Share

Bab 5

Bella saat ini tengah berdiri di depan sebuah gedung apartemen yang menjulang tinggi. Ia sangat tahu bahwa apartemen itu sangat mewah, kemudian masuk ke dalamnya dan menuju salah satu kamar yang sudah diberikan kuncinya oleh resepsionis atas perintah Felix.

"Tempat yang sangat bagus. Kita lihat saja sampai berapa lama dia akan mengurungku di dalam sangkar emas ini? Semoga saja dia cepat bosan dan aku bisa keluar dari pekerjaan yang selama ini menjerat ku," ucap lirih Bella sambil melihat isi di dalam apartemen tersebut.

Namun tatapannya tertuju pada seorang wanita yang berpakaian hitam, dan dia memperkenalkan dirinya sebagai pelayan di sana.

"Terserah," ucap Bella sambil mengangkat bahunya. Dia langsung melangkah menuju kamar karena tubuhnya sudah sangat lelah, tanpa terasa wanita itu pun tertidur dan bangun saat hari sudah berganti malam.

"Kau sudah bangun?" tanya briton seseorang yang ternyata itu adalah Felix.

Qanita itu melirik ke arah pria yang saat ini tengah duduk di sofa dan memperhatikannya.

"Aku bertanya kepadamu, kenapa kau tidak menjawab?" Felix langsung menghampiri wanita itu.

"Apa yang harus aku jawab, Tuan? Anda sendiri pun melihatnya bahwa aku baru saja bangun tidur, lalu kenapa Anda masih bertanya?" Pria tersebut sampai di ranjang mengangkat dagu Bella dengan jari telunjuknya.

Felix menatap dalam ke arah manik indah milik Bella, namun memiliki lidah yang begitu tajam melebihi silet.

"Di sini akulah yang berkuasa atas dirimu. Jika aku bertanya, maka kau harus menjawabnya!" Bella diam sambil menatap pria tersebut.

Felix yang tidak kuat dengan tatapan polos dari wanita itu segera bangkit. "Siapkan baju untukku! Aku mau mandi," titahnya dengan datar.

Dia meninggalkan Bella menuju kamar mandi, sementara wanita itu menghela nafasnya dengan berat.

"Sampai kapan aku akan ada di sini dan menjalani kehidupan yang mengerikan seperti ini? Jika suatu saat tidak ada pria yang mau menikahku karena aku seorang pelacur, setidaknya aku bisa hidup tenang." Walau begitu Bella masih mengerjakan tugasnya dia menyiapkan pakaian untuk Felix.

Namun saat dia membuka lemari, terlihat sudah banyak baju perempuan. Dia berpikir apakah itu untuk dirinya, namun tiba-tiba saja lamunan nya di kagetkan oleh sepasang tangan yang melingkar di perutnya.

"Kenapa kau tidak ingin mengucapkan terima kasih kepadaku?" tanya pria itu sambil menciumi leher jenjang Bella.

"Untuk apa?" tanyanya bingung.

"Untuk semua kemewahan yang kau nikmati saat ini. Baju yang ada di lemari itu adalah milikmu. Aku sengaja membelikannya untukmu. Dan perlu kau ketahui. Setiap aku menginap di sini, maka kau wajib memakai pakaian malam yang seksi untuk menyambutku dan memuaskan diriku," bisik Felix di telinga Bella, membuat tubuh wanita itu seketika bereaksi.

.

.

Bella saat ini sudah benar-benar seperti kucing peliharaan, sebab ia harus menuruti perkataan pria itu. Bahkan pernah sekali mereka bermain di balkon dengan dinginnya malam, menurutnya itu adalah hal yang paling gila, dan kegilaan itu datang di sendiri dari Felix.

"Malam yang gila," ucap Bella saat dia membuka matanya.

"Apa kau ingin memancing ku lagi, baby?" Seketika wanita itu menoleh ke arah samping, melihat Felix berada di sana dengan nampan yang sudah berisi sarapan.

"Bella, apa kamu tuli?" kesal Felix saat tidak mendapatkan jawaban dari wanita itu.

Namun Bella tidak menjawab, dia malah beranjak dari tempat tidurnya dengan tubuh yang polos menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

"Kucing liar ku memang sangat panas," ucap Felix saat tubuh Bella melewatinya begitu saja.

Saat dia tengah menikmati pikirannya mengingat bagaimana pergumulan panasnya beberapa kali dengan Bella, tiba-tiba ponselnya berdering dan ternyata itu telepon dari Salma.

Dia enggan menjawab telepon tersebut, tapi tiba-tiba saja sebuah pesan masuk dari Salma.

(Putri sakit, dan kau harus pulang sebab dia terus aja memanggil namamu).

Setelah membaca pesan tersebut ponselnya kembali berdering dan felix langsung mengangkatnya. Namun baru saja yang akan membuka suara, tiba-tiba di seberang telpon sana Salma sudah mencecarnya..

"Putri sakit dan kau malah bersenang-senang dengan wanita bayaran itu? Bahkan dia tidak bisa membiarkan aku tidur tenang. Kau malah enak-enak kan bersama pelacur itu di sana!" teriak Salma dengan marah seperti biasanya.

Felix hanya diam tak menanggapi, karena menurutnya itu adalah hal yang tidak penting. Jika Putri sakit, maka seharusnya dokter yang mengobati bukan dirinya.

"Kau harus pulang! Putri membutuhkanmu."

"Jika aku tidak mau?"

"Kau harus mau Felix. Putri membutuhkan dirimu. Hanya kau ... dia tidak pernah mencariku jadi sebaiknya kau pulang sekarang dan tinggalkan wanita bayaranmu itu!" sentaknya dengan begitu kesal, karena ia harus segera ke lokasi syuting untuk bekerja.

"Jika putri sakit, kau tinggal memanggil dokter. Lagipula kau ini ibunya, kenapa harus memanggil diriku? Kau harus bisa membuatnya untuk mencarimu. Atau jangan-jangan benar lagi dugaan ku, bahwa selama ini Putri bukanlah anak dari kakakku?" Salma mengepalkan kedua tangannya saat kembali mendengar hal semacam itu dari Felix.

Saat Salma akan membuka suara kembali terhenti saat mendengar suara seorang wanita yang memanggil namanya.

"Tuan, tolong ambilkan handuk!" teriak Bella di balik pintu kamar mandi yang ia buka sedikit sambil mengulurkan tangannya.

"Suara siapa itu, Felix? Kau benar-benar keterlaluan! Aku tidak akan membiarkan kau--"

TUT!

BERSAMBUNG......

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status