Share

Kamu milikku

Author: Galuh Arum
last update Last Updated: 2021-09-05 01:03:46

Edo memilih berada di kelab malam dari pada melihat drama rumah tangga sang kakak. Pria dengan kaos putih dipadu celana jin robek-robek itu duduk memindahi sekeliling tempat ramai itu. Sesekali ia meneguk minuman di depannya.

Hari itu ia tak sedang berjanjian dengan siapa pun karena moodnya kurang baik. Sepertinya ia harus merileksasikan otaknya kali ini. Namun, lamunannya buyar seketika seseorang menepuk pundaknya.

“Aku mau bicara,” ujar wanita di hadapannya.

Edo memutar bola mata malas melihat wanita cantik dengan pakaian sexy di hadapannya. Ia bangkit dan mengikutinya ke luar kelab malam itu.

Edo menyenderkan tubuh di tembok, sedangkan wanita di hadapannya siap mengatakan hal yang penting untuk pria itu.

“Aku hamil, Do.”

Edo menegang mendengar penuturan wanita itu. Ia tak menduga jika selama ini sudah bermain cantik, tetapi malah kecolongan. Pria itu menarik napas panjang, lalu membuangnya kasar.

“Jangan bercanda. Gue main cantik, Sel. Jangan-jangan, lo sengaja biar gue nikahin elo,” ujar Edo sembari menunjuk Sella.

“Mana ada aku bercanda. Main cantik kalau apes, ya apes aja. Buktinya, aku hamil, Do.”

“Jangan ngada-ngada. Itu bukan anak gue, lo tidur sama yang lain kali.”

Tamparan keras mengenai pipinya. Ia menatap dengan tawa wanita yang sudah memerah wajahnya itu. Edo tidak habis pikir, di rumah sedang mempeributkan masalah keturunan, tapi ia malah yang mendapat keturunan.

Edo kembali tidak percaya dengan keadaan itu. Apa yang akan ia lakukan? Menikahi Sella dan terkekang dalam sebuah rumah tangga. Edo menendang kaleng di samping ia berdiri.

“Aku nggak mau tahu, kamu harus tanggung jawab.”

“Gugurin aja!”

“Shit! Enak banget, kamu bilang seperti itu. Aku nggak mau dosa untuk kedua kalinya.”

Edo mendorong kasar Sella, pria itu tanpa belas kasih meninggalkan Sella yang masih tersungkur di jalan. Ia tak peduli dengan apa yang dikatakan Sella, baginya tidak ada pernikahan. Yang ia inginkan hanya kesenangan tanpa terikat dengan status pernikahan.

Sementara, Sella meringis kesakitan memegangi perutnya yang keram tiba-tiba. Wanita itu bersumpah akan membuat Edo untuk bertanggung jawab atas perbuatannya.

***

Edward mengelus pucuk rambut Amalia yang sudah tertidur. Ia merasa kasihan dengan kondisi sang istri. Akan tetapi, dirinya tak tega harus mengatakan yang sesungguhnya. Penolakannya terhadap bayi tabung semakin membuat Edward merasa bersalah. Di satu sisi ia memikirkan bagaimana nasib Yura malam itu.

Pikiran Edward kacau memikirkan Yura. Teringat luka lebam di pipi istri keduanya, ia ingin menghampiri Yura. Namun, bagaimana dengan Amalia. Edward semakin gelisah, ia bangkit perlahan, mengendap-endap agar Amalia tidak terbangun.

“Yura, buka pintunya,” ucap Edward saat mengetahui Yura mengunci pintu dari dalam. Ia sedikit lega karena sang istri mengikuti perintahnya.

Yura sudah berada di hadapan Edward. Pria itu gegas masuk dan kembali mengunci pintu. Entah, perasaan apa, tangan Edward menyentuh lembut pipi Yura.

“Aw, sakit.”

“Masih sakit?”

“Nggak, hanya saat tersentuh saja sakit.”

“Sudah di obati?”

“Tadi di kompres air hangat, lalu kuoleskan minyak yang diberikan Edo.”

Pria itu menjadi tak suka saat mendengar nama Edo di sebut sang istri. Ia kesal kenapa harus sang adik yang menjadi pahlawan kesiangan bagi Yura.

“Aku sudah bilang, jauhi Edo.”

