Share

Terperangkap Dalam Hubungan Gelap
Terperangkap Dalam Hubungan Gelap
Author: sy

Prolog

Author: sy
last update Last Updated: 2022-03-17 15:59:33

4 Januari 2019

"Pak Dalvin hari ini ganteng banget."

Maya, salah satu karyawan di departemen akuntansi, melayangkan pujian di belakang Dalvin saat sibuk bercermin di kamar mandi. Tangan lentiknya mengaplikasikan maskara pada bulu mata yang sebenarnya sudah lentik. Meski Maya tak terlihat sungguh-sungguh, tapi Gabriella tahu jika Maya serius.

Karena Gabriella--biasanya dipanggil Biya--tahu betul apabila Maya adalah pengagum para lelaki tampan. Dalvin adalah lelaki sempurna bak karakter fiksi yang melompat keluar dari buku untuk memuaskan mata perempuan. Bagaimana tidak? Fisiknya menawan. Dalvin memiliki paras rupawan: mata tajam, hidung lancip, bibir tipis, rahang tegas, dan rambut hitam legam yang selalu ditata rapi. Jangan lupakan jika Dalvin juga tinggi menjulang, memiliki bahu lebar, dan dada super bidang yang sepertinya sangat nyaman apabila digunakan untuk bersandar.

Dulu Biya memang rajin memuji bersama Maya, tapi sekarang keadaannya jelas berbeda, karena Biya ingin pingsan setiap kali mendengar sang atasan disebut. Biya jelas punya alasan kuat yang mendasari hal itu. Setiap kali bertemu Dalvin, tidak pernah lepas dari kecanggungan di saat lelaki itu sudah berusaha keras bersikap normal.

Biya berusaha mengalihkan pikiran ke arah lain dengan sok sibuk mencuci tangan di samping Maya.

"Bi, lo tuh ya, tiap ada Pak Dalvin kayak lagi ketemu gebetan tau!" Maya yiba-tiba berkomentar. Nadanya campur aduk, antara: ingin tahu, julid, dan juga centil. Sesekali dia mengibas rambut panjangnya ala-ala iklan sampo di televisi sebelum menatap Biya. "Gue tahu Pak Dalvin ganteng, tapi ya seenggaknya bersikap normal aja. Jangan kayak alien. Bikin Pak Dalvin nggak nyaman tau! Dulu lo nggak kayak gitu di depannya dia!"

'Malah dianya yang bikin gue nggak nyaman!'

Biya hanya bisa meringis kaku atas komentar yang Maya berikan.

"Lo naksir ya sama Pak Dalvin?"

Seharusnya Biya tidak perlu berlebihan lagi jika menjawab pertanyaan dari Maya, karena itu merupakan pertanyaan yang sangat umum ketika teman sengaja menggoda atau usil. Seharusnya Biya bersikap biasa saja, karena dia memang tidak menyukai Dalvin dan tidak perlu sampai berteriak dengan wajah tidak terima.

"ENAK AJA!" sanggahