Share

Pertanyaan Bastian

last update Last Updated: 2025-05-04 10:56:42

Jihan menatapnya dengan senyum tipis, sorot matanya teduh namun penuh pertimbangan.

“Terserah kamu saja, Bas. Kalau mau kerja di sana, boleh-boleh aja. Asal sesuai kemampuan kamu dan jangan sombong.” Suaranya lembut, namun ada ketegasan yang tak bisa diabaikan.

Bastian terkekeh, mengangkat tangannya seolah bersumpah. “Nggak kok. Aman.” Sebuah senyum lebar terulas di wajahnya, mencerminkan keyakinan dan sedikit kegembiraan yang masih ia coba cerna.

“Masih lama juga.” Jihan kembali angkat suara, kali ini dengan nada yang lebih keibuan. “Kamu baru semester empat, Bas. Sebaiknya fokus dulu saja pada kuliah kamu. Untuk kerja, bisa dipikirkan nanti.”

Bastian mengangguk patuh. “Iya, Kak.”

Bayu hanya bisa mengamati pemandangan di depannya—dua saudara yang saling menjaga dalam diam, saling mendukung tanpa perlu banyak kata.

Ada sesuatu dalam cara Jihan memperlakukan Bastian, dalam cara dia menaruh dirinya sebagai penanggung jawab hidup sang adik setelah kedua orang tua mereka tiada.

Bayu bisa
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Terpaksa Menjadi Ibu Pengganti CEO Arogan   Kenapa Tidak Menetap Saja?

    “Apa maksud Mas Bayu berkata seperti itu pada adik saya?” tanya Jihan tajam, begitu Bayu membuka pintu kamar dan melangkah masuk.Suasana kamar yang tadinya sunyi berubah tegang seketika. Aroma kayu manis dari diffuser di sudut ruangan tak mampu menyamarkan hawa dingin yang tiba-tiba menyusup di antara mereka. Bayu menutup pintu perlahan di belakangnya, lalu memandang Jihan dengan dahi yang berkerut.“Yang mana? Kamu mendengar percakapan kami yang mana?” tanyanya dengan nada bingung. Ia berjalan mendekat, namun langkahnya terhenti di tengah ruangan ketika melihat ekspresi wajah Jihan yang tak bersahabat.Jihan menatapnya lama, seolah ingin menembus lapisan wajah tenangnya itu. Lalu ia menarik napas dalam-dalam, mencoba mengendalikan emosi yang sudah menggelegak sejak beberapa menit lalu.“Akan membiayai kuliah Bastian sampai S2 dan jangan sungkan bilang apa pun pada Mas Bayu karena Mas Bayu adalah kakak iparnya.” Suaranya terdengar pelan, tapi tegas. Kalimat itu meluncur dari bibirnya

  • Terpaksa Menjadi Ibu Pengganti CEO Arogan   Saya adalah Kakak Ipar Kamu

    “Hanya satu,” ucap Bayu akhirnya, suaranya terdengar berat dan serius. Ia menarik napas dalam sebelum melanjutkan, “Kalau kamu sudah hamil, kamu harus segera resign dari kantor. Karena tidak semua orang tahu kalau kamu sudah menikah.”Jihan tidak langsung menanggapi. Matanya menatap lurus ke depan, wajahnya tanpa ekspresi. Ia hanya menggigit bibir bawahnya pelan, menahan emosi yang mulai mengendap di dadanya.Bayu menambahkan, kali ini suaranya lebih lembut namun tetap tegas, “Saya tidak mau kamu kelelahan dan membuat kondisi janin dan kamu kenapa-napa. Apalagi sampai membuat kamu keguguran.”Jihan tersenyum tipis, tapi senyum itu bukan tanda setuju. Justru senyum getir, seolah ingin menyampaikan bahwa ia tidak semudah itu dipatahkan. “Saya kuat, Mas. Jangan sepelekan kondisi saya.”Bayu mendesah, wajahnya menunjukkan ketidaksetujuan. “Ya, kuat karena tidak ada janin di perut kamu. Tapi, kalau sudah hamil, beda lagi kondisinya. Jadi, kamu harus tetap resign.”Mobil berhenti di depan r

