--Happy Reading! Jangan lupa tap lovenya untuk novel ini ya!—
POV Autor.Plak!Anna menampar pipi kiri Adam dengan sangat keras, disaat dia berhasil terbebas dari ciuman kasarnya. Air mata Anna pun mengalir deras, sambil membenahi bajunya yang sedikit terkoyak karena ulah liar Adam.Kenapa ciuman pertama Anna harus dialami seperti ini? Kenapa orang seperti Adam lah, yang merenggut ciuman pertama Anna? Apa dia lupa, kalau Anna ini hanya istri terpaksanya? Apa dia lupa dengan surat perjanjian yang dia buat sendiri. Bahwa dalam salah satu point yang tertulis, tidak ada sentuhan fisik dari kedua belah pihak, yang dipaksa. Terlebih, ini sentuhan ke area sensitive milik Anna tanpa izin. Bathin AnnaAdam meringis pelan, memegangi pipinya dengan tangan kirinya. Namun, ada seringai puas yang dia tunjukkan kepada Anna dengan kedua alisnya yang hampir menyatu.“Mas Adam jahat! Aku benci, sama Mas Adam,” teriak Anna dengan deru napas berat, disela isakan tangisnya, seray--Happy Reading--“Hei…” tegur Mas Adam dengan wajah geram menatap nyalang ke arah Nyonya Arumi yang bersikap kasar dan tidak sopan.Wajah Nyonya Arumi terlihat santai dan tidak perduli dengan kemarahan Mas Adam. Dengan tanpa rasa bersalah sedikit pun, dia tersenyum sinis sambil bersedekap.Aku dan asisten Bisma pun ikut membantu Pak Jali yang hampir limbung.“Sudah, Aden! Saya tidak apa-apa. Saya permisi dulu, Aden, Non.” Pak Jali bringsut mundur menjauhkan diri.“Tunggu, Pak!” tahan Mas Adam, lalu menghampiri Pak Jali.“Ya, Den.” Pak Jali nampak takut, bola matanya melirik ke arah Nyonya Arumi seperkian detik. “Lebih baik, Aden segera masuk. Saya…” Pak Jali menggantung ucapannya, ketika melirik kembali ke arah Nyonya Arumi.Wajah Nyonya Arumi nampak memanas, sepertinya dia tidak menyukai Mas Adam terlalu dekat dengan Pak Jali.Mas Adam mengambil sebuah kartu nama dari dalam dompetnya. Dia pun membisikkan sesuatu kepada Pak Jali yang tidak bisa kami
--Happy Reading--Mas Adam dan aku menunggu kedatangan asisten Bisma. Siang ini, kami bertiga akan segera ke rumah Satria untuk bertemu dengan pengacara Almarhum ayah Mas Adam.Tepat pukul satu siang, asisten Bisma pun sudah sampai di depan kami. Dengan senyuman lebar, dia pun melambaikan tangan dan menyapa kami.“Assalamulaikum, Tuan Adam dan Nona Anna. Maaf, saya agak sedikit terlambat,” ucap asisten Bisma dengan sopan.“Waalaikumussalam, Bisma. Ayo, kita langsung jalan saja.” Mas Adam langsung menggenggam erat tanganku. Aku yang baru menjawab salam asisten Bisma pun pasrah mengikuti langkah Mas Adam yang lebar dan cepat menuju mobil.Asisten Bisma pun nampak tidak enak hati, karena datang terlambat dan membuat sang majikannya harus menunggu lama kedatangannya.“Saya minta maaf, Tuan. Saya telat, karena ada Kirana ke apartemenku, tadi.” Asisten Bisma mencoba menjelaskan apa yang menjadi penyebab dirinya terlambat datang.Deg!Jantungku berdegup
--Happy Reading--Tubuhku langsung di peluk dengan sangat eratnya, Mas Adam menerbitkan senyuman bahagianya. Pintu yang baru saja kubuka, langsung ditutupnya dengan cepat.“Percayalah, aku tidak ingin kehilanganmu. Aku hampir gila, saat mencarimu hanya di sini saja. Apalagi, kalau sampai kamu pergi jauh dan meninggalkanku, bagaimana jadinya aku, Istriku.” Mata Mas Adam nampak memerah menahan tangis. “Kirana adalah masa laluku, dan kamu adalah masa depanku, Istriku sayang.”Debaran dalam dadaku semakin bergemuruh, cinta Mas Adam terdengar tulus dan tidak main-main. Aku pun tertunduk lemah, lalu tersenyum getir. “Aku minta maaf, Mas.”Mas Adam menarik daguku lembut, lalu mengikis jarak. Sebuah ciuman hangat, mendarat di bibirku. Aku pun memejamkan mata, menikmati sapuan bibirnya yang lembut dan lidahnya yang bergerak lincah di dalam rongga mulutku. Aku pun tidak tinggal diam, bibirku pun ikut membalas perlakuan Mas Adam yang hangat dan semakin lama semakin panas dan be
