Share

Terpaksa Menjadi Sugar Babby
Terpaksa Menjadi Sugar Babby
Author: Tinta Hitam

Bab 1

"Berhenti mengatakan diriku sibuk Felix! Kau pun juga sama tidak pernah ada waktu untukku." Salma tak kalah berteriak dengan kasar pada Felix Horison

"Kau yang salah Salma, karena selama ini kau selalu sibuk dan tidak pernah ada waktu untukku ataupun Putri. Kau selalu mementingkan karir. Apa kau lupa bahwa aku ini adalah orang kaya? Apa hartaku tidak cukup untukmu?" Felix tidak tahu lagi harus memberi pengertian yang bagaimana kepada istrinya.

Salma selalu saja mementingkan dunia modelnya dibandingkan dengan keluarganya. Padahal mereka sudah menikah selama 7 Tahun lamanya.

"Dia bukanlah anakku, Felix. Dia hanyalah anak pembawa sial yang lahir dari rahimku! Aku tidak pernah mengakuinya." Felix yang mendengar itu pun merasa geram, dia sampai menjambak rambutnya sendiri menahan amarah karena ingin sekali mencekik wanita yang berada di hadapannya.

"Kau selalu saja mengatakan Putri anak pembawa sial, padahal dia adalah anak kandungmu. Dia lahir dari rahimmu, Salma! Tidak sepatutnya kau berkata demikian!" bentak Felix dengan sorot mata yang begitu tajam, bahkan dadanya bergemuruh menahan emosi yang siap meledak saat itu juga.

Salma yang sudah capek terus saja bertengkar dengan Felix karena Putri, dia pun pergi sebab ada panggilan modeling dari manajernya. Meninggalkan Felix dengan amarah yang membara, sehingga membuat pria itu melemparkan barang apa saja yang berada di dekatnya.

"Akhkh! Kau benar-benar Ibu yang kejam, Salma. Kau jahat! Tidak seharusnya kau mengatakan itu pada putrimu sendiri, Salma!" teriak Felix dengan marah.

.

.

Karena lelah bertengkar terus-menerus dengan istrinya, Felix memutuskan untuk pergi dari rumah untuk menenangkan diri sejenak. Tapi dalam kondisi seperti itu dia sepertinya membutuhkan seseorang untuk menemaninya.

Tiba-tiba saja Felix teringat dengan rekomendasi dari sahabatnya sebuah tempat yang tak pernah ia datangi seumur hidupnya, tapi untuk kali ini Felix terpaksa datang ke sana.

"Sepertinya memang aku harus merilex kan tubuhku di tempat ini untuk sejenak," gumam Felix sambil mengusap wajahnya dengan kasar.

Bermodalkan nama temannya, dia masuk ke dalam dan bertemu dengan resepsionis. "Maaf Tuan, atas nama siapa ya?" tanya resepsionis tersebut.

"Leonardo, atau biasa disebut Leon," jawab Felix dengan wajah datarnya.

Wanita itu pun mengecek data yang ada di komputer dan ternyata Leon adalah tamu VVIP di sana..Segera wanita tersebut menunjukkan jalannya dan membawa Felix ke salah satu kamar.

"Tuan, Anda tunggu di sini sebentar. Saya akan panggilkan terapisnya," ucap wanita itu meninggalkan Felix seorang diri di ruangan tersebut.

Tak lama seorang wanita cantik masuk ke dalam. Dia adalah seorang terapis pijat yang disewa untuk melayani Felix selama 1 jam.

"Silakan Tuan buka bajunya," ucap wanita itu dengan kepala menunduk, namun tatapannya terlihat biasa saja. Sepertinya memang dia sudah terbiasa melihat bentuk tubuh seorang pria, dan tentunya Felix bukan yang pertama.

Pria itu menurut tanpa berkata apapun, wajahnya masih terpasang datar tanpa ekspresi. Dia memejmkan matanya karena aroma lilin terapi yang ada di sana, membuat ototnya yang tadinya menegang kini bisa rileks seketika.

"Silakan Tuan ganti bajunya dulu!" Wanita itu menyerahkan baju ganti kepada Felix dengan wajah yang begitu datar, membuat pria itu mengerutkan keningnya.

Dia sangat penasaran karena tadi wanita cantik tersebut sangat ramah kepadanya, tapi mendadak seperti tidak bersahabat setelah Felix membuka bajunya.