  • Terpaksa Menjadi Ibu Pengganti CEO Arogan   Pertanyaan dari Jihan

    Setibanya di kantor pagi itu, Jihan disambut oleh wajah ceria Meta yang sudah menunggunya di dekat meja kerja.Ada cengiran lebar menghiasi bibir sahabatnya itu, seperti anak kecil yang menyimpan rahasia lucu.“Kenapa kamu?” tanya Jihan sambil mengangkat alis, sedikit heran melihat ekspresi Meta yang tak biasa.Meta menggelengkan kepalanya dengan senyum yang belum juga luntur. “Nggak ada. Aku cuma mau kasih kamu sesuatu.”Ia membongkar totebag besar warna krem yang tergantung di bahunya, lalu mengeluarkan sebuah kotak kecil berwarna pastel. “Ini. Cokelat batang yang manis dan enak. Kamu harus coba.”Jihan menerima kotak itu dengan kening berkerut. “Memangnya kamu habis dari mana?” tanyanya dengan nada curiga, menatap Meta seakan mencoba membaca pikirannya.Meta terkekeh kecil, matanya berkilat nakal. “Dari... toko kue tadi malam. Tadinya aku mau telepon kamu, ngajak sekalian. Tapi, aku ingat kalau sekarang kamu sudah punya... suami.” Ia mengedipkan sebelah matanya sambil mengerling me

  • Terpaksa Menjadi Ibu Pengganti CEO Arogan   Akan Kutanggung

    Namun, Bayu tetap diam. Bukan karena enggan, melainkan karena ada hal yang lebih besar yang ia sembunyikan.Bukan hanya tentang rahim Nadya yang tak bisa memberi keturunan, tapi juga tentang keputusannya mencari ibu pengganti. Jihan.Sebuah rahasia yang terasa semakin sesak di dalam dadanya, seperti api kecil yang perlahan membakar semua kejujuran yang tersisa.**Waktu sudah menunjuk angka lima sore. Langit mulai berpendar keemasan, memantulkan sinarnya pada kaca-kaca gedung yang menjulang tinggi.Jihan duduk di halte bus, membiarkan angin sore menyibak helaian rambutnya yang lepas dari ikatan.Matanya menerawang jauh, menunggu sesuatu yang seharusnya pasti—bus yang akan membawanya pulang.Namun, yang berhenti bukanlah bus, melainkan sebuah mobil dengan cat hitam mengilap. Cahaya sore membuatnya tampak lebih megah, lebih dingin.Jihan langsung mengenalinya. Mobil itu milik Bayu—pria yang namanya mulai terpatri di dalam hidupnya seperti takdir yang tak bisa ia hindari.Jendela mobil t

  • Terpaksa Menjadi Ibu Pengganti CEO Arogan   Jangan Beritahu

    Bayu menaikkan alisnya, menatap adiknya dengan tatapan tajam yang penuh selidik. “Kamu masih mencoba mendekati Jihan?” tanyanya kemudian, nada suaranya terdengar seperti angin yang berembus dingin di malam yang sunyi.Melvin mengangguk pelan. “Tapi, kalau ternyata memang benar dia sudah menikah, aku bingung harus melupakannya dengan cara apa.” Suaranya terdengar lirih, seolah ada kesedihan yang menggantung di ujung kata-katanya.Bayu menyunggingkan senyum tipis, namun ada sesuatu di matanya yang sulit diartikan. “Masih banyak wanita yang lebih cantik dan baik dari Jihan, Melvin. Kamu akan menemukannya dan akan mencintai wanita itu.”Melvin menggeleng lemah. “Tapi, itu sulit. Jihan itu … beda dari wanita yang lain. Dia itu cuek, tapi ramah. Sopan, seorang pekerja keras. Oh my God, beruntung sekali pria yang menjadi suaminya. Andai itu aku. Aku pasti tidak akan pernah menyia-nyiakannya.”Seperti baru sa

  • Terpaksa Menjadi Ibu Pengganti CEO Arogan   Wajah Murung Melvin

    “Mandul, Met. Dia nggak bisa punya anak, maka dari itu suaminya diminta untuk menikah lagi. Mbak Nadya sendiri yang meminta Pak Bayu untuk menikah lagi,” ucap Jihan, suaranya terdengar seperti desau angin yang melintasi padang tandus, sarat akan kelelahan dan kegetiran.Meta menaikkan alisnya, tatapannya menyipit, menembus ke dalam riak-riak ketidakpercayaan yang menggulung dalam pikirannya.“Aneh. Kenapa Mbak Nadya sendiri yang meminta? Bukankah harusnya Pak Bayu sendiri yang harus cari?”Jihan mengendikkan bahunya, seolah mencoba melepaskan beban yang menggelayuti pikirannya. Matanya menerawang ke kejauhan, mencari jawaban di antara bayang-bayang yang mengendap di benaknya.“Entahlah. Mungkin Mbak Nadya ingin sekali punya anak, tapi tidak bisa. Maka dari itu, dia memaksa Pak Bayu untuk menikah lagi.” Suaranya terdengar seperti bisikan angin yang melintasi ladang sunyi.Meta menghela napasnya, tatapan matanya yang teduh kini dipenuhi campuran iba dan kemarahan yang tak terungkap.“Ba

