Share

BAB 20

Penulis: Atdriani12
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-23 20:12:00

Hari itu, kampus terasa lebih hidup dari biasanya. Callista berjalan melewati beberapa mahasiswa yang tengah berdiskusi, sebagian hanya duduk di tangga sambil menatap layar ponsel.

Ia menyusup ke kelas dari pintu samping. Adrian sudah berdiri di depan, membelakangi pintu, menulis di papan dengan tenang. Kemeja biru gelapnya tergulung sampai siku, memperlihatkan urat di tangannya yang bergerak tiap kali menulis.

Ketika ia menoleh dan mata mereka bertemu, tidak ada senyum lebar. Hanya anggukan kecil. Isyarat yang tak bisa dibaca siapa pun, kecuali mereka.

“Selamat datang,” ucap Adrian, ringan.

Dan Callista tahu—itu hanya untuknya.

Ia duduk di kursi baris ketiga dari depan, sedikit ke sisi kiri. Bukan posisi favoritnya. Tapi dari situ, ia bisa melihat ekspresi Adrian tanpa harus menoleh terlalu mencolok.

Pelajaran berlangsung seperti biasa. Suara Adrian tegas dan stabil, tapi tak membosankan. Sesekali ia berjalan menyusuri sisi kelas, berhenti sejenak di dekat k
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Terperangkap Dalam Gairah Dosen Muda   BAB 49++

    Adrian meraih wajahnya, mencium dahinya pelan. “Aku tahu.” Dia menekan tombol lift. Pintu lift menutup perlahan. Mereka berdiri, tubuh nyaris bersentuhan, menahan diri dari goyangan fisik tapi tidak dari kenyataan yang menekan. Ketika pintu tertutup sempurna, Callista membayangkan—ini adalah pintu terakhir yang bisa ia takutkan. Setelah itu, dunia bisa melangkah seperti biasa. Tapi hidupnya… tidak lagi. Adrian menarik napas dalam, mengulurkan tangan untuk Callista. Ia menggandeng gadis itu erat. Dan dalam gelap lift yang menyusut, suara detak jantung mereka terdengar jelas. Callista menggenggam tangan itu kuat. “Aku nggak kembali kalau kamu nggak ada.” Adrian menatap matanya. Gelombang mawar membuncah di dadanya. “Aku nggak akan ke mana-mana.” Ketika lift terbuka di ujung koridor, mereka melangkah keluar—masih bergandengan tangan, meski tak ada springboard terasa di bawah kaki. Hanya lantai din

  • Terperangkap Dalam Gairah Dosen Muda   BAB 48

    Callista menatap mata Adrian. Dalam. Tegas. Dan untuk kesekian kali, ia merasa… bahwa cinta mereka bukan hanya tentang saling menyentuh, tapi saling memperjuangkan.“Kalau gitu… aku tetap di sini.”“Dan aku akan pastikan kamu bisa berdiri di sini, tanpa takut.”Callista mengangguk. Bibirnya gemetar sedikit. Tapi bukan karena takut. Karena ada kekuatan baru yang sedang tumbuh—dan ia tahu, badai memang akan datang, tapi kali ini, ia tidak sendirian.**Ruangan terasa hingar saat pintu diketuk. Callista dan Adrian saling pandang—untuk kali pertama dalam beberapa hari, ketegangan masuk ke ruang mereka.Pintu terbuka. Seorang mahasiswa masuk, membawa empat gelas kopi plastik.“Kahwin kupi, Pak Dosen,” ujar mahasiswa itu dengan nada santai. “Dan satu untuk Mbak Callista.”Adrian berdiri, meraih satu gelas. Callista menerima pula.“Terima kasih,” kata mereka bersama.Setelah mahasiswa itu pergi, kehen

