Semakin hari Felix semakin dibuat gila karena Bella terus saja menghantui pikirannya. Seketika hasratnya menggelora untuk memiliki wanita cantik itu, apalagi saat mengingat bagaimana tatapan polos Bella.
Tak ingin berlama-lama dia langsung mengambil ponselnya dan menekan nomor wanita tersebut, akan tetapi dua kali panggilan tidak dijawab olehnya, membuat Felix seketika menahan kesal lalu ia pun mengirimkan pesan.(Aku tidak suka menunggu. Bukankah kita sudah membuat kesepakatan, bahwa kau harus menuruti apapun yang aku mau. Jadi angkat teleponku, karena aku sedang menginginkannya!)Sementara di rumahnya, Bella baru saja membaca pesan tersebut. Dia baru selesai mandi dan saat akan menaruh ponselnya kembali tiba-tiba sebuah pesan kembali masuk dari pria tersebut, mengirimkan alamat ke mana Dirinya harus datang.Tanpa ingin menunda, Bella segera berpakaian kemudian mengenakan make-up tipis lalu keluar dari kamarnya dan memesan taksi online.Tepat saat Felix turun dari mobilnya, Bella pun datang membuat pria itu tersenyum sinis, namun tatapannya mengarah dengan kesal."Ck! Kau langsung ke sini saat aku mengirimkan pesan. Tapi saat aku menelponmu, kenapa kau tidak mengangkatnya?""Aku baru selesai mandi. Ayo kita masuk! Ldbih cepat lebih baik, dan lebih cepat juga selesainya." Mendengar ucapan wanita cantik itu, Felix tersenyum menyeringai.Seketika hasrat Felix menggebu-gebu saat mendapatkan tantangan dari wanita tersebut.Tangan Bella ditarik oleh Felix menuju sebuah kamar yang sudah ia pesan sebelumnya. Seperti yang dikatakan oleh Bella, lebih cepat akan lebih baik. Maka dia akan menunjukkan bagaimana permainan cepat itu berlangsung.Bella hanya bisa pasrah karena dia pun sudah terbiasa melakukan hal itu dengan pria lainnya. Apalagi tatapan liar yang ditunjukkan oleh Felix kepada tubuhnya.Jika bukan karena hutang-hutang kedua orang tuanya, ia pun tidak akan rela tubuhnya dijamah oleh pria yang bukan kekasih halalnya, dan dia tahu jika itu perbuatan dosa, tetapi Tuhan tidak memberikannya pilihan lain.BUGH!Tubuhnya langsung dihempaskan begitu saja di atas ranjang, kemudian Felix langsung melucuti pakaiannya hingga tanpa tersisa satu benang pun, membuat wanita itu seketika menegak ludahnya dengan kasar saat melihat bagaimana otot-otot kekar begitu terlihat jelas di hadapan matanya.Felix langsung melakukan aksinya, dia menindih tubuh wanita itu. "Buka matamu Bella! Aku ingin kau melihat dengan siapa kau melakukannya saat ini. Aku akan memberikanmu kepuasan yang sesungguhnya.""Kau perlu mengocek jumlah yang lebih besar jika kau ingin bermain lebih puas denganku.""Habiskan saja uang-uangku, karena aku ingin tahu seberapa liar dirimu saat berada di atas ranjang dan seberapa liar wanita yang berada di tempat kotor itu," ucapnya dengan nada yang sombong.Felix langsung melucuti pakaian Bella hingga tidak tersisa seperti dirinya, dan pergumulan panas itu pun terjadi antara dua manusia yang berbeda jauh umurnya..."Kamu mau ke mana?" tanya Felix saat melihat Bella sudah rapi dengan pakaiannya setelah mereka melakukan permainan yang sangat panas."Kemanapun itu, bukan urusan Anda, Tuan. Hubungan kita cukup sampai di sini. Dan aku harap kita tidak akan pernah bertemu lagi." Felix terkekeh untuk hal itu.Suara tawa Felix membuat Bella kesal, karena dia merasa sedang dipermainkan oleh pria tampan tersebut."Berhenti bersuara! Karena suaramu begitu sumbang Tuan, tidak semua bisa dibeli dengan uang.""Oh ya? Tapi apakah kau lupa? Dengan uang aku bisa membeli semuanya, bahkan membeli tubuhmu. Apa kau perlu bukti lagi, Nona?" angkuh Felix dengan senyuman terangkat satu.Sontak membuat Bella seketika terdiam, karena apa yang dikatakan Felix itu benar adanya. Zaat Bella berjalan ke arah pintu tiba-tiba suara bariton itu kembali terdengar."Apa kau ingin pulang? Padahal ini sudah sangat larut malam?" tanya Felix pada Bella."Tidak usah memperdulikan aku, Tuan, karena sebenarnya hubungan kita sebatas sampai di sini. Saling menguntungkan," ucapnya dengan datar.Namun mata Felix tidak teralihkan, karena menurutnya Bella sangat seksi saat memakai kemejanya. Jelas aja wanita itu mengenakan kemeja miliknya, sebab bajunya tadi sudah dirobek oleh Felix saat dia sudah tidak sabar ingin segera memulai permainan panasnya bersama dengan Bella."Jika hanya soal pakaian itu hal yang sepele, tapi jika aku menginginkanmu lagi, maka kau harus siap. Dan aku juga mau kau berhenti dari pekerjaanmu itu!" Bella menghentikan tangannya saat akan membuka pintu.Wanita tersebut tersenyum miring. "Sebaiknya kau mengatakannya kepada wanita iblis itu! Dan jika kau bisa membebaskanku darinya." Bella langsung keluar begitu saja tanpa menunggu jawaban dari Felix.Sementara Felix hanya menanggapi jawaban dari wanita itu dengan senyuman menyeringai di wajahnya. Dia sudah menyiapkan sebuah rencana untuk menjerat wanita itu agar menjadi sugar baby-nya.Sementara di sebuah taksi, Bella termenung. 'Sampai kapan aku akan terus bekerja seperti ini, Tuhan? Apakah aku akan selalu berada di lingkaran kemaksiatan? Aku juga ingin hidup tenang seperti wanita lainnya tanpa harus mengerjakan hal-hal yang kotor, seperti tubuhku saat ini yang sudah tak suci lagi.' batin Bella miris sambil menatap jalanan yang dilewatinya.Dia juga ingin bekerja seperti orang-orang pada umumnya tanpa harus hidup di dalam lingkaran lembah hitam. Dia juga ingin merasakan bekerja di siang hari dan malam tidur dengan nyenyak. Tetapi keadaan benar-benar memaksa dirinya menjadi wanita yang kotor.Keesokan harinya sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Bella, saat ini Felix tengah berada di tempat kotor itu, di mana dia bertemu pertama kalinya dengan wanita yang saat ini sudah memenuhi isi pikirannya. Dia akan bertemu dengan Annabelle, pemilik tempat tersebut."Di mana ruangannya? Saya ingin bertemu dengannya," ucap dingin Felix kepada resepsionis yang ada di sana untuk menunjukkan ruangan Ana."Mari ikut saya Tuan!" Wanita itu pun berjalan di hadapan Felix, dan tak lama mereka sampai di sebuah ruangan, lalu Felix langsung masuk ke dalamnya."Ada apa lagi Azura?" tanya Ana tanpa menatap ke arah pintu, namun saat beberapa saat tidak ada jawaban wanita itu pun mengangkat wajahnya.Seketika tatapannya terpaku saat melihat Felix, dia mengenal pria itu bahkan sangat, karena Felix pengusaha ternama di negara tersebut."Katakan, berapa banyak hutang orang tua Bella yang harus kulunasi?" tanyanya to the point dengan wajah yang begitu datar."Maksud Anda, Tuan?" tanya