Share

Bab 4

"Apa yang Anda lakukan, Tuan? Anda tidak harus melakukan itu, kenapa sampai harus melunasi hutang-hutang kedua orang tuaku? Bahkan hutangnya sebesar 2 miliar. Aku sedang mencicilnya?" tanya Bella kesal saat mereka ada di sebuah Cafe setelah Bella mengajaknya bertemu.

Saat dia sampai di tempat bekerjanya, tiba-tiba Mami Ana mengatakan bahwa dirinya sudah terbebas, bahkan semua hutangnya sebesar 2 miliar pun telah lunas dan itu semua karena Felix.

"Bukankah kau yang memintaku untuk menebus dirimu kemarin? Apa kau lupa? Dan sekarang kau malah marah-marah kepadaku dengan nada membentak? Kau pikir aku akan tinggal diam, membiarkan orang membentak diriku." Felix mendekatkan kursinya ke arah Bella kemudian dia mencengkram rahang wanita itu dengan kuat.

Dia tidak terima dirinya diinjak-injak oleh Bella, setelah apa yang dilakukannya untuk menebus wanita itu. "Lebih baik sekarang kau bersiap-siap, karena aku sudah menyiapkan tempat tinggal untukmu. Dan kau harus siap kapan pun aku mau. Ingat! Sekarang kau adalah milikku!" tekannya sambil menghempas kasar rahang Bella.

Wanita itu sempat terpaku karena awalnya Felix tidak pernah berlaku kasar seperti ini, tapi sekarang dia mulai mengerti, setiap pria sama saja akan mempermainkan dirinya dan akan berbuat sesukanya setelah apa yang mereka mau tercapai.

"Dan ingat satu hal! Jangan pernah bermacam-macam denganku, karena aku bisa melakukan hal apapun yang tidak pernah kau pikirkan sebelumnya." Felix langsung pergi begitu saja karena hatinya terlanjur kesal.

Pria itu malas untuk ke kantor karena mood-nya tiba-tiba saja hancur gara-gara Bella. Saat mobil terparkir di depan rumah dia melihat Salma sedang menunggu dirinya dengan wajah tak sedap.

"Ke mana kamu semalam? Kenapa tidak pulang? Apa kamu selingkuh di belakangku? Kamu mencari kenikmatan dengan wanita lain?" tanya Salma mengikuti langkah Felix yang masuk ke dalam rumah mewah tersebut.

"Untuk apa aku menjawabnya? Dan kenapa kau perduli. Bukankah selama ini kau selalu memperdulikan karirmu, bukan keluarga mu? Dan jika aku mengatakan iya, apa kau akan marah?" tanya Felix dengan telak.

Mendapatkan pertanyaan seperti itu tentu saja membuat darah di dalam diri Salma mendadak mendidih. Walau mereka tidak saling mencintai, akan tetapi Salma tidak rela jika dirinya diduakan dan dia tidak akan membiarkan itu.

"Kau tidak bisa melakukan ini kepadaku, Felix. Kau--"

"Kenapa tidak?" potong Felix, "aku bisa melakukan apapun yang aku mau. Kau juga begitu, tapi apa kau selama ini memikirkan diriku? Kau selalu sibuk dengan dunia modelingmu dengan teman-teman artismu. Tapi bagaimana denganku? Apakah selama ini sikap masa bodohku tidak cukup untukmu? Aku bahkan tidak pernah mengganggu waktumu bersama dengan teman-temanmu."

Perkataan Felix membuat Salma semakin kesal, walaupun apa yang dikatakannya itu benar.

"Tapi aku ini istrimu, Felix. Apa kau lupa, hah?"

Felix malah tertawa mengejek mendengar ucapan wanita yang berada di hadapannya. "Kau benar. Kau memang istriku. Tapi tidak pernah menjalankan kewajibanmu sebagai seorang istri. Sekarang begini ... aku tanya padamu. Apa kau pernah menanyakan keadaanku seperti apa? Tidak bukan? Kau bahkan bisa pergi kemanapun yang kau mau dan sesuka hatimu tanpa memikirkan bagaimana perasaan dan keadaanku bersama dengan Putri. Bahkan kepada anak kandungmu sendiri, kau tidak peduli. Jadi untuk apa aku memperdulikanmu."