“Kenapa? Dia hanya memberikan aku obat oles saja. Lagi pula Edo baik.”

Edward mencengkeram tangan Yura. “Dengar, kamu hanya milik aku. Jangan pernah berdekatan dengan pria mana pun, termaksud Edo.”

“Sa—sakit.”

Edward mendorong tubuh Yura ke ranjang. Sementara, Yura kembali merasakan sesak saat Edward menatap dengan tatapan seperti malam itu. Ia bingung, apa yang Edward mau kali ini. Pria itu menolaknya, tapi tak membiarkan dia berdekatan dengan orang lain

“Stop berbuat kasar,” ucap Yura. Ia perlahan bangkit dan berdiri di depan Edward. “Kalau kamu nggak suka pernikahan ini, silakan ceraikan aku. Aku muak dengan semua keadaan di sini!”

Edward semakin panas, ia menarik pinggang kecil Yura hingga tak ada jarak di antara mereka. Embusan napas pria itu begitu terasa, sedangkan Yura tak mengerti dengan jantungnya yang berdebar sangat kencang.

Bibir Yura begitu menggoda hingga membuat Edward tak tahan untuk menyentuhnya.

“Lepas!”

Yura mendorong tubuh pria itu, tetapi Edward begitu kuat hingga kembali mengunci tubuhnya. Jantungnya semakin tak karuan, Yura terus berpikir apa Edward akan menunaikan tugasnya sebagai suami dan mewujudkan keinginan sang ibu?

***

Edo memilih berada di kelab malam dari pada melihat drama rumah tangga sang kakak. Pria dengan kaos putih dipadu celana jin robek-robek itu duduk memindahi sekeliling tempat ramai itu. Sesekali ia meneguk minuman di depannya.

Hari itu ia tak sedang berjanjian dengan siapa pun karena moodnya kurang baik. Sepertinya ia harus merileksasikan otaknya kali ini. Namun, lamunannya buyar seketika seseorang menepuk pundaknya.

“Aku mau bicara,” ujar wanita di hadapannya.

Edo memutar bola mata malas melihat wanita cantik dengan pakaian sexy di hadapannya. Ia bangkit dan mengikutinya ke luar kelab malam itu.

Edo menyenderkan tubuh di tembok, sedangkan wanita di hadapannya siap mengatakan hal yang penting untuk pria itu.

“Aku hamil, Do.”

Edo menegang mendengar penuturan wanita itu. Ia tak menduga jika selama ini sudah bermain cantik, tetapi malah kecolongan. Pria itu menarik napas panjang, lalu membuangnya kasar.

“Jangan bercanda. Gue main cantik, Sel. Jangan-jangan, lo sengaja biar gue nikahin elo,” ujar Edo sembari menunjuk Sella.

“Mana ada aku bercanda. Main cantik kalau apes, ya apes aja. Buktinya, aku hamil, Do.”

“Jangan ngada-ngada. Itu bukan anak gue, lo tidur sama yang lain kali.”

Tamparan keras mengenai pipinya. Ia menatap dengan tawa wanita yang sudah memerah wajahnya itu. Edo tidak habis pikir, di rumah sedang mempeributkan masalah keturunan, tapi ia malah yang mendapat keturunan.

Edo kembali tidak percaya dengan keadaan itu. Apa yang akan ia lakukan? Menikahi Sella dan terkekang dalam sebuah rumah tangga. Edo menendang kaleng di samping ia berdiri.

“Aku nggak mau tahu, kamu harus tanggung jawab.”

“Gugurin aja!”

“Shit! Enak banget, kamu bilang seperti itu. Aku nggak mau dosa untuk kedua kalinya.”

Edo mendorong kasar Sella, pria itu tanpa belas kasih meninggalkan Sella yang masih tersungkur di jalan. Ia tak peduli dengan apa yang dikatakan Sella, baginya tidak ada pernikahan. Yang ia inginkan hanya kesenangan tanpa terikat dengan status pernikahan.

Sementara, Sella meringis kesakitan memegangi perutnya yang keram tiba-tiba. Wanita itu bersumpah akan membuat Edo untuk bertanggung jawab atas perbuatannya.

***

Edward mengelus pucuk rambut Amalia yang sudah tertidur. Ia merasa kasihan dengan kondisi sang istri. Akan tetapi, dirinya tak tega harus mengatakan yang sesungguhnya. Penolakannya terhadap bayi tabung semakin membuat Edward merasa bersalah. Di satu sisi ia memikirkan bagaimana nasib Yura malam itu.

Pikiran Edward kacau memikirkan Yura. Teringat luka lebam di pipi istri keduanya, ia ingin menghampiri Yura. Namun, bagaimana dengan Amalia. Edward semakin gelisah, ia bangkit perlahan, mengendap-endap agar Amalia tidak terbangun.

“Yura, buka pintunya,” ucap Edward saat mengetahui Yura mengunci pintu dari dalam. Ia sedikit lega karena sang istri mengikuti perintahnya.

Yura sudah berada di hadapan Edward. Pria itu gegas masuk dan kembali mengunci pintu. Entah, perasaan apa, tangan Edward menyentuh lembut pipi Yura.

“Aw, sakit.”

“Masih sakit?”

“Nggak, hanya saat tersentuh saja sakit.”

“Sudah di obati?”

“Tadi di kompres air hangat, lalu kuoleskan minyak yang diberikan Edo.”

Pria itu menjadi tak suka saat mendengar nama Edo di sebut sang istri. Ia kesal kenapa harus sang adik yang menjadi pahlawan kesiangan bagi Yura.

“Aku sudah bilang, jauhi Edo.”

“Kenapa? Dia hanya memberikan aku obat oles saja. Lagi pula Edo baik.”

Edward mencengkeram tangan Yura. “Dengar, kamu hanya milik aku. Jangan pernah berdekatan dengan pria mana pun, termaksud Edo.”

“Sa—sakit.”

Edward mendorong tubuh Yura ke ranjang. Sementara, Yura kembali merasakan sesak saat Edward menatap dengan tatapan seperti malam itu. Ia bingung, apa yang Edward mau kali ini. Pria itu menolaknya, tapi tak membiarkan dia berdekatan dengan orang lain

“Stop berbuat kasar,” ucap Yura. Ia perlahan bangkit dan berdiri di depan Edward. “Kalau kamu nggak suka pernikahan ini, silakan ceraikan aku. Aku muak dengan semua keadaan di sini!”

Edward semakin panas, ia menarik pinggang kecil Yura hingga tak ada jarak di antara mereka. Embusan napas pria itu begitu terasa, sedangkan Yura tak mengerti dengan jantungnya yang berdebar sangat kencang.

Bibir Yura begitu menggoda hingga membuat Edward tak tahan untuk menyentuhnya.

“Lepas!”

Yura mendorong tubuh pria itu, tetapi Edward begitu kuat hingga kembali mengunci tubuhnya. Jantungnya semakin tak karuan, Yura terus berpikir apa Edward akan menunaikan tugasnya sebagai suami dan mewujudkan keinginan sang ibu?

***

 Bersambung 

Di tunggu ya pemenang koin emas ada di part 11 besok atau bisa sore atau malam. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sesilia Seny Ndruru
kutu kupret malah di ulang pula,buang² koin aja
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Terpaksa Menjadi Istri kedua   Keputusan Terakhir (END)

    “Kamu masih peduli bukan dengan Amalia?”Edward menghentikan langkah, seketika ia menoleh ke belakang. Bu Dian berdiri dengan percaya diri di hadapannya. Ia yakin jika menantunya akan membantu menyembuhkan Amalia.“Aku memang sengaja datang untuk memastikan semuanya.”“Kamu masih cinta Amalia. Tidak mungkin kebersamaan selama delapan tahun begitu saja hilang. Tolong dia, Amalia akan sehat kembali. Hanya kamu yang bisa membuatnya kembali tersenyum.” Permintaan Bu Dian membuat Edward dilema.Namun, ia berusaha untuk tetap tenang dan tidak terlihat jika dirinya begitu mencemaskan Amalia. Jika tidak, wanita di hadapannya akan kembali memanfaatkan dirinya lewat Amalia.Keputusan menceraikan Amalia sudah bulat. Namun, jika ia terus menerus mencari tahu tentang dia, kemungkinan akan kembali membuatnya resah.“Maaf, untuk kesekian kali saya tegaskan pada Anda, saya tidak mau berhubungan lagi dengan kalian. C