  • Terpaksa Menjadi Ibu Pengganti CEO Arogan   Tidak Punya Pilihan Lain

    Namun, Bayu tidak menjawab. Ia menarik Jihan ke dalam pelukannya, jemarinya mencengkeram pinggangnya dengan begitu erat hingga membuatnya sedikit meringis.Tidak ada kehangatan seperti biasanya, tidak ada sentuhan lembut yang biasa ia rasakan dari pria itu.Ketika Bayu akhirnya menuntut dirinya, Jihan menegang. Rasa sakit itu begitu nyata. Tubuhnya seolah terhimpit oleh beban emosional yang tak terlihat.Setiap gerakan Bayu seperti luapan emosi yang tak tertahankan—keras, terburu-buru, dan tanpa belas kasih.Jihan ingin menolak, ingin meminta Bayu untuk melambat, tetapi suaranya terhenti di tenggorokan.Pria itu begitu tenggelam dalam kemarahan yang tidak bisa ia mengerti, seolah-olah ini bukan sekadar gairah, melainkan sebuah pelampiasan.“Ah! Pelan-pelan, Mas!” lirih Jihan sembari memegang bahu Bayu. Namun, tidak ada respon apa pun dari pria itu selain menyentuhnya dengan gerakan yang cukup kasar.Matanya berkaca-kaca, bukan karena kebahagiaan, melainkan rasa nyeri yang menjalar dar

  • Terpaksa Menjadi Ibu Pengganti CEO Arogan   Lakukan apa yang Aku Minta

    Jihan terkekeh pelan, meski ada kepahitan di balik tawanya. "Tentu saja tidak, Meta.""Tapi kenapa Pak Rafi bilang kalau kamu sudah menikah?"Hening.Jihan menggigit bibirnya, dadanya terasa sesak. Ia tahu, kebohongannya tak bisa bertahan selamanya.Terlalu lama ia menyimpan rahasia ini, bersembunyi dalam bayang-bayang perjanjian yang mengikatnya.Menjadi istri kedua Bayu bukanlah keinginannya, bukan sesuatu yang ia banggakan. Namun, membohongi Meta? Ia tidak bisa terus melakukannya.Ia menarik napas dalam sebelum akhirnya berbisik, "Aku akan menceritakan semuanya, Meta."Suasana di seberang berubah hening sebelum akhirnya Meta berseru, suaranya dipenuhi keterkejutan. "Jadi benar? Kamu sudah menikah?"Jihan tidak menjawab. Namun, keheningannya sudah menjadi jawaban yang paling jelas.**Jihan terperanjat begitu melihat sosok Bayu berdiri di ambang pintu rumahnya.Malam yang tenang seketika dipenuhi ketegangan yang menggantung di udara, seperti awan mendung yang mengancam akan mengguyu

  • Terpaksa Menjadi Ibu Pengganti CEO Arogan   Tidak Masalah

    Jihan menatapnya tak percaya. Dadanya bergetar oleh emosi yang sulit ia jelaskan. "Kenapa?" tanyanya, nyaris berbisik, namun dalam bisikan itu terselip rasa ingin tahu yang mendesak. Ia ingin memprotes, ingin melawan, ingin menuntut penjelasan.Namun Bayu tetap pada pendiriannya. Mata hitamnya mengunci Jihan dalam tatapan penuh peringatan. "Karena kamu istriku," ucapnya lirih namun tegas, "dan kamu tidak boleh dekat dengan siapa pun. Termasuk Melvin."Kata-kata itu mengiris ke dalam benak Jihan seperti bilah pisau yang dingin.“Ta—tapi, Pak—”“Tidak ada tapi-tapi!” Bayu memotong ucapan Jihan. “Sekali tidak tetap tidak!”Sungguh, ini tidak adil.Dada Jihan naik turun, menahan sesuatu yang ingin meledak, tapi ia tahu, berdebat dengan Bayu adalah seperti menabrak tembok batu—sia-sia dan hanya akan membuatnya lebih terluka.Jadi, untuk apa ia harus bersusah payah?Tapi tetap saja, batinnya memberontak. Ia menatap Bayu dengan sorot mata yang menantang, meski hatinya terasa remuk. "Dengan a

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status