“Kamu masih peduli bukan dengan Amalia?”
Edward menghentikan langkah, seketika ia menoleh ke belakang. Bu Dian berdiri dengan percaya diri di hadapannya. Ia yakin jika menantunya akan membantu menyembuhkan Amalia.
“Aku memang sengaja datang untuk memastikan semuanya.”
“Kamu masih cinta Amalia. Tidak mungkin kebersamaan selama delapan tahun begitu saja hilang. Tolong dia, Amalia akan sehat kembali. Hanya kamu yang bisa membuatnya kembali tersenyum.” Permintaan Bu Dian membuat Edward dilema.
Namun, ia berusaha untuk tetap tenang dan tidak terlihat jika dirinya begitu mencemaskan Amalia. Jika tidak, wanita di hadapannya akan kembali memanfaatkan dirinya lewat Amalia.
Keputusan menceraikan Amalia sudah bulat. Namun, jika ia terus menerus mencari tahu tentang dia, kemungkinan akan kembali membuatnya resah.
“Maaf, untuk kesekian kali saya tegaskan pada Anda, saya tidak mau berhubungan lagi dengan kalian. C
“Pakai bajumu!”Edward melempar pakaian Yura ke wajahnya. Sedikit menurunkan harga diri, wanita yang baru saja dinikahi Edward Herlambang Wicaksono itu menatap tajam pria di hadapannya. Kalau bukan untuk melunasi hutang kedua orang tua, ia tidak akan mau menjadi istri kedua.Netranya mulai mengembun saat ia teringat tentang perjanjian Madam Syin—ibunda Edward. Kala itu Yura melangkah perlahan saat mendengar suara nyaring terdengar dari dalam gubuk kedua orang tuanya. Ia menelisik sekeliling, mobil mewah bertengger di halaman luas yang lebih besar dari tempat tinggalnya.Sudah hampir sebulan ia menginjakkan kaki di ibu kota dan kini kembali ke kampung halaman demi membawa beberapa lembar uang dan hadiah untuk kedua orang tuanya. Sejak ia bekerja di sebuah perusahaan besar di kota, ia terpaksa untuk pergi dari kampung halamannya.
Yura membanting benda tajam itu ke lantai, begitu pun tubuhnya yang luruh seperti tak bertulang. Ia tak tega jika dirinya mati, kedua orang tua yang susah payah membuatnya menjadi sukses akan masuk bui. Yura menarik napas panjang, tangisnya kembali pecah teringat perjuangan orang tuanya sampai terlilit hutang.“Aku harus kuat, jangan sampai aku kalah. Tugasku hanya memberikannya anak, setelah itu, aku akan bebas. Begitu keluargaku,” gumam Yura.Yura bangkit merapikan diri, untuk apa dia menangis jika takdir pun membuat hidupnya berubah begitu cepat. Baru saja ia bahagia menjadi karyawan di suatu perusahaan besar, tetapi begitu cepat semua berubah.Kini, ia terpenjara dalam sebuah ikatan yang membuat dirinya tersiksa. Mimpi memiliki keluarga bahagia dengan pria yang dicintai, semua kandas begitu saja. Yura menjadi tahanan sebuah perjanjian yang memu
Edward tak dapat berpikir jernih saat semua pikirannya tertuju pada Yura—istri keduanya. Ia memijit kepala yang tak sakit, lalu kembali membayangkan kehadiran Yura saat di meja makan tadi pagi.Pria hitam manis itu mencoba menghilangkan Yura dari pikirannya, tapi ia tak bisa untuk menghapus semuanya. Tidak memungkiri jika istri keduanya sangat cantik dan menarik. Namun, ia tak mau menyakiti Amalia dengan melakukan hubungan untuk mendapatkan seorang anak.Kegusarannya terhenti saat Robby—asisten pribadinya datang membawa beberapa dokumen yang harus ia tanda tangani. Pria dengan jas navy senada dengan dasinya mengernyitkan dahi melihat sang bos yang begitu kusut.“Harusnya ceria dong, bukanya semalam dapat gadis?” Robby menggoda Edward sembari merapikan berkas“Bikin pusing saja. Aku bermalam dengan
“Bagaimana bisa kamu dimadu?” tanya Bu Dian—ibunya Amalia.Amalia sudah menduga pasti sang ibu marah. Namun, apa yang bisa ia perbuat selain menurut perintah ibu mertuanya. Jika ia menolak, hidupnya akan hancur. Terpaksa,.ia setuju dengan pernikahan kedua suaminya.“Aku sudah berusaha, Ma. Tetapi masih belum hamil, Madam Syin lalu menikahkan Edward,” ujar Amalia pasrah.“Lalu, kami setuju begitu saja? Edward pun menerima saja keputusan sepihak mertua kamu?” Bu Dian sangat emosi mendengar penuturan sang anak. Ia baru saja pulang berlibur dari Bali, tentu saja menggunakan uang yang diberikan Amalia.Wanita dengan lipstik merah darah itu menarik napas panjang. Ia tahu kehadiran istri kedua Edward membuat posisi sang anak terancam. Jika wanita kedua itu berhasil hamil dan melahirkan keturun
Sejenak Madam Syin berpikir dengan apa yang dituturkan sang anak. Edward datang menjelaskan niatnya dan Amalia untuk program bayi tabung. Jemarinya tak henti bermain pulpen di meja, ia berpikir keras dengan rencana Edward kali ini.Edward langsung menemui sang ibu untuk membicarakan hal yang akan menyelamatkan rumah tangganya, walau ia tak tahu jika rencana itu juga yang akan menyelamatkan keluarga Amalia dari kemiskinan.“Kamu pikir dengan program bayi tabung akan berhasil setelah uang yang kamu keluarkan itu tidak sedikit?” Pertanyaan menohok sang ibu membuat Edward sedikit tersudut.“Kan, kita baru mau mencoba.” Edward kembali membela diri.“Kamu tidak usah cemas, jalani sama dengan Yura, toh Amalia masih tetap bersama kamu. Mami tidak setuju dengan jalan itu, Amalia sudah banyak menghabiskan ua
Yura mengusap bulir bening di pipi lalu, tersenyum getir menatap Edo yang bergeming di hadapannya. Wanita itu enggan menunggu jawaban Edo, ia langsung melewati pria itu melangkah ke dalam.Edward bersembunyi di balik pintu saat Yura masuk agar tidak terlihat oleh istri keduanya. Pria itu menatap punggung sang istri yang menghilang di balik pintu kamarnya. Sedikit rasa iba, ia baru tahu jika Yura pun terpaksa untuk menikah dengannya. Ia bingung menghadapi semua masalah di hidupnya.Paksaan sang ibu, belum lagi dengan keinginan Amalia yang membuatnya tidak bisa mengikutinya. Ia hendak melangkah, tapi terhenti saat Edo memanggil.“Pasti bingung mau masuk ke kamar mana?” tanya Edo dengan sinis.“Bukan urusan kamu.” Edward merasa tidak senang dengan ejekan Edo.Sejak kecil mer
Kedua istri Edward hanya bisa menunduk saat mereka berhadapan dengan Madam Syin—ibu mertua mereka. Edward yang berada di sana pun merasa bersalah atas apa yang terjadi antara mereka berdua.Edward menyesal karena emosi Amalia berasal dari kesalahannya semalam. Istri pertamanya itu begitu lembut, tapi ia tahu jika dia marah, apa pun akan menjadi sasaran. Itu kenyataan yang terjadi. Emosi Amalia tak akan bisa terkendali saat ia mulai tersudut atau merasa tersakiti.“Semua itu terjadi karena nggak mungkin ada asap jika nggak ada api. Apa yang membuat kalian seperti wanita nggak ada tatak rama?” Madam Syin menelisik ke arah kedua menantunya. Terutama Yura yang ia tahu menahan perih di pipi, tapi dia mencoba tenang.Edward ikut memindahi kedua istrinya. Ia iba melihat wajah Yura yang membiru akibat tonjokan Amalia. Namun, ia tak bisa bergerak meng
Edo memilih berada di kelab malam dari pada melihat drama rumah tangga sang kakak. Pria dengan kaos putih dipadu celana jin robek-robek itu duduk memindahi sekeliling tempat ramai itu. Sesekali ia meneguk minuman di depannya. Hari itu ia tak sedang berjanjian dengan siapa pun karena moodnya kurang baik. Sepertinya ia harus merileksasikan otaknya kali ini. Namun, lamunannya buyar seketika seseorang menepuk pundaknya. “Aku mau bicara,” ujar wanita di hadapannya. Edo memutar bola mata malas melihat wanita cantik dengan pakaian sexy di hadapannya. Ia bangkit dan mengikutinya ke luar kelab malam itu. Edo menyenderkan tubuh di tembok, sedangkan wanita di hadapannya siap mengatakan hal yang penting untuk pria itu. “Aku hamil, Do.” Edo menegang mendengar penuturan