  • Terpaksa Menjadi Istri kedua   Rasa Iba kembali Muncul

    Tangan Rena terasa dingin saat ia mulai memasuki rumah besar Edward. Ia memberanikan diri saat pria itu mengajaknya bertemu dengan sang ibu. Mau tidak mau, ia pun memenuhi permintaan Edo. Wajah sang kekasih sangat semringah, sedangkan Rena begitu tegang.Langkahnya semakin berat saat mulai memasuki ruang tengah. Tanpa di panggil, Madam Syin menghampiri Rena dan Edo. Wanita itu sudah tahu jika anaknya akan membawa kekasih hati. Ia mencoba memperhatikan, menilai sedikit dan ia mengernyitkan kening.“Kamu, bukannya suster di RS Palapa?” tanya Madam Syin sembari mengingat-ingat.“I—iya, Tante.” Rena menjawab gugup.Edo mengelus lembut pundak Rena, mencoba menenangkannya. Namun, tetap saja sang kekasih merasa gugup. Sampai akhirnya Yura datang bersama Edward hingga membuat Rena sedikit tenang.

  • Terpaksa Menjadi Istri kedua   Bertahan Dengan Hati Itu Sulit

    Tangan Rena terasa dingin saat ia mulai memasuki rumah besar Edward. Ia memberanikan diri saat pria itu mengajaknya bertemu dengan sang ibu. Mau tidak mau, ia pun memenuhi permintaan Edo. Wajah sang kekasih sangat semringah, sedangkan Rena begitu tegang.Langkahnya semakin berat saat mulai memasuki ruang tengah. Tanpa di panggil, Madam Syin menghampiri Rena dan Edo. Wanita itu sudah tahu jika anaknya akan membawa kekasih hati. Ia mencoba memperhatikan, menilai sedikit dan ia mengernyitkan kening.“Kamu, bukannya suster di RS Palapa?” tanya Madam Syin sembari mengingat-ingat.“I—iya, Tante.” Rena menjawab gugup.Edo mengelus lembut pundak Rena, mencoba menenangkannya. Namun, tetap saja sang kekasih merasa gugup. Sampai akhirnya Yura datang bersama Edward hingga membuat Rena sedikit tenang.

  • Terpaksa Menjadi Istri kedua   Menetapkan Hati

    Edo menemui Rena yang menunggunya di sebuah kafe. Mereka memang sengaja bertemu karena sudah beberapa hari pria itu mulai sibuk dengan pekerjaan barunya. Ia menempati jabatan di perusahaan Madam Syin. Sejak memutuskan menikah dengan Rena, ia pun menerima tawaran untuk bekerja.Wajah Edo semringah saat Rena melambaikan tangan. Buket bunga yang ia bawa langsung ia serahkan saat sampai di hadapan sang kekasih. Wajah Rena berseri menerima apa yang diberikan pria tampan dengan jas hitam itu.“Terima Kasih.”“Sama-sama. Kami, terlihat sangat cantik,” puji Edo.“Jangan memuji aku, nanti terbang.” Rena tertawa menatap Edo.Keduanya saling berbincang, lalu Rena membuka percakapan tentang perceraiannya. Sidak terakhir memutuskan mereka resmi bercerai dan Rena menyandang

  • Terpaksa Menjadi Istri kedua   Memohon Untuk Amalia

    Bi Rukmini sibuk merapikan beberapa barang yang diminta Edward untuk memindahkan ke kamar Yura. Sementara, Yura memandang heran dengan apa yang di lakukan asisten rumah tangganya itu.“Bi, kok di pindahkan ke kamar aku? Itu bukannya barang-barang Edward?” tanya Yura.“Iya, memang punya Tuan Edward. Dia meminta saya memindahkan, Nyonya.” Bi Rukmini hanya tersenyum lalu kembali membawa baju-baju sang tuan.Yura terus mengikuti Bi Rukmini sampai tidak sadar jika sang suami sudah pulang. Edward meminta asisten rumah tangganya ke luar dari kamar. Ia ingin berbicara banyak pada Yura tentang beberapa hal.Bi Rukmini cukup paham dan ia meninggalkan keduanya untuk berbicara hal yang penting. Edward menutup rapat pintu, ia berharap Yura mau mendengar apa yang akan dibicarakannya.&