Ana dengan bingung, karena dia belum mengerti arah pembicaraan dari pria tampan tersebut."Katakan berapa hutang kedua orang tua Bella, karena aku akan melunasinya! Dan kau harus ingat satu hal. Jangan pernah mengganggunya lagi, karen setelah ini dia akan sepenuhnya jadi milikku. Jika kau berani macam-macam denganku, maka aku tidak akan tinggal diam! Aku akan menghancurkan tempatmu mencari uang, kau paham!" tegasnya dengan sorot mata yang tajam penuh peringatan.BERSAMBUNG.....Felix berjalan menuju pintu kamarnya yang sedang digedor dengan keras. Saat pintu itu terbuka, dia melihat Mama Selly, ibunya, berdiri di depan pintu dengan wajah pucat dan penuh kepanikan."Mas Felix, ada apa? Kenapa Mama Sally menggedor pintu dengan begitu keras?" tanya Bella yang berada di sampingnya, raut wajahnya penuh kekhawatiran.Felix menghela nafas dalam-dalam, merasakan kegelisahan yang sama. "Mama, ada apa? Kenapa wajahmu tampak begitu panik?" tanya Felix, mencoba menenangkan ibunya.Mama Sally menarik nafas dalam-dalam, mencoba mengumpulkan keberaniannya untuk memberitahu mereka berita yang sangat mengejutkan. "Felix, Bella, beberapa menit yang lalu, pihak rumah sakit jiwa menelpon mama. Mereka mengatakan bahwa Salma mencoba untuk ... melakukan tindakan bunuh diri."Kata-kata itu jatuh seperti bom, membuat Felix dan Bella terdiam dalam kejutan. Bella merasa tubuhnya gemetar dan dia memegang lengan Felix dengan kuat, mencoba mencari dukungan."Mas Felix, apa ... apa ini be
Malam itu, setelah Bella selesai menyusui Galang, bayinya, dia berdiri di balkon kamar sambil menatap kegelapan malam. Pikirannya penuh dengan kekhawatiran dan rasa bersalah terhadap Salma, istri pertama Felix yang saat ini sedang berada di rumah sakit jiwa.Tiba-tiba, Felix memeluknya dari belakang, kepalanya bersandar di bahu Bella. "Apa yang sedang kamu pikirkan, Bella?" tanya Felix dengan suara lembut.Bella merasa air matanya menggenang. "Aku ... aku merasa bersalah, Mas Felix," jawab Bella dengan suara yang bergetar. "Aku merasa sedih melihat kondisi Mba Salma. Dia masih menyimpan kebencian yang begitu dalam terhadapku, dan aku merasa bahwa semua ini adalah salahku."Felix merasa hatinya bergetar mendengar pengakuan Bella. Dia mempererat pelukannya dan mencoba menenangkan Bella. "Bella, kamu tidak perlu merasa bersalah. Kondisi Salma bukan salahmu. Dia memiliki masalahnya sendiri yang harus dia hadapi. Kita semua memiliki beban dan tantangan dalam hidup kita, dan Salma juga demi
Pagi itu, Bella dan Felix melangkah keluar dari pintu rumah mereka dengan hati yang berdebar-debar. Mereka tahu bahwa hari ini adalah hari yang penting, mereka akan pergi ke rumah sakit jiwa untuk menemui Salma.Sementara Galang, sang anak kecil yang penuh keceriaan, mereka titipkan kepada mama Sally, yang dengan setia menjaga dan merawatnya.Mama Sally menatap Bella dengan cemas, mencoba mencari kepastian dalam matanya. "Apakah kamu yakin akan pergi ke rumah sakit jiwa, Bella? Kamu tahu betapa sulitnya melihat Salma dalam kondisi seperti ini," ucapnya dengan suara yang penuh kekhawatiran.Bella mengangguk mantap, walaupun di dalam hatinya ada keraguan yang menghantui. Dia ingin melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana keadaan Salma. Bella merasa bahwa hanya dengan melihatnya secara langsung, dia bisa merasakan apa yang Salma alami dan memberikan dukungan yang lebih dalam."Felix dan aku perlu melihatnya sendiri, Mama Sally. Kami ingin memberikan dukungan sebanyak mungkin untuk
