Share

Bab 4

Penulis: Tinta Hitam
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-11 15:20:10

"Apa yang Anda lakukan, Tuan? Anda tidak harus melakukan itu, kenapa sampai harus melunasi hutang-hutang kedua orang tuaku? Bahkan hutangnya sebesar 2 miliar. Aku sedang mencicilnya?" tanya Bella kesal saat mereka ada di sebuah Cafe setelah Bella mengajaknya bertemu.

Saat dia sampai di tempat bekerjanya, tiba-tiba Mami Ana mengatakan bahwa dirinya sudah terbebas, bahkan semua hutangnya sebesar 2 miliar pun telah lunas dan itu semua karena Felix.

"Bukankah kau yang memintaku untuk menebus dirimu kemarin? Apa kau lupa? Dan sekarang kau malah marah-marah kepadaku dengan nada membentak? Kau pikir aku akan tinggal diam, membiarkan orang membentak diriku." Felix mendekatkan kursinya ke arah Bella kemudian dia mencengkram rahang wanita itu dengan kuat.

Dia tidak terima dirinya diinjak-injak oleh Bella, setelah apa yang dilakukannya untuk menebus wanita itu. "Lebih baik sekarang kau bersiap-siap, karena aku sudah menyiapkan tempat tinggal untukmu. Dan kau harus siap kapan pun aku mau. Ingat! Sekarang kau adalah milikku!" tekannya sambil menghempas kasar rahang Bella.

Wanita itu sempat terpaku karena awalnya Felix tidak pernah berlaku kasar seperti ini, tapi sekarang dia mulai mengerti, setiap pria sama saja akan mempermainkan dirinya dan akan berbuat sesukanya setelah apa yang mereka mau tercapai.

"Dan ingat satu hal! Jangan pernah bermacam-macam denganku, karena aku bisa melakukan hal apapun yang tidak pernah kau pikirkan sebelumnya." Felix langsung pergi begitu saja karena hatinya terlanjur kesal.

Pria itu malas untuk ke kantor karena mood-nya tiba-tiba saja hancur gara-gara Bella. Saat mobil terparkir di depan rumah dia melihat Salma sedang menunggu dirinya dengan wajah tak sedap.

"Ke mana kamu semalam? Kenapa tidak pulang? Apa kamu selingkuh di belakangku? Kamu mencari kenikmatan dengan wanita lain?" tanya Salma mengikuti langkah Felix yang masuk ke dalam rumah mewah tersebut.

"Untuk apa aku menjawabnya? Dan kenapa kau perduli. Bukankah selama ini kau selalu memperdulikan karirmu, bukan keluarga mu? Dan jika aku mengatakan iya, apa kau akan marah?" tanya Felix dengan telak.

Mendapatkan pertanyaan seperti itu tentu saja membuat darah di dalam diri Salma mendadak mendidih. Walau mereka tidak saling mencintai, akan tetapi Salma tidak rela jika dirinya diduakan dan dia tidak akan membiarkan itu.

"Kau tidak bisa melakukan ini kepadaku, Felix. Kau--"

"Kenapa tidak?" potong Felix, "aku bisa melakukan apapun yang aku mau. Kau juga begitu, tapi apa kau selama ini memikirkan diriku? Kau selalu sibuk dengan dunia modelingmu dengan teman-teman artismu. Tapi bagaimana denganku? Apakah selama ini sikap masa bodohku tidak cukup untukmu? Aku bahkan tidak pernah mengganggu waktumu bersama dengan teman-temanmu."

Perkataan Felix membuat Salma semakin kesal, walaupun apa yang dikatakannya itu benar.

"Tapi aku ini istrimu, Felix. Apa kau lupa, hah?"

Felix malah tertawa mengejek mendengar ucapan wanita yang berada di hadapannya. "Kau benar. Kau memang istriku. Tapi tidak pernah menjalankan kewajibanmu sebagai seorang istri. Sekarang begini ... aku tanya padamu. Apa kau pernah menanyakan keadaanku seperti apa? Tidak bukan? Kau bahkan bisa pergi kemanapun yang kau mau dan sesuka hatimu tanpa memikirkan bagaimana perasaan dan keadaanku bersama dengan Putri. Bahkan kepada anak kandungmu sendiri, kau tidak peduli. Jadi untuk apa aku memperdulikanmu."