  • Terperangkap Dalam Gairah Dosen Muda   BAB 47

    Suara napas Callista perlahan menyatu dengan degup jantung Adrian yang masih terasa kuat di bawah sentuhan telapak tangannya. Tak ada lagi yang mereka sembunyikan. Tidak dalam diam, tidak dalam pelukan. Bahkan dalam sunyi, mereka tetap berbicara—tanpa suara, tapi dengan rasa.Adrian masih terjaga. Bukan karena gelisah, tapi karena sadar: momen seperti ini terlalu langka untuk dilewatkan. Wajah Callista dalam tidurnya begitu damai, nyaris rapuh. Tapi justru dari sana, ia tahu… gadis ini jauh lebih kuat dari yang siapa pun pikirkan.Tangannya terulur, menyentuh pipi Callista dengan ujung jemari. Sekilas, ia melihat bayangan Amelia di kepalanya—dingin, kaku, dan terlalu sering menghindar ketika dipeluk. Bahkan saat Adrian sedang runtuh, Amelia tetap menjaga jarak. Bukan karena tidak tahu, tapi karena tidak peduli.Dan mungkin itulah alasan kenapa kehangatan Callista bisa menembus seluruh lapisan benteng yang selama ini Adrian bangun.“Aku nggak akan

  • Terperangkap Dalam Gairah Dosen Muda   BAB 46

    Tubuh mereka masih saling menempel, hangat dan tenang. Nafas perlahan mulai stabil, tapi tidak ada yang segera beranjak. Adrian tetap memeluk Callista, seolah enggan melepaskan satu milimeter pun dari kedekatan itu.“Jantungmu…” bisik Callista, menempelkan telinganya di dada Adrian. “Masih kencang.”“Masih deg-degan,” jawab Adrian ringan, lalu mengusap lembut punggung Callista. “Kamu selalu bikin aku kayak gini.”Callista tak menjawab. Ia hanya memejamkan mata, membiarkan jemarinya menelusuri garis rahang pria itu perlahan. Ia ingin merekam semuanya. Tekstur kulitnya. Detak jantungnya. Cara Adrian menarik napas saat merasa terlalu jujur.“Kalau dunia tahu tentang kita,” ucap Callista akhirnya, “kamu tetap akan di sampingku?”“Ya.” Jawabannya cepat. Tegas.“Walau mereka benci kamu?”“Aku lebih takut kamu yang ninggalin aku,” bisik Adrian. “Kalau kamu tetap di sini, semua hal lain bisa aku hadapi.”Callista menata

  • Terperangkap Dalam Gairah Dosen Muda   BAB 45++

    Adrian menatap Callista yang tengah membuka laptop, jari-jarinya bergerak pelan di atas keyboard. Sorot matanya tenang, tapi tubuhnya sedikit menegang—seolah sedang menahan sesuatu yang tak ia ucapkan. Seperti biasa, ruang kerja itu dipenuhi keheningan yang bukan sunyi. Tapi kali ini, udara terasa berbeda. Lebih padat. Lebih hangat.Callista menyadarinya lebih dulu. Sorot mata Adrian tak berpaling darinya. Seolah pria itu tidak sedang melihat layar—tapi dirinya. Seluruh dirinya.Ia menelan ludah. “Apa ada yang mau kamu bilang?”Adrian tak menjawab. Ia hanya bangkit pelan, melangkah mendekat. Sepasang mata itu tetap terpaku padanya. Ada sesuatu dalam tatapannya—sesuatu yang tak bisa Callista hindari.Pria itu berdiri tepat di belakangnya. Tangannya tidak menyentuh. Tapi napasnya terasa di leher Callista.“Aku pengen kamu hari ini,” bisiknya pelan.Callista membeku. Tapi bukan karena takut. Tubuhnya bereaksi sebelum pikirannya semp

  • Terperangkap Dalam Gairah Dosen Muda   BAB 44

    Tak ada yang terburu-buru.Tak ada yang ingin segera.Karena untuk kali ini, mereka ingin segalanya berlangsung perlahan—sampai mereka yakin, tak akan pernah bisa kembali jadi asing.Callista membenamkan wajahnya di leher Adrian. “Kita bisa bertahan, kan?”Adrian mengecup rambutnya. “Kita akan bertahan. Kita cuma harus kuat.”Callista mengangguk. Dan untuk pertama kalinya, ia merasa tak perlu menyimpan kekuatan untuk bertahan sendiri.Karena sekarang, ia tahu, ia tidak lagi berjalan sendirian.**Ruang kerja itu kembali jadi saksi. Buku-buku yang sama. Kursi yang sama. Wangi kopi yang kembali diseduh Callista tanpa diminta. Tapi ada sesuatu yang berubah. Bukan suasana. Bukan rutinitas. Melainkan cara mereka saling diam.Diam yang penuh rasa percaya.Callista menatap layar laptop sambil mengetik, namun matanya beberapa kali mencuri pandang ke arah Adrian. Pria itu sedang membaca, tangannya menop

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status