  • Terpaksa Menjadi Istri kedua   Kembali Depresi

    Amalia mengikuti saran dari Alin, ia datang ke kantor untuk menemui Edward. Ia berharap mereka bisa kembali rukun. Kedatangan Amalia membuat Edward bingung, dia sedang tidak mau berdebat atau bertengkar. Namun, sang istri malah datang menemuinya.“Aku ingin bicara dengan kamu, kalau di rumah tidak akan bisa. Aku harap kita bisa bersama-sama dan mengulang dari nol lagi,” ucap Amalia.“Aku sedang tidak mau berdebat.”“Aku nggak ngajak berdebat, hanya bicara 4 mata saja. Dari hati ke hati, itu saja. Kalau di rumah, kamu pasti terpengaruh Yura dan Mami.”Edward kembali menggeleng, Amalia masih sama saja. Menyalahkan Yura dan sang ibu. Ia tidak suka hal seperti itu terjadi lagi. Tetap saja istri pertamanya tidak pernah berubah selalu saja menyalahkan orang lain.

  • Terpaksa Menjadi Istri kedua   Terusir Dari Rumah Dirgantara

    “Edward! Ke luar! Tolong aku, Mami mengusirku.” Amalia terus mengendur kamar Yura. Ia tidak peduli, terpenting Edward ke luar dan menolong dirinya.Yura hendak ke luar, tetapi Edward menahan tangannya. Pria itu menggeleng agar istri keduanya tidak membukakan pintu untuk Amalia. Yura terpaksa duduk kembali, ia tidak tega mendengar Amalia terus berteriak.“Kamu tega, dia terus berteriak?” tanya Yura.“Kamu terlalu baik apa bodoh? Sudah jelas dia melakukan kejahatan padamu, bahkan ia menghasutku untuk tidak mengakui anak dalam kandunganmu.”Yura membuang wajah. Memang harusnya ia tidak berbaik hati, tetapi ia tetap saja memiliki rasa iba. Tidak peduli, ia membukakan pintu untuk Amalia.Amalia menerobos masuk menemui Edward di kamar.

  • Terpaksa Menjadi Istri kedua   Kebusukan Amalia

    Edward merasa aneh tiba-tiba ingin berada di kamar Yura. Bahkan, harusnya Edward menjaga agar perasaan Amalia tidak tersakiti. Namun, ia malah memilih bersama Yura. Sementara, Yura tidak banyak bicara saat Edward memilih bersamanya. Ia beranggapan hanya biasa saja.Edward memperhatikan Yura yang sejak tadi sibuk bermain ponsel. Ia heran kenapa rasa mualnya sudah hilang. Kemudian, tubuhnya pun kembali seperti biasa. Ada apa pikirnya?“Apa begitu caramu saat aku ada di sini?” tanya Edward.Yura menoleh ke arah Edward. Ia masih kesal dengan suaminya yang memang berhati lembek jika bersama Amalia. Jika mengingat penolakannya, dirinya begitu kesal. Berharap pria itu menyesal seumur hidupnya.“Cara apa maksud kamu?” tanya Yura.“Mendiamkan aku.”

  • Terpaksa Menjadi Istri kedua   Edward Nyidam

    Tiba-tiba saja Edward merasa tidak enak perut. Ia berlari ke kamar mandi, sedangkan Madam Syin dan Yura menatap keheranan. Edward memanggil Bi Rukmini untuk membuatkannya teh hangat tanpa gula. Setelah itu, ia membaringkan tubuh di ranjang dengan membalurkan minyak gosok.Madam Syin menghampiri Edward di kamar, ia menatap heran dengan wajah sang anak yang pucat. Bi Rukmini datang membawakan teh hangat, lalu memberikannya langsung pada sang majikan.Edward duduk sembari menyeruput teh hangat itu. Lalu, ia kembali merebahkan tubuh tanpa memedulikan sang ibu yang keheranan melihat tingkahnya.“Kamu salah makan?” tanya Madam Syin.“Nggak, Mi. Nggak tahu tiba-tiba kaya orang mabuk perjalanan aja. Perut kaya di kocok,” ungkapnya.Yura mengintip dari balik pintu, ia berpikir ker

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status