Setelah mengatakan hal itu dia pun pergi dari sana, tubuhnya sudah benar-benar lelah dan dia malas berdebat dengan Salma, karena lagi-lagi konsepnya sama, tidak jauh dari Putri dan juga keegoisan istrinya.

"Felix, kau tidak bisa berlaku seperti ini kepadaku! Aku tidak akan pernah membiarkanmu bersama dengan wanita lain. Tidak akan kubiarkan wanita manapun merebutmu dariku!" teriak Salma dengan marah.

"Terserah. Lakukan saja sesuka hatimu, tapi jangan kau mengganggu diriku. Jangan sampai aku melupakan batasan diantara kita dan aku akan mencampakkan dirimu dari hidupku. Jika kau tidak ingin hal itu terjadi, maka lakukan saja seperti biasanya tanpa kau memperdulikan keberadaanku," jawab Felix sambil menaiki anak tangga menuju kamarnya.

Di dalam hati pria itu, tersirat rasa penyesalan karena sudah mau menyetujui pernikahannya bersama dengan Salma. Padahal dia tidak pernah mencintai wanita tersebut, dan hanya membuat hidupnya semakin berantakan saja.

.

.

Hari ini Bella merasa suntuk di rumah. Kedua adiknya juga sedang berkemah, dia berencana keluar untuk membeli kebutuhan pokok di salah satu supermarket yang tak jauh dari sana.

Saat sudah selesai dan akan berjalan ke arah kasir, tiba-tiba tubuhnya ditabrak oleh seseorang. Bukannya meminta maaf kepadanya, wanita itu malah membentak dirinya.

"Dasar wanita tak berguna! Gunakan matamu jika berjalan. Apa kau tidak tahu siapa aku, hah!" sentak wanita itu dengan kesal sambil mengibas bajunya seperti baru saja terkena kotoran.

Bella memperhatikan wanita yang berada di hadapannya dengan wajah yang datar. Tentu saja bila tidak terima karena di sini dia tidak salah, tapi wanita itulah yang menabraknya.

"Apa Anda sudah selesai bicaranya, Nyonya? Dari yang saya lihat, sepertinya Anda bukanlah dari kalangan biasa. Tapi perkataan Anda menunjukkan bahwa Anda ini bermartabat seperti orang biasa." Perkataan Bella sontak membuat wanita itu merasa geram.

Dia melihat dari ujung rambut sampai ujung kepala. 'Sepertinya wanita ini masih sangat muda umurnya masih 20-an.' batin Salma.

"Berani sekali kau berkata seperti itu kepadaku, hah!" bentak Salma sambil mengangkat tangannya hendak melayangkan tamparan di wajah Bella.

Akan tetapi belum juga tangan itu mendarat di pipinya, Bella sudah menahannya dengan senyuman miring dan juga tatapan yang sinis. Dia memang dari kalangan bawah, tapi harga diri baginya tinggi dan dia tidak bisa diinjak-injak oleh orang lain selagi dirinya tidak melakukan kesalahan apapun.

"Lepaskan tanganku!" Tetapi bukannya melepaskan, Bella malah semakin mencengkeram kuat pergelangan tangan Salma.

"Asal Anda tahu ya, Nyonya! Saya tidak takut dengan manusia seperti Anda. Saya sudah terbiasa hidup di jalanan, jadi untuk melawan wanita seperti Anda ini bukan apa-apa. Jangan pernah menyakitiku dan jangan pernah mencari masalah denganku, karena aku tidak ingin berurusan dengan orang-orang seperti kalian!" Dia menghempaskan tangan Salma dengan kasar setelah itu pergi dari sana.

Mood-nya mendadak menjadi hancur gara-gara bertemu dengan Salma, namun saat dia selesai membayar di kasir tiba-tiba ponselnya berdering, dan ternyata itu telepon dari Felix.

"Di mana kamu? Sudah kukatakan kau akan tinggal di apartemen milikku, tapi orang-orang ku mengatakan bahwa kau belum pergi ke sana." Terdengar suara Felix di seberang telepon sana setengah berteriak.