"Iya, kamu benar, Nak. Papa memang mengetahui segalanya."Tuan Johnson duduk dengan tenang di sofa kulit berwarna gelap, lampu ruangan menerangi wajahnya yang berkerut, menunjukkan tanda-tanda usia dan kebijaksanaan. Dia mengambil napas dalam-dalam, menatap Felix yang tampak pucat dan terkejut."Felix," kata Tuan Johnson dengan suara yang lembut namun penuh otoritas. "Aku tahu ini mungkin sulit untukmu menerima kenyataan ini. Tapi aku melakukan ini demi Bella, demi kalian berdua."Felix merasa seperti ditampar oleh kata-kata ayahnya. Dia merasa seolah-olah tanah di bawahnya runtuh. "Kenapa, Pah?" Felix bertanya, suaranya bergetar. "Kenapa kau tidak memberitahuku?"Tuan Johnson menatap Felix, matanya penuh penyesalan. "Karena aku tahu betapa kerasnya kau mencintai Bella, Felix. Aku tahu betapa hancurnya hatimu saat dia pergi. Aku hanya ingin melindungi kalian. Terlebih, Bella masih belum siap bertemu denganmu."Felix merasa kepalanya berputar. Dia menatap ayahnya, mencoba mencerna seti
Felix melepaskan pelukannya dan menatap Bella dengan tatapan penuh cinta. "Bella, aku sangat merindukanmu. Aku bahagia kamu kembali. Aku mencintaimu," ucap Felix dengan suara bergetar. "Kemana kamu selama ini, sayang? Kenapa kau pergi meninggalkanku?"Bella menatap Felix dengan ekspresi yang sulit dibaca. Dia tampaknya masih belum yakin dengan apa yang harus dia lakukan. Namun, Felix tahu bahwa dia harus bersabar. Dia harus memberi Bella waktu untuk memahami dan menerima kenyataan bahwa mereka berdua kembali bersama."Sayang aku khawatir dengan keadaanmu dan ..." Ucapan Felix terhenti saat melihat perut Bella yang sudah kempes.Felix menatap Bella dengan penuh kasih saat matanya terfokus pada perut Bella yang sudah tidak buncit lagi. Dia tidak bisa menahan kebahagiaannya dan akhirnya bertanya apakah Bella telah melahirkan anak mereka. "Apa kamu sudah melahirkan, sayang?" Bella hanya bisa mengangguk tanpa bisa mengeluarkan sepatah kata pun.Melihat reaksi Bella, Felix merasa hatinya b
Felix melangkah masuk ke halaman rumahnya, hatinya dipenuhi rasa heran. Suasana rumah yang biasanya tenang dan damai kini berubah menjadi ramai, penuh dengan suara tawa dan percakapan yang riuh. Dia merasa ada yang berbeda, sesuatu yang tidak biasa. Kemudian, ia teringat bahwa hari ini ada tamu spesial yang akan datang, namun ia lupa siapa tamu tersebut.Saat pintu rumah dibuka, aroma masakan yang lezat langsung menyapa indra penciumannya. Di tengah kebingungan dan rasa penasaran, mama Selly, ibu dari sahabatnya, langsung menghampirinya."Mama, ada apa ini? Kenapa rumah ini begitu ramai?" tanya Felix dengan wajah bingung."Felix, kamu lupa ya? Hari ini ada tamu spesial yang datang. Kamu segera mandi dan ganti baju ya, tamu kita sedang menunggu di meja makan," jawab Mama Sally dengan senyum ramah."Tamu spesial? Siapa itu, Mama?" tanya Felix penasaran."Itu nanti kamu tahu sendiri setelah mandi dan berganti baju. Sekarang, cepatlah mandi dan berganti baju. Jangan sampai tamu kita menu