Setelah mengatakan hal itu dia pun pergi dari sana, tubuhnya sudah benar-benar lelah dan dia malas berdebat dengan Salma, karena lagi-lagi konsepnya sama, tidak jauh dari Putri dan juga keegoisan istrinya.

"Felix, kau tidak bisa berlaku seperti ini kepadaku! Aku tidak akan pernah membiarkanmu bersama dengan wanita lain. Tidak akan kubiarkan wanita manapun merebutmu dariku!" teriak Salma dengan marah.

"Terserah. Lakukan saja sesuka hatimu, tapi jangan kau mengganggu diriku. Jangan sampai aku melupakan batasan diantara kita dan aku akan mencampakkan dirimu dari hidupku. Jika kau tidak ingin hal itu terjadi, maka lakukan saja seperti biasanya tanpa kau memperdulikan keberadaanku," jawab Felix sambil menaiki anak tangga menuju kamarnya.

Di dalam hati pria itu, tersirat rasa penyesalan karena sudah mau menyetujui pernikahannya bersama dengan Salma. Padahal dia tidak pernah mencintai wanita tersebut, dan hanya membuat hidupnya semakin berantakan saja.

.

.

Hari ini Bella merasa suntuk di rumah. Kedua adiknya juga sedang berkemah, dia berencana keluar untuk membeli kebutuhan pokok di salah satu supermarket yang tak jauh dari sana.

Saat sudah selesai dan akan berjalan ke arah kasir, tiba-tiba tubuhnya ditabrak oleh seseorang. Bukannya meminta maaf kepadanya, wanita itu malah membentak dirinya.

"Dasar wanita tak berguna! Gunakan matamu jika berjalan. Apa kau tidak tahu siapa aku, hah!" sentak wanita itu dengan kesal sambil mengibas bajunya seperti baru saja terkena kotoran.

Bella memperhatikan wanita yang berada di hadapannya dengan wajah yang datar. Tentu saja bila tidak terima karena di sini dia tidak salah, tapi wanita itulah yang menabraknya.

"Apa Anda sudah selesai bicaranya, Nyonya? Dari yang saya lihat, sepertinya Anda bukanlah dari kalangan biasa. Tapi perkataan Anda menunjukkan bahwa Anda ini bermartabat seperti orang biasa." Perkataan Bella sontak membuat wanita itu merasa geram.

Dia melihat dari ujung rambut sampai ujung kepala. 'Sepertinya wanita ini masih sangat muda umurnya masih 20-an.' batin Salma.

"Berani sekali kau berkata seperti itu kepadaku, hah!" bentak Salma sambil mengangkat tangannya hendak melayangkan tamparan di wajah Bella.

Akan tetapi belum juga tangan itu mendarat di pipinya, Bella sudah menahannya dengan senyuman miring dan juga tatapan yang sinis. Dia memang dari kalangan bawah, tapi harga diri baginya tinggi dan dia tidak bisa diinjak-injak oleh orang lain selagi dirinya tidak melakukan kesalahan apapun.

"Lepaskan tanganku!" Tetapi bukannya melepaskan, Bella malah semakin mencengkeram kuat pergelangan tangan Salma.

"Asal Anda tahu ya, Nyonya! Saya tidak takut dengan manusia seperti Anda. Saya sudah terbiasa hidup di jalanan, jadi untuk melawan wanita seperti Anda ini bukan apa-apa. Jangan pernah menyakitiku dan jangan pernah mencari masalah denganku, karena aku tidak ingin berurusan dengan orang-orang seperti kalian!" Dia menghempaskan tangan Salma dengan kasar setelah itu pergi dari sana.

Mood-nya mendadak menjadi hancur gara-gara bertemu dengan Salma, namun saat dia selesai membayar di kasir tiba-tiba ponselnya berdering, dan ternyata itu telepon dari Felix.

"Di mana kamu? Sudah kukatakan kau akan tinggal di apartemen milikku, tapi orang-orang ku mengatakan bahwa kau belum pergi ke sana." Terdengar suara Felix di seberang telepon sana setengah berteriak.

"Aku akan segera datang, Tuan."

"Aku tidak menyuruhmu untuk datang. Aku hanya memintamu untuk tinggal di apartemenku, bukan untuk datang lalu pergi lagi." Bella yang tidak ingin memperpanjang masalah akhirnya mengiyakan perkataan dari pria itu.

BERSAMBUNG .....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status