Share

Bab 3

Semakin hari Felix semakin dibuat gila karena Bella terus saja menghantui pikirannya. Seketika hasratnya menggelora untuk memiliki wanita cantik itu, apalagi saat mengingat bagaimana tatapan polos Bella.

Tak ingin berlama-lama dia langsung mengambil ponselnya dan menekan nomor wanita tersebut, akan tetapi dua kali panggilan tidak dijawab olehnya, membuat Felix seketika menahan kesal lalu ia pun mengirimkan pesan.

(Aku tidak suka menunggu. Bukankah kita sudah membuat kesepakatan, bahwa kau harus menuruti apapun yang aku mau. Jadi angkat teleponku, karena aku sedang menginginkannya!)

Sementara di rumahnya, Bella baru saja membaca pesan tersebut. Dia baru selesai mandi dan saat akan menaruh ponselnya kembali tiba-tiba sebuah pesan kembali masuk dari pria tersebut, mengirimkan alamat ke mana Dirinya harus datang.

Tanpa ingin menunda, Bella segera berpakaian kemudian mengenakan make-up tipis lalu keluar dari kamarnya dan memesan taksi online.

Tepat saat Felix turun dari mobilnya, Bella pun datang membuat pria itu tersenyum sinis, namun tatapannya mengarah dengan kesal.

"Ck! Kau langsung ke sini saat aku mengirimkan pesan. Tapi saat aku menelponmu, kenapa kau tidak mengangkatnya?"

"Aku baru selesai mandi. Ayo kita masuk! Ldbih cepat lebih baik, dan lebih cepat juga selesainya." Mendengar ucapan wanita cantik itu, Felix tersenyum menyeringai.

Seketika hasrat Felix menggebu-gebu saat mendapatkan tantangan dari wanita tersebut.

Tangan Bella ditarik oleh Felix menuju sebuah kamar yang sudah ia pesan sebelumnya. Seperti yang dikatakan oleh Bella, lebih cepat akan lebih baik. Maka dia akan menunjukkan bagaimana permainan cepat itu berlangsung.

Bella hanya bisa pasrah karena dia pun sudah terbiasa melakukan hal itu dengan pria lainnya. Apalagi tatapan liar yang ditunjukkan oleh Felix kepada tubuhnya.

Jika bukan karena hutang-hutang kedua orang tuanya, ia pun tidak akan rela tubuhnya dijamah oleh pria yang bukan kekasih halalnya, dan dia tahu jika itu perbuatan dosa, tetapi Tuhan tidak memberikannya pilihan lain.

BUGH!

Tubuhnya langsung dihempaskan begitu saja di atas ranjang, kemudian Felix langsung melucuti pakaiannya hingga tanpa tersisa satu benang pun, membuat wanita itu seketika menegak ludahnya dengan kasar saat melihat bagaimana otot-otot kekar begitu terlihat jelas di hadapan matanya.

Felix langsung melakukan aksinya, dia menindih tubuh wanita itu. "Buka matamu Bella! Aku ingin kau melihat dengan siapa kau melakukannya saat ini. Aku akan memberikanmu kepuasan yang sesungguhnya."

"Kau perlu mengocek jumlah yang lebih besar jika kau ingin bermain lebih puas denganku."

"Habiskan saja uang-uangku, karena aku ingin tahu seberapa liar dirimu saat berada di atas ranjang dan seberapa liar wanita yang berada di tempat kotor itu," ucapnya dengan nada yang sombong.

Felix langsung melucuti pakaian Bella hingga tidak tersisa seperti dirinya, dan pergumulan panas itu pun terjadi antara dua manusia yang berbeda jauh umurnya.

.

.

"Kamu mau ke mana?" tanya Felix saat melihat Bella sudah rapi dengan pakaiannya setelah mereka melakukan permainan yang sangat panas.

"Kemanapun itu, bukan urusan Anda, Tuan. Hubungan kita cukup sampai di sini. Dan aku harap kita tidak akan pernah bertemu lagi." Felix terkekeh untuk hal itu.

Suara tawa Felix membuat Bella kesal, karena dia merasa sedang dipermainkan oleh pria tampan tersebut.

"Berhenti bersuara! Karena suaramu begitu sumbang Tuan, tidak semua bisa dibeli dengan uang."

