Home / Urban / Terpaksa Menjadi Istri kedua / Malam Pertama Penuh Luka

Share

Terpaksa Menjadi Istri kedua
Terpaksa Menjadi Istri kedua
Author: Galuh Arum

Malam Pertama Penuh Luka

Author: Galuh Arum
last update Last Updated: 2021-08-31 01:27:25

“Pakai bajumu!”

Edward melempar pakaian Yura ke wajahnya. Sedikit menurunkan harga diri, wanita yang baru saja dinikahi Edward Herlambang Wicaksono itu menatap tajam pria di hadapannya. Kalau bukan untuk melunasi hutang kedua orang tua, ia tidak akan mau menjadi istri kedua.

Netranya mulai mengembun saat ia teringat tentang perjanjian Madam Syin—ibunda Edward. Kala itu Yura melangkah perlahan saat mendengar suara nyaring terdengar dari dalam gubuk kedua orang tuanya. Ia menelisik sekeliling, mobil mewah bertengger di halaman luas yang lebih besar dari tempat tinggalnya.

Sudah hampir sebulan ia menginjakkan kaki di ibu kota dan kini kembali ke kampung halaman demi membawa beberapa lembar uang dan hadiah untuk kedua orang tuanya. Sejak ia bekerja di sebuah perusahaan besar di kota, ia terpaksa untuk pergi dari kampung halamannya.

Ada sedih mendalam saat ia mengintip dari balik pintu reot gubuk itu. Sang ayah menunduk penuh ketakutan, sedangkan sang ibu hanya bisa menangis di depan seorang wanita tua yang sering mereka panggil dengan Madam Syin.

“Beri kami waktu, Madam. Anak kami sudah bekerja di kota.” Waluyo—ayah Yura meminta waktu pada Madam Syin.

Namun, wanita itu tak mau tahu. Ia ingin segera mereka melunasi hutangnya.  Yura tak bisa berdiam diri, ia memberanikan masuk untuk tahu apa yang sedang terjadi dengan kedua orang tuanya.

“A—ada apa, Madam Syin?” tanya Yura.

Madam Syin menatap Yura dengan selidik. Penampilan Yura berbeda dengan saat ia masih bekerja di kebun teh miliknya. Gadis kampung yang sederhana kini berhias make up dan baju bagus.

“Orang tuamu memiliki hutang padaku dan jumlahnya sudah hampir 200 juta beserta bunganya,” ucap Madam Syin.

“Nggak mungkin sebanyak itu,” ujar Yura menggeleng.

“Kamu pikir bisa berkuliah dan bekerja tidak menggunakan uang? Atau memang kamu pikir dengan bertani, kedua orang tuamu bisa menyekolahkan kamu sampai seperti ini?” Madam Syin tersenyum sinis.

Yura terkesiap mendengarnya. Tak henti ia memindahi wajah kedua orang tuanya yang sudah rapuh. Hatinya getir mengingat perjuangan mereka membuat dirinya sukses.

“Aku akan melunasinya, tapi tidak sekarang,” ucap Yura lagi.

“Saya maunya sekarang, kamu bisa melunasinya dengan menikah dengan anakku dan beri aku cucu. Setelah itu, hutang 200 juta kuanggap lunas. Namun, jika kau tidak bisa memberikan saya cucu dalam jangka satu tahun, siap-siap, kupenjarakan mereka.” Madam Syin mengancam dan membuat Yura bergidik ngeri.

Lamunannya terhenti saat mendengar teriakan Edward kembali.

“Aku tidak akan menyentuhmu. Sudah aku katakan, tidak akan ada wanita lain yang bisa menggantikan istriku—Amelia,” ucapnya.

“Aku akan berusaha untuk kau sentuh,” ujar Yura getir.

Netra Edward menatap bengis istri keduanya. Namun, Yura tak kalah kembali menatap sinis wajah pria dengan lesung pipi dalam itu. Wajah rupawan dan tubuh atletis sang suami, seolah menghipnotis dirinya.

Yura menelan saliva, jika dalam satu tahun ia tak berhasil hamil, ia tidak tahu nasib kedua orang tuanya. Kembali ia nekat bangkit, ia kembali memeluk Edward dari belakang.

Edward pun menegang, tetapi ia teringat Amelia yang berada di kamar depan. Ia tak mungkin mengkhianati cinta mereka. Delapan tahun bersama, menunggu buah hati tak kunjung hadir.

Tangan besar Edward mendorong kasar tubuh Yura. Lalu, mencengkeramnya dengan kasar.

“Cepat menjauh, jangan pernah melakukan hal ini lagi atau kubunuh kau perlahan!” Lagi, Yura mendapatkan sebuah ancaman.