'Kenapa dengan wanita itu? Tadi dia sangat ramah kepadaku, tapi mendadak wajahnya sangat datar? Apa dia terpaksa bekerja di sini!' Berbagai pertanyaan muncul di benak Felix.

Tapi Felix seketika menepis pikiran tersebut, karena melihat tempat itu adalah sebuah terapis pijat. Namun hanyalah sebuah kedok untuk menutupi pekerjaan yang ada di dalamnya, di mana wanita-wanita malam bekerja.

Felix melihat wanita tersebut tengah menyiapkan minyak untuk memijat tubuhnya. Dia tersenyum merasa tertarik dengan wanita tersebut, kemudian bertanya, "sudah berapa lama kau bekerja di sini? Apakah terapis ini hanya sampinganmu ... atau ada pekerjaan lainnya?" tanyanya penasaran.

"Aku tidak perlu menjawab pertanyaanmu, Tuan. Karena tanpa kujawab pun kau sudah tahu jawabannya seperti apa. Tidak akan pernah ada wanita baik-baik yang mau kerja di tempat seperti ini," jawab wanita itu dengan datar.

'Menarik.' batin Felix.

Mendengar jawaban dari wanita itu, Felix semakin tertantang dan penasaran dengan kepribadiannya. Entah kenapa baru pertama kali ini bertemu dengan seorang wanita, dan Felix langsung merasa sangat amat penasaran dengan kehidupan wanita tersebut. Padahal biasanya dia adalah orang yang masa bodoh dengan urusan dan kehidupan orang lain. Apalagi yang baru di kenalnya.

"Apa alasanmu bekerja di sini? Kau sangat cantik dan juga masih muda, di luaran sana masih banyak pekerjaan yang bisa kau dapatkan daripada tempat ini. Tapi kenapa kau malah memilih pekerjaan seperti ini?" tanya Felix kembali karena dia masih merasa penasaran.

"Belum tentu aku mendapatkan pekerjaan di luaran sana dengan gaji sebesar di sini. Setidaknya orang tidak tahu kalau aku bekerja di tempat yang kotor. Tuan, Anda sudah bertanya lebih jauh, dan itu di luar biaya pijat. Aku memiliki tarif tersendiri jika harus diajak untuk mengobrol." Leon cukup terkejut, bibirnya terangkat ke atas menampilkan senyuman yang begitu tipis.

Dia benar-benar semakin tertantang untuk mengetahui alasan kenapa wanita itu bekerja di tempat kotor seperti itu. Dia juga dapat melihat wajah tertekan dari wanita tersebut, mungkin saja memang dia dipaksa untuk bekerja di sana. Jika tidak, mana mungkin wanita itu mematok harga hanya untuk sebuah obrolan semata.

"Katakan saja, berapa biayanya jika aku harus mengobrol denganmu? Aku pasti akan membayarnya, berapapun itu. Bahkan jika harus menghabiskan waktu denganmu semalaman atau lebih, aku pun mampu. Tinggal kau sebutkan berapa nominalnya!" Tatapan Felix menantang wanita tersebut.

Seketika wanita itu melirik ke arah Felix dan menghentikan jari jemarinya yang sedang memijat kaki pria tampan itu. Fia ragu apakah harus menerima tawaran dari pria tersebut atau tidak? Tapi wanita itu saat ini sedang membutuhkan banyak uang untuk melunasi semua hutang-hutang kedua orang tuanya.

"300 juta untuk semalam. Tapi jika Anda tidak sanggup, Anda bisa pergi dari sini." Sebelah alis Felix terangkat saat mendengar jawaban dari wanita itu

Dia merasa penasaran kenapa wanita tersebut mematok harga sebesar 300 juta, dan dia bukanlah orang bodoh. Felix sangat yakin jika wanita itu sedang dililit hutang.

"Kau ingin cek atau transfer?" Dia melemparkan ponselnya ke arah wanita tersebut.

Wanita itu cukup kaget karena ternyata Felix mau membayarnya seharga 300 juta. Padahal itu nominal yang sangat besar menurutnya. Dia melihat lekat ke arah pria tersebut. 'Sepertinya memang pria ini bukanlah orang sembarangan.' batin wanita itu.

"Tulis aja berapa jumlah yang kau inginkan, aku akan langsung mengirimnya," ucapnya dengan wajah tak kalah datar dari wanita yang berada di hadapannya.

BERSAMBUNG......

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status