Share

Bab 5

Author: Tinta Hitam
last update Last Updated: 2023-12-11 16:03:27

Bella saat ini tengah berdiri di depan sebuah gedung apartemen yang menjulang tinggi. Ia sangat tahu bahwa apartemen itu sangat mewah, kemudian masuk ke dalamnya dan menuju salah satu kamar yang sudah diberikan kuncinya oleh resepsionis atas perintah Felix.

"Tempat yang sangat bagus. Kita lihat saja sampai berapa lama dia akan mengurungku di dalam sangkar emas ini? Semoga saja dia cepat bosan dan aku bisa keluar dari pekerjaan yang selama ini menjerat ku," ucap lirih Bella sambil melihat isi di dalam apartemen tersebut.

Namun tatapannya tertuju pada seorang wanita yang berpakaian hitam, dan dia memperkenalkan dirinya sebagai pelayan di sana.

"Terserah," ucap Bella sambil mengangkat bahunya. Dia langsung melangkah menuju kamar karena tubuhnya sudah sangat lelah, tanpa terasa wanita itu pun tertidur dan bangun saat hari sudah berganti malam.

"Kau sudah bangun?" tanya briton seseorang yang ternyata itu adalah Felix.

Qanita itu melirik ke arah pria yang saat ini tengah duduk di sofa dan memperhatikannya.

"Aku bertanya kepadamu, kenapa kau tidak menjawab?" Felix langsung menghampiri wanita itu.

"Apa yang harus aku jawab, Tuan? Anda sendiri pun melihatnya bahwa aku baru saja bangun tidur, lalu kenapa Anda masih bertanya?" Pria tersebut sampai di ranjang mengangkat dagu Bella dengan jari telunjuknya.

Felix menatap dalam ke arah manik indah milik Bella, namun memiliki lidah yang begitu tajam melebihi silet.

"Di sini akulah yang berkuasa atas dirimu. Jika aku bertanya, maka kau harus menjawabnya!" Bella diam sambil menatap pria tersebut.

Felix yang tidak kuat dengan tatapan polos dari wanita itu segera bangkit. "Siapkan baju untukku! Aku mau mandi," titahnya dengan datar.

Dia meninggalkan Bella menuju kamar mandi, sementara wanita itu menghela nafasnya dengan berat.

"Sampai kapan aku akan ada di sini dan menjalani kehidupan yang mengerikan seperti ini? Jika suatu saat tidak ada pria yang mau menikahku karena aku seorang pelacur, setidaknya aku bisa hidup tenang." Walau begitu Bella masih mengerjakan tugasnya dia menyiapkan pakaian untuk Felix.

Namun saat dia membuka lemari, terlihat sudah banyak baju perempuan. Dia berpikir apakah itu untuk dirinya, namun tiba-tiba saja lamunan nya di kagetkan oleh sepasang tangan yang melingkar di perutnya.

"Kenapa kau tidak ingin mengucapkan terima kasih kepadaku?" tanya pria itu sambil menciumi leher jenjang Bella.

"Untuk apa?" tanyanya bingung.

"Untuk semua kemewahan yang kau nikmati saat ini. Baju yang ada di lemari itu adalah milikmu. Aku sengaja membelikannya untukmu. Dan perlu kau ketahui. Setiap aku menginap di sini, maka kau wajib memakai pakaian malam yang seksi untuk menyambutku dan memuaskan diriku," bisik Felix di telinga Bella, membuat tubuh wanita itu seketika bereaksi.

.

.

Bella saat ini sudah benar-benar seperti kucing peliharaan, sebab ia harus menuruti perkataan pria itu. Bahkan pernah sekali mereka bermain di balkon dengan dinginnya malam, menurutnya itu adalah hal yang paling gila, dan kegilaan itu datang di sendiri dari Felix.

"Malam yang gila," ucap Bella saat dia membuka matanya.

"Apa kau ingin memancing ku lagi, baby?" Seketika wanita itu menoleh ke arah samping, melihat Felix berada di sana dengan nampan yang sudah berisi sarapan.

"Bella, apa kamu tuli?" kesal Felix saat tidak mendapatkan jawaban dari wanita itu.

Namun Bella tidak menjawab, dia malah beranjak dari tempat tidurnya dengan tubuh yang polos menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

"Kucing liar ku memang sangat panas," ucap Felix saat tubuh Bella melewatinya begitu saja.

Saat dia tengah menikmati pikirannya mengingat bagaimana pergumulan panasnya beberapa kali dengan Bella, tiba-tiba ponselnya berdering dan ternyata itu telepon dari Salma.

Dia enggan menjawab telepon tersebut, tapi tiba-tiba saja sebuah pesan masuk dari Salma.

(Putri sakit, dan kau harus pulang sebab dia terus aja memanggil namamu).