***

Amalia menunggu dengan cemas sang suami yang sedang berada di kamar belakang bersama dengan istri barunya. Ia mulai tak bisa tahan dan bangkit untuk melihat keadaan di luar sana.

Hatinya begitu sesak membayangkan sang suami bercinta dengan wanita lain. Apalagi demi seorang anak yang belum bisa ia berikan. Kegelisahannya bertambah saat mendengar sebuah suara dari dalam kamar pengantin baru itu.

“Nyonya Amalia, sedang apa?” tanya Bi Rukmini—asisten rumah tangga di rumah itu.

“Aku hanya sedang berpikir. Tidak tenang berada di dalam. Bibi tahu, kan wanita mana yang akan tenang jika tahu suaminya sedang bercinta dengan wanita lain.”

“Saya paham, tapi itu keputusan Nyonya besar.” Bi Rukmini mencoba menjelaskan.

“Tapi ini rumah tanggaku, Bi,” ujar Amalia.

“Tapi keturunan bagi keluarga Wicaksono adalah wajib. Apalagi Edward adalah pewaris tunggal. Bagaimana bisa jika tidak ada keturunan?” Madam Syin menghampiri Amalia dengan tatapan sinis.

“Mi, beri aku waktu,” pinta Amalia.

“Waktu apa lagi, sudah 8 tahun kami menunggu. Masih bagus tidak kuminta Edward menceraikan kamu, malah dia menjadikan syarat setuju menikah asal masih bisa mempertahankan kamu.”

Amalia tertunduk lesu mendengar ucapan sang mertua. Baginya, hal itu seperti belati yang menusuk jantung dan membuat luka teramat dalam. Kedua insan saling mencintai tanpa harus peduli ada atau tidaknya keturunan di antara mereka.

“Wanita mandul seperti kamu bisa-bisanya dipertahankan Edward. Apa lebih kamu, sih? Kalau Mami pikir, Yura lebih cantik,” ujar Madam Syin.

Ibu mertua Amalia melenggang masuk ke kamarnya tanpa peduli dengan penuturannya yang begitu menyakitkan bagi sang menantu.

“Sabar Nyonya Amalia,” ucap Bi Rukmini.

“Bibi sama saja, mendukung Mami, bukan?” Senyum sinis tersungging dari bibir Amalia.

Sang asisten rumah tangga itu bergeming. Siapa tidak tahu jika Bi Rukmini itu adalah pelayan setia Madam Syin. Apa yang diperintahkan sang majikan, wanita tua itu selalu berusaha untuk melakukan dengan sungguh-sungguh.

Amalia kembali menuju kamar, tapi ia terkejut dengan sebuah kecupan yang mendarat di leher jenjangnya.

“Edward? Kamu—“

Tak sempat menjawab, Edward sudah memeluk sang istri dan membawanya ke ranjang biasa mereka memadu kasih. Seharusnya, malam Edward bersama Yura bukan Amalia.

***

Yura memandang cermin, ia menatap wajahnya yang lebam akibat hantaman Edward. Bukan malam pertama yang indah didapatkannya. Namun, kepedihan dari sang suami. Yura meremas dada yang kian terasa sesak. Bagaimana pun caranya, ia harus memiliki anak dari pria itu.

Dia terdiam saat melihat benda tajam di meja rias. Pikirannya menjadi kacau saat tangannya menggapai gunting itu. Jika ia mati, mungkin semua beban hidupnya akan hilang dan tak usah menerima kembali cercaan dari pria yang baru saja menikahinya.

Namun, ia kembali mengingat nasib kedua orang tuanya yang mungkin akan masuk bui jika dirinya mati nanti. Yura sungguh tak sanggup menghadapi masalah pelik itu. Bahkan, dia seperti tak ada harga dirinya di depan Edward.

Yura kembali menangisi takdir yang begitu kejam padanya. Ia tak bisa melakukan apa pun selain menangisi semua yang kini terjadi.

