla Anderson seraya bertingkah dengan centil di depan layar ponselnya. Seolah gadis itu sedang menikmati pantulan kecantikan wajahnya yang
145.“Maafkan kami, Tuan. Ada sedikit salah paham di sini, maaf…” Alexander Brown bangkit berdiri dan membungkuk meminta maaf beberapa kali kepada di panitia Pitch Deck.“Baik. Tapi ingat, ini adalah terakhir kalinya aku memperingatkan kalian. Jika kudengar ada keributan lagi di sini, aku berjanji akan memanggil security dan mengusir kalian bertiga. Mengerti?” pria tambun tersebut menuding satu-satu ke arah Alexander Brown, Olivia Milan, dan Kayla Anderson.Ketika Olivia Milan dan Alexander Brown mengangguk hormat atas peringatan dari si panitia, Kayla Anderson justru membuat gerakan seolah ia sedang melecehkan si panitia tersebut. Awalnya, si panitia tentu geram dan ingin menghukum Kayla, namun, pria itu tiba-tiba dipanggil atasannya sebab sesi Pitch Deck akan segera dimulai.“Selamat datang di Benjamin Jackson Project untuk para peserta Pitch Deck hari ini. Selamat mengikuti rangkaian acara. Harap untuk peserta nomor
146.“Nona Milan apakah pernah melihat berita-berita di televisi tentang kematian perempuan akibat mengalami kekerasa dalam rumah tangga oleh si suami?” Alexander Brown mencoba memberi contoh dari kasus toxic relationship di level yang paling ekstrem, yaitu kematian.“Ya. Saya kira saya sempat membaca berita beberapa kali. Apa hubungannya dengan pertanyaan saya?”“Nona Milan, hasil survey yang dilakukan oleh psikolog dan juga psikiater menunjukkan bahwa seorang istri yang tewas di tangan suaminya sendiri, bukan disebabkan oleh kebodohan atau rasa cinta mereka yang terlalu dalam pada pasangan. Anda paham maksud saya?” Alexander Brown memberi tebakan.“Sebentar, maksud anda adalah, mereka tewas karena mereka terlalu pemaaf? Mereka bertahan dalam rumah tangga yang tak sehat karena mereka selalu berhasil memaafkan kelakuan pasangan mereka, begitu?” Olivia Milan menelan ludah beberapa kali. Ia terin