Setelah membaca pesan tersebut ponselnya kembali berdering dan felix langsung mengangkatnya. Namun baru saja yang akan membuka suara, tiba-tiba di seberang telpon sana Salma sudah mencecarnya..

"Putri sakit dan kau malah bersenang-senang dengan wanita bayaran itu? Bahkan dia tidak bisa membiarkan aku tidur tenang. Kau malah enak-enak kan bersama pelacur itu di sana!" teriak Salma dengan marah seperti biasanya.

Felix hanya diam tak menanggapi, karena menurutnya itu adalah hal yang tidak penting. Jika Putri sakit, maka seharusnya dokter yang mengobati bukan dirinya.

"Kau harus pulang! Putri membutuhkanmu."

"Jika aku tidak mau?"

"Kau harus mau Felix. Putri membutuhkan dirimu. Hanya kau ... dia tidak pernah mencariku jadi sebaiknya kau pulang sekarang dan tinggalkan wanita bayaranmu itu!" sentaknya dengan begitu kesal, karena ia harus segera ke lokasi syuting untuk bekerja.

"Jika putri sakit, kau tinggal memanggil dokter. Lagipula kau ini ibunya, kenapa harus memanggil diriku? Kau harus bisa membuatnya untuk mencarimu. Atau jangan-jangan benar lagi dugaan ku, bahwa selama ini Putri bukanlah anak dari kakakku?" Salma mengepalkan kedua tangannya saat kembali mendengar hal semacam itu dari Felix.

Saat Salma akan membuka suara kembali terhenti saat mendengar suara seorang wanita yang memanggil namanya.

"Tuan, tolong ambilkan handuk!" teriak Bella di balik pintu kamar mandi yang ia buka sedikit sambil mengulurkan tangannya.

"Suara siapa itu, Felix? Kau benar-benar keterlaluan! Aku tidak akan membiarkan kau--"

TUT!

BERSAMBUNG......

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terpaksa Menjadi Sugar Babby   Mencoba Bunuh Diri

    Felix berjalan menuju pintu kamarnya yang sedang digedor dengan keras. Saat pintu itu terbuka, dia melihat Mama Selly, ibunya, berdiri di depan pintu dengan wajah pucat dan penuh kepanikan."Mas Felix, ada apa? Kenapa Mama Sally menggedor pintu dengan begitu keras?" tanya Bella yang berada di sampingnya, raut wajahnya penuh kekhawatiran.Felix menghela nafas dalam-dalam, merasakan kegelisahan yang sama. "Mama, ada apa? Kenapa wajahmu tampak begitu panik?" tanya Felix, mencoba menenangkan ibunya.Mama Sally menarik nafas dalam-dalam, mencoba mengumpulkan keberaniannya untuk memberitahu mereka berita yang sangat mengejutkan. "Felix, Bella, beberapa menit yang lalu, pihak rumah sakit jiwa menelpon mama. Mereka mengatakan bahwa Salma mencoba untuk ... melakukan tindakan bunuh diri."Kata-kata itu jatuh seperti bom, membuat Felix dan Bella terdiam dalam kejutan. Bella merasa tubuhnya gemetar dan dia memegang lengan Felix dengan kuat, mencoba mencari dukungan."Mas Felix, apa ... apa ini be

  • Terpaksa Menjadi Sugar Babby   Menolak

    Malam itu, setelah Bella selesai menyusui Galang, bayinya, dia berdiri di balkon kamar sambil menatap kegelapan malam. Pikirannya penuh dengan kekhawatiran dan rasa bersalah terhadap Salma, istri pertama Felix yang saat ini sedang berada di rumah sakit jiwa.Tiba-tiba, Felix memeluknya dari belakang, kepalanya bersandar di bahu Bella. "Apa yang sedang kamu pikirkan, Bella?" tanya Felix dengan suara lembut.Bella merasa air matanya menggenang. "Aku ... aku merasa bersalah, Mas Felix," jawab Bella dengan suara yang bergetar. "Aku merasa sedih melihat kondisi Mba Salma. Dia masih menyimpan kebencian yang begitu dalam terhadapku, dan aku merasa bahwa semua ini adalah salahku."Felix merasa hatinya bergetar mendengar pengakuan Bella. Dia mempererat pelukannya dan mencoba menenangkan Bella. "Bella, kamu tidak perlu merasa bersalah. Kondisi Salma bukan salahmu. Dia memiliki masalahnya sendiri yang harus dia hadapi. Kita semua memiliki beban dan tantangan dalam hidup kita, dan Salma juga demi