--Happy Reading--Apa yang aku pikirkan, ternyata menjadi sebuah kenyataan. Wanita cantik dan elegant itu, rupanya benar-benar Kirana, yang masih mengaku kekasihnya suamiku.Jantungku berdebar dengan sangat kencang, ada ketakutan besar yang tiba-tiba menyelusup ke dalam hatiku. Aku tidak sanggup untuk membayangkan, jika akan kehilangan cintanya Mas Adam. Aku tidak ingin hal itu terjadi.Seandainya, wanita tadi bukan Kirana, mungkin dadaku tidak akan terlalu sesak mendengarnya. Aku pun tidak akan setakut ini, rasanya.“Hei, Sayang!” Mas Adam mengusap lembut pipiku lirih, membuatku tersadar dari keterkejutanku. ”Aku sungguh tidak mengetahuinya, jika Kirana ada di kantor juga, tadi. Dia datang tiba-tiba, aku pun sangat terkejut akan hal itu. Tapi, aku lebih mengutamakan dirimu, makanya aku mengejarmu dan mengabaikannya.” Mas Adam mencoba meyakinkanku dengan sejelas-jelasnya.Aku meresapi setiap kata-katanya, mencoba menerima dan percaya. Namun, ada beberapa hal yang
--Happy Reading--Vov Annaya Ahmad.Aku terus berjalan menuju area parkir, untuk cepat pulang. Mas Adam pun pasrah dan tidak lagi menahanku, justru dia pun ikut pulang bersamaku.“Pak Memet, antarkanku pulang!” pintaku lirih, seraya mengetuk kaca mobilnya. Karena, Pak Memet sedang tertidur di dalam mobil.Pak Memet mengucek pelan, matanya. Dia pun terkejut dengan kedatanganku dan Mas Adam yang tiba-tiba ada di hadapannya. “Eh, Non Anna dan Tuan Adam. Emangnya udah mau pulang, ya? Kok, cepat sekali?” Pak Memet melirik jam tangannya sekilas, kemudian turun dari dalam mobilnya.“Ya, Pak!” sahutku singkat. Sementara Mas Adam hanya tersenyum tipis.“Biar saya buka sendiri, Pak!” cegahku, disaat Pak Memet hendak membukakan pintu mobil penumpang.Pak Memet pun terdiam, seraya garuk-garuk kepalannya. Kemudian, Pak Memet pun melirik wajah Mas Adam yang nampak mengangguk pelan.“Langsung pulang saja, Pak!” titahku. Mas Adam hanya terdiam dan mengikuti apa yang
--Happy Reading--Di dalam lift.“Sayang, kamu kenapa pergi kek gini, sih?” tanya Adam, ketika berhasil mencekal tangan Anna, istrinya.“Tolong lepasin, Mas! Sakit.” Anna nampak meringis kesakitan.Sontak, Adam pun segera melepaskan cekalannya. “M-maaf, Sayang!” Adam memeriksa cetakan lengannya yang tergambar jelas membekas di pergelangan tangan istrinya yang putih mulus itu. “Apa ini sangat sakit, Sayang?” tanya Adam, seraya mengusap lembut permukaan tangan Anna yang memerah karena ulahnya.“Sakit, tapi tak sesakit hatiku,” celetuk Anna menyindir.Glek!Adam meneguk salivanya, tercekat. Istri kecilnya itu, pasti sangat sakit hati ketika melihat mantan kekasihnya tadi.Namun, apakah Anna sudah mengenal dan mengetahui wajah Kirana? Kapan dan di mana? Adam pun bermonolog dalam hatinya.“Sakit hati? Sakit hati kenapa, Sayang?” tanya Adam lirih, ingin meminta penjelasan yang pasti. Apakah istrinya itu sakit hati karena kedatangan Kirana atau sakit hat