"Aku akan segera datang, Tuan."

"Aku tidak menyuruhmu untuk datang. Aku hanya memintamu untuk tinggal di apartemenku, bukan untuk datang lalu pergi lagi." Bella yang tidak ingin memperpanjang masalah akhirnya mengiyakan perkataan dari pria itu.

BERSAMBUNG .....

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terpaksa Menjadi Sugar Babby   Mencoba Bunuh Diri

    Felix berjalan menuju pintu kamarnya yang sedang digedor dengan keras. Saat pintu itu terbuka, dia melihat Mama Selly, ibunya, berdiri di depan pintu dengan wajah pucat dan penuh kepanikan."Mas Felix, ada apa? Kenapa Mama Sally menggedor pintu dengan begitu keras?" tanya Bella yang berada di sampingnya, raut wajahnya penuh kekhawatiran.Felix menghela nafas dalam-dalam, merasakan kegelisahan yang sama. "Mama, ada apa? Kenapa wajahmu tampak begitu panik?" tanya Felix, mencoba menenangkan ibunya.Mama Sally menarik nafas dalam-dalam, mencoba mengumpulkan keberaniannya untuk memberitahu mereka berita yang sangat mengejutkan. "Felix, Bella, beberapa menit yang lalu, pihak rumah sakit jiwa menelpon mama. Mereka mengatakan bahwa Salma mencoba untuk ... melakukan tindakan bunuh diri."Kata-kata itu jatuh seperti bom, membuat Felix dan Bella terdiam dalam kejutan. Bella merasa tubuhnya gemetar dan dia memegang lengan Felix dengan kuat, mencoba mencari dukungan."Mas Felix, apa ... apa ini be

  • Terpaksa Menjadi Sugar Babby   Menolak

    Malam itu, setelah Bella selesai menyusui Galang, bayinya, dia berdiri di balkon kamar sambil menatap kegelapan malam. Pikirannya penuh dengan kekhawatiran dan rasa bersalah terhadap Salma, istri pertama Felix yang saat ini sedang berada di rumah sakit jiwa.Tiba-tiba, Felix memeluknya dari belakang, kepalanya bersandar di bahu Bella. "Apa yang sedang kamu pikirkan, Bella?" tanya Felix dengan suara lembut.Bella merasa air matanya menggenang. "Aku ... aku merasa bersalah, Mas Felix," jawab Bella dengan suara yang bergetar. "Aku merasa sedih melihat kondisi Mba Salma. Dia masih menyimpan kebencian yang begitu dalam terhadapku, dan aku merasa bahwa semua ini adalah salahku."Felix merasa hatinya bergetar mendengar pengakuan Bella. Dia mempererat pelukannya dan mencoba menenangkan Bella. "Bella, kamu tidak perlu merasa bersalah. Kondisi Salma bukan salahmu. Dia memiliki masalahnya sendiri yang harus dia hadapi. Kita semua memiliki beban dan tantangan dalam hidup kita, dan Salma juga demi

  • Terpaksa Menjadi Sugar Babby   Menjenguk Salma

    Pagi itu, Bella dan Felix melangkah keluar dari pintu rumah mereka dengan hati yang berdebar-debar. Mereka tahu bahwa hari ini adalah hari yang penting, mereka akan pergi ke rumah sakit jiwa untuk menemui Salma.Sementara Galang, sang anak kecil yang penuh keceriaan, mereka titipkan kepada mama Sally, yang dengan setia menjaga dan merawatnya.Mama Sally menatap Bella dengan cemas, mencoba mencari kepastian dalam matanya. "Apakah kamu yakin akan pergi ke rumah sakit jiwa, Bella? Kamu tahu betapa sulitnya melihat Salma dalam kondisi seperti ini," ucapnya dengan suara yang penuh kekhawatiran.Bella mengangguk mantap, walaupun di dalam hatinya ada keraguan yang menghantui. Dia ingin melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana keadaan Salma. Bella merasa bahwa hanya dengan melihatnya secara langsung, dia bisa merasakan apa yang Salma alami dan memberikan dukungan yang lebih dalam."Felix dan aku perlu melihatnya sendiri, Mama Sally. Kami ingin memberikan dukungan sebanyak mungkin untuk