  • Terpaksa Menjadi Sugar Babby   Menjenguk Salma

    Pagi itu, Bella dan Felix melangkah keluar dari pintu rumah mereka dengan hati yang berdebar-debar. Mereka tahu bahwa hari ini adalah hari yang penting, mereka akan pergi ke rumah sakit jiwa untuk menemui Salma.Sementara Galang, sang anak kecil yang penuh keceriaan, mereka titipkan kepada mama Sally, yang dengan setia menjaga dan merawatnya.Mama Sally menatap Bella dengan cemas, mencoba mencari kepastian dalam matanya. "Apakah kamu yakin akan pergi ke rumah sakit jiwa, Bella? Kamu tahu betapa sulitnya melihat Salma dalam kondisi seperti ini," ucapnya dengan suara yang penuh kekhawatiran.Bella mengangguk mantap, walaupun di dalam hatinya ada keraguan yang menghantui. Dia ingin melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana keadaan Salma. Bella merasa bahwa hanya dengan melihatnya secara langsung, dia bisa merasakan apa yang Salma alami dan memberikan dukungan yang lebih dalam."Felix dan aku perlu melihatnya sendiri, Mama Sally. Kami ingin memberikan dukungan sebanyak mungkin untuk

  • Terpaksa Menjadi Sugar Babby   Butuh Waktu

    "Iya, kamu benar, Nak. Papa memang mengetahui segalanya."Tuan Johnson duduk dengan tenang di sofa kulit berwarna gelap, lampu ruangan menerangi wajahnya yang berkerut, menunjukkan tanda-tanda usia dan kebijaksanaan. Dia mengambil napas dalam-dalam, menatap Felix yang tampak pucat dan terkejut."Felix," kata Tuan Johnson dengan suara yang lembut namun penuh otoritas. "Aku tahu ini mungkin sulit untukmu menerima kenyataan ini. Tapi aku melakukan ini demi Bella, demi kalian berdua."Felix merasa seperti ditampar oleh kata-kata ayahnya. Dia merasa seolah-olah tanah di bawahnya runtuh. "Kenapa, Pah?" Felix bertanya, suaranya bergetar. "Kenapa kau tidak memberitahuku?"Tuan Johnson menatap Felix, matanya penuh penyesalan. "Karena aku tahu betapa kerasnya kau mencintai Bella, Felix. Aku tahu betapa hancurnya hatimu saat dia pergi. Aku hanya ingin melindungi kalian. Terlebih, Bella masih belum siap bertemu denganmu."Felix merasa kepalanya berputar. Dia menatap ayahnya, mencoba mencerna seti

  • Terpaksa Menjadi Sugar Babby   Kalian Membohongiku

    Felix melepaskan pelukannya dan menatap Bella dengan tatapan penuh cinta. "Bella, aku sangat merindukanmu. Aku bahagia kamu kembali. Aku mencintaimu," ucap Felix dengan suara bergetar. "Kemana kamu selama ini, sayang? Kenapa kau pergi meninggalkanku?"Bella menatap Felix dengan ekspresi yang sulit dibaca. Dia tampaknya masih belum yakin dengan apa yang harus dia lakukan. Namun, Felix tahu bahwa dia harus bersabar. Dia harus memberi Bella waktu untuk memahami dan menerima kenyataan bahwa mereka berdua kembali bersama."Sayang aku khawatir dengan keadaanmu dan ..." Ucapan Felix terhenti saat melihat perut Bella yang sudah kempes.Felix menatap Bella dengan penuh kasih saat matanya terfokus pada perut Bella yang sudah tidak buncit lagi. Dia tidak bisa menahan kebahagiaannya dan akhirnya bertanya apakah Bella telah melahirkan anak mereka. "Apa kamu sudah melahirkan, sayang?" Bella hanya bisa mengangguk tanpa bisa mengeluarkan sepatah kata pun.Melihat reaksi Bella, Felix merasa hatinya b

  • Terpaksa Menjadi Sugar Babby   Kamu Kembali

    Felix melangkah masuk ke halaman rumahnya, hatinya dipenuhi rasa heran. Suasana rumah yang biasanya tenang dan damai kini berubah menjadi ramai, penuh dengan suara tawa dan percakapan yang riuh. Dia merasa ada yang berbeda, sesuatu yang tidak biasa. Kemudian, ia teringat bahwa hari ini ada tamu spesial yang akan datang, namun ia lupa siapa tamu tersebut.Saat pintu rumah dibuka, aroma masakan yang lezat langsung menyapa indra penciumannya. Di tengah kebingungan dan rasa penasaran, mama Selly, ibu dari sahabatnya, langsung menghampirinya."Mama, ada apa ini? Kenapa rumah ini begitu ramai?" tanya Felix dengan wajah bingung."Felix, kamu lupa ya? Hari ini ada tamu spesial yang datang. Kamu segera mandi dan ganti baju ya, tamu kita sedang menunggu di meja makan," jawab Mama Sally dengan senyum ramah."Tamu spesial? Siapa itu, Mama?" tanya Felix penasaran."Itu nanti kamu tahu sendiri setelah mandi dan berganti baju. Sekarang, cepatlah mandi dan berganti baju. Jangan sampai tamu kita menu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status