"Oh ya? Tapi apakah kau lupa? Dengan uang aku bisa membeli semuanya, bahkan membeli tubuhmu. Apa kau perlu bukti lagi, Nona?" angkuh Felix dengan senyuman terangkat satu.

Sontak membuat Bella seketika terdiam, karena apa yang dikatakan Felix itu benar adanya. Zaat Bella berjalan ke arah pintu tiba-tiba suara bariton itu kembali terdengar.

"Apa kau ingin pulang? Padahal ini sudah sangat larut malam?" tanya Felix pada Bella.

"Tidak usah memperdulikan aku, Tuan, karena sebenarnya hubungan kita sebatas sampai di sini. Saling menguntungkan," ucapnya dengan datar.

Namun mata Felix tidak teralihkan, karena menurutnya Bella sangat seksi saat memakai kemejanya. Jelas aja wanita itu mengenakan kemeja miliknya, sebab bajunya tadi sudah dirobek oleh Felix saat dia sudah tidak sabar ingin segera memulai permainan panasnya bersama dengan Bella.

"Jika hanya soal pakaian itu hal yang sepele, tapi jika aku menginginkanmu lagi, maka kau harus siap. Dan aku juga mau kau berhenti dari pekerjaanmu itu!" Bella menghentikan tangannya saat akan membuka pintu.

Wanita tersebut tersenyum miring. "Sebaiknya kau mengatakannya kepada wanita iblis itu! Dan jika kau bisa membebaskanku darinya." Bella langsung keluar begitu saja tanpa menunggu jawaban dari Felix.

Sementara Felix hanya menanggapi jawaban dari wanita itu dengan senyuman menyeringai di wajahnya. Dia sudah menyiapkan sebuah rencana untuk menjerat wanita itu agar menjadi sugar baby-nya.

Sementara di sebuah taksi, Bella termenung. 'Sampai kapan aku akan terus bekerja seperti ini, Tuhan? Apakah aku akan selalu berada di lingkaran kemaksiatan? Aku juga ingin hidup tenang seperti wanita lainnya tanpa harus mengerjakan hal-hal yang kotor, seperti tubuhku saat ini yang sudah tak suci lagi.' batin Bella miris sambil menatap jalanan yang dilewatinya.

Dia juga ingin bekerja seperti orang-orang pada umumnya tanpa harus hidup di dalam lingkaran lembah hitam. Dia juga ingin merasakan bekerja di siang hari dan malam tidur dengan nyenyak. Tetapi keadaan benar-benar memaksa dirinya menjadi wanita yang kotor.

Keesokan harinya sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Bella, saat ini Felix tengah berada di tempat kotor itu, di mana dia bertemu pertama kalinya dengan wanita yang saat ini sudah memenuhi isi pikirannya. Dia akan bertemu dengan Annabelle, pemilik tempat tersebut.

"Di mana ruangannya? Saya ingin bertemu dengannya," ucap dingin Felix kepada resepsionis yang ada di sana untuk menunjukkan ruangan Ana.

"Mari ikut saya Tuan!" Wanita itu pun berjalan di hadapan Felix, dan tak lama mereka sampai di sebuah ruangan, lalu Felix langsung masuk ke dalamnya.

"Ada apa lagi Azura?" tanya Ana tanpa menatap ke arah pintu, namun saat beberapa saat tidak ada jawaban wanita itu pun mengangkat wajahnya.

Seketika tatapannya terpaku saat melihat Felix, dia mengenal pria itu bahkan sangat, karena Felix pengusaha ternama di negara tersebut.

"Katakan, berapa banyak hutang orang tua Bella yang harus kulunasi?" tanyanya to the point dengan wajah yang begitu datar.

"Maksud Anda, Tuan?" tanya Ana dengan bingung, karena dia belum mengerti arah pembicaraan dari pria tampan tersebut.

"Katakan berapa hutang kedua orang tua Bella, karena aku akan melunasinya! Dan kau harus ingat satu hal. Jangan pernah mengganggunya lagi, karen setelah ini dia akan sepenuhnya jadi milikku. Jika kau berani macam-macam denganku, maka aku tidak akan tinggal diam! Aku akan menghancurkan tempatmu mencari uang, kau paham!" tegasnya dengan sorot mata yang tajam penuh peringatan.

BERSAMBUNG.....

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status