  • Terpaksa Menjadi Sugar Babby   Butuh Waktu

    "Iya, kamu benar, Nak. Papa memang mengetahui segalanya."Tuan Johnson duduk dengan tenang di sofa kulit berwarna gelap, lampu ruangan menerangi wajahnya yang berkerut, menunjukkan tanda-tanda usia dan kebijaksanaan. Dia mengambil napas dalam-dalam, menatap Felix yang tampak pucat dan terkejut."Felix," kata Tuan Johnson dengan suara yang lembut namun penuh otoritas. "Aku tahu ini mungkin sulit untukmu menerima kenyataan ini. Tapi aku melakukan ini demi Bella, demi kalian berdua."Felix merasa seperti ditampar oleh kata-kata ayahnya. Dia merasa seolah-olah tanah di bawahnya runtuh. "Kenapa, Pah?" Felix bertanya, suaranya bergetar. "Kenapa kau tidak memberitahuku?"Tuan Johnson menatap Felix, matanya penuh penyesalan. "Karena aku tahu betapa kerasnya kau mencintai Bella, Felix. Aku tahu betapa hancurnya hatimu saat dia pergi. Aku hanya ingin melindungi kalian. Terlebih, Bella masih belum siap bertemu denganmu."Felix merasa kepalanya berputar. Dia menatap ayahnya, mencoba mencerna seti

  • Terpaksa Menjadi Sugar Babby   Kalian Membohongiku

    Felix melepaskan pelukannya dan menatap Bella dengan tatapan penuh cinta. "Bella, aku sangat merindukanmu. Aku bahagia kamu kembali. Aku mencintaimu," ucap Felix dengan suara bergetar. "Kemana kamu selama ini, sayang? Kenapa kau pergi meninggalkanku?"Bella menatap Felix dengan ekspresi yang sulit dibaca. Dia tampaknya masih belum yakin dengan apa yang harus dia lakukan. Namun, Felix tahu bahwa dia harus bersabar. Dia harus memberi Bella waktu untuk memahami dan menerima kenyataan bahwa mereka berdua kembali bersama."Sayang aku khawatir dengan keadaanmu dan ..." Ucapan Felix terhenti saat melihat perut Bella yang sudah kempes.Felix menatap Bella dengan penuh kasih saat matanya terfokus pada perut Bella yang sudah tidak buncit lagi. Dia tidak bisa menahan kebahagiaannya dan akhirnya bertanya apakah Bella telah melahirkan anak mereka. "Apa kamu sudah melahirkan, sayang?" Bella hanya bisa mengangguk tanpa bisa mengeluarkan sepatah kata pun.Melihat reaksi Bella, Felix merasa hatinya b

  • Terpaksa Menjadi Sugar Babby   Kamu Kembali

    Felix melangkah masuk ke halaman rumahnya, hatinya dipenuhi rasa heran. Suasana rumah yang biasanya tenang dan damai kini berubah menjadi ramai, penuh dengan suara tawa dan percakapan yang riuh. Dia merasa ada yang berbeda, sesuatu yang tidak biasa. Kemudian, ia teringat bahwa hari ini ada tamu spesial yang akan datang, namun ia lupa siapa tamu tersebut.Saat pintu rumah dibuka, aroma masakan yang lezat langsung menyapa indra penciumannya. Di tengah kebingungan dan rasa penasaran, mama Selly, ibu dari sahabatnya, langsung menghampirinya."Mama, ada apa ini? Kenapa rumah ini begitu ramai?" tanya Felix dengan wajah bingung."Felix, kamu lupa ya? Hari ini ada tamu spesial yang datang. Kamu segera mandi dan ganti baju ya, tamu kita sedang menunggu di meja makan," jawab Mama Sally dengan senyum ramah."Tamu spesial? Siapa itu, Mama?" tanya Felix penasaran."Itu nanti kamu tahu sendiri setelah mandi dan berganti baju. Sekarang, cepatlah mandi dan berganti baju. Jangan sampai tamu kita menu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status