Menjadi istri kedua membuatnya membantin begitu dalam. Seperti hina saja saat ia harus dinikahkan dan semua memandang ia sebagai perusak rumah tangga orang. Namun, bukan itu yang ia inginkan, keadaan yang membuat semua seperti itu.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terpaksa Menjadi Istri kedua   Keputusan Terakhir (END)

    “Kamu masih peduli bukan dengan Amalia?”Edward menghentikan langkah, seketika ia menoleh ke belakang. Bu Dian berdiri dengan percaya diri di hadapannya. Ia yakin jika menantunya akan membantu menyembuhkan Amalia.“Aku memang sengaja datang untuk memastikan semuanya.”“Kamu masih cinta Amalia. Tidak mungkin kebersamaan selama delapan tahun begitu saja hilang. Tolong dia, Amalia akan sehat kembali. Hanya kamu yang bisa membuatnya kembali tersenyum.” Permintaan Bu Dian membuat Edward dilema.Namun, ia berusaha untuk tetap tenang dan tidak terlihat jika dirinya begitu mencemaskan Amalia. Jika tidak, wanita di hadapannya akan kembali memanfaatkan dirinya lewat Amalia.Keputusan menceraikan Amalia sudah bulat. Namun, jika ia terus menerus mencari tahu tentang dia, kemungkinan akan kembali membuatnya resah.“Maaf, untuk kesekian kali saya tegaskan pada Anda, saya tidak mau berhubungan lagi dengan kalian. C

  • Terpaksa Menjadi Istri kedua   Rasa Iba kembali Muncul

    Tangan Rena terasa dingin saat ia mulai memasuki rumah besar Edward. Ia memberanikan diri saat pria itu mengajaknya bertemu dengan sang ibu. Mau tidak mau, ia pun memenuhi permintaan Edo. Wajah sang kekasih sangat semringah, sedangkan Rena begitu tegang.Langkahnya semakin berat saat mulai memasuki ruang tengah. Tanpa di panggil, Madam Syin menghampiri Rena dan Edo. Wanita itu sudah tahu jika anaknya akan membawa kekasih hati. Ia mencoba memperhatikan, menilai sedikit dan ia mengernyitkan kening.“Kamu, bukannya suster di RS Palapa?” tanya Madam Syin sembari mengingat-ingat.“I—iya, Tante.” Rena menjawab gugup.Edo mengelus lembut pundak Rena, mencoba menenangkannya. Namun, tetap saja sang kekasih merasa gugup. Sampai akhirnya Yura datang bersama Edward hingga membuat Rena sedikit tenang.

  • Terpaksa Menjadi Istri kedua   Bertahan Dengan Hati Itu Sulit

    Tangan Rena terasa dingin saat ia mulai memasuki rumah besar Edward. Ia memberanikan diri saat pria itu mengajaknya bertemu dengan sang ibu. Mau tidak mau, ia pun memenuhi permintaan Edo. Wajah sang kekasih sangat semringah, sedangkan Rena begitu tegang.Langkahnya semakin berat saat mulai memasuki ruang tengah. Tanpa di panggil, Madam Syin menghampiri Rena dan Edo. Wanita itu sudah tahu jika anaknya akan membawa kekasih hati. Ia mencoba memperhatikan, menilai sedikit dan ia mengernyitkan kening.“Kamu, bukannya suster di RS Palapa?” tanya Madam Syin sembari mengingat-ingat.“I—iya, Tante.” Rena menjawab gugup.Edo mengelus lembut pundak Rena, mencoba menenangkannya. Namun, tetap saja sang kekasih merasa gugup. Sampai akhirnya Yura datang bersama Edward hingga membuat Rena sedikit tenang.

  • Terpaksa Menjadi Istri kedua   Menetapkan Hati

    Edo menemui Rena yang menunggunya di sebuah kafe. Mereka memang sengaja bertemu karena sudah beberapa hari pria itu mulai sibuk dengan pekerjaan barunya. Ia menempati jabatan di perusahaan Madam Syin. Sejak memutuskan menikah dengan Rena, ia pun menerima tawaran untuk bekerja.Wajah Edo semringah saat Rena melambaikan tangan. Buket bunga yang ia bawa langsung ia serahkan saat sampai di hadapan sang kekasih. Wajah Rena berseri menerima apa yang diberikan pria tampan dengan jas hitam itu.“Terima Kasih.”“Sama-sama. Kami, terlihat sangat cantik,” puji Edo.“Jangan memuji aku, nanti terbang.” Rena tertawa menatap Edo.Keduanya saling berbincang, lalu Rena membuka percakapan tentang perceraiannya. Sidak terakhir memutuskan mereka resmi bercerai dan Rena menyandang

  • Terpaksa Menjadi Istri kedua   Memohon Untuk Amalia

    Bi Rukmini sibuk merapikan beberapa barang yang diminta Edward untuk memindahkan ke kamar Yura. Sementara, Yura memandang heran dengan apa yang di lakukan asisten rumah tangganya itu.“Bi, kok di pindahkan ke kamar aku? Itu bukannya barang-barang Edward?” tanya Yura.“Iya, memang punya Tuan Edward. Dia meminta saya memindahkan, Nyonya.” Bi Rukmini hanya tersenyum lalu kembali membawa baju-baju sang tuan.Yura terus mengikuti Bi Rukmini sampai tidak sadar jika sang suami sudah pulang. Edward meminta asisten rumah tangganya ke luar dari kamar. Ia ingin berbicara banyak pada Yura tentang beberapa hal.Bi Rukmini cukup paham dan ia meninggalkan keduanya untuk berbicara hal yang penting. Edward menutup rapat pintu, ia berharap Yura mau mendengar apa yang akan dibicarakannya.&

  • Terpaksa Menjadi Istri kedua   Kembali Depresi

    Amalia mengikuti saran dari Alin, ia datang ke kantor untuk menemui Edward. Ia berharap mereka bisa kembali rukun. Kedatangan Amalia membuat Edward bingung, dia sedang tidak mau berdebat atau bertengkar. Namun, sang istri malah datang menemuinya.“Aku ingin bicara dengan kamu, kalau di rumah tidak akan bisa. Aku harap kita bisa bersama-sama dan mengulang dari nol lagi,” ucap Amalia.“Aku sedang tidak mau berdebat.”“Aku nggak ngajak berdebat, hanya bicara 4 mata saja. Dari hati ke hati, itu saja. Kalau di rumah, kamu pasti terpengaruh Yura dan Mami.”Edward kembali menggeleng, Amalia masih sama saja. Menyalahkan Yura dan sang ibu. Ia tidak suka hal seperti itu terjadi lagi. Tetap saja istri pertamanya tidak pernah berubah selalu saja menyalahkan orang lain.

  • Terpaksa Menjadi Istri kedua   Terusir Dari Rumah Dirgantara

    “Edward! Ke luar! Tolong aku, Mami mengusirku.” Amalia terus mengendur kamar Yura. Ia tidak peduli, terpenting Edward ke luar dan menolong dirinya.Yura hendak ke luar, tetapi Edward menahan tangannya. Pria itu menggeleng agar istri keduanya tidak membukakan pintu untuk Amalia. Yura terpaksa duduk kembali, ia tidak tega mendengar Amalia terus berteriak.“Kamu tega, dia terus berteriak?” tanya Yura.“Kamu terlalu baik apa bodoh? Sudah jelas dia melakukan kejahatan padamu, bahkan ia menghasutku untuk tidak mengakui anak dalam kandunganmu.”Yura membuang wajah. Memang harusnya ia tidak berbaik hati, tetapi ia tetap saja memiliki rasa iba. Tidak peduli, ia membukakan pintu untuk Amalia.Amalia menerobos masuk menemui Edward di kamar.

  • Terpaksa Menjadi Istri kedua   Kebusukan Amalia

    Edward merasa aneh tiba-tiba ingin berada di kamar Yura. Bahkan, harusnya Edward menjaga agar perasaan Amalia tidak tersakiti. Namun, ia malah memilih bersama Yura. Sementara, Yura tidak banyak bicara saat Edward memilih bersamanya. Ia beranggapan hanya biasa saja.Edward memperhatikan Yura yang sejak tadi sibuk bermain ponsel. Ia heran kenapa rasa mualnya sudah hilang. Kemudian, tubuhnya pun kembali seperti biasa. Ada apa pikirnya?“Apa begitu caramu saat aku ada di sini?” tanya Edward.Yura menoleh ke arah Edward. Ia masih kesal dengan suaminya yang memang berhati lembek jika bersama Amalia. Jika mengingat penolakannya, dirinya begitu kesal. Berharap pria itu menyesal seumur hidupnya.“Cara apa maksud kamu?” tanya Yura.“Mendiamkan aku.”

  • Terpaksa Menjadi Istri kedua   Edward Nyidam

    Tiba-tiba saja Edward merasa tidak enak perut. Ia berlari ke kamar mandi, sedangkan Madam Syin dan Yura menatap keheranan. Edward memanggil Bi Rukmini untuk membuatkannya teh hangat tanpa gula. Setelah itu, ia membaringkan tubuh di ranjang dengan membalurkan minyak gosok.Madam Syin menghampiri Edward di kamar, ia menatap heran dengan wajah sang anak yang pucat. Bi Rukmini datang membawakan teh hangat, lalu memberikannya langsung pada sang majikan.Edward duduk sembari menyeruput teh hangat itu. Lalu, ia kembali merebahkan tubuh tanpa memedulikan sang ibu yang keheranan melihat tingkahnya.“Kamu salah makan?” tanya Madam Syin.“Nggak, Mi. Nggak tahu tiba-tiba kaya orang mabuk perjalanan aja. Perut kaya di kocok,” ungkapnya.Yura mengintip dari balik pintu, ia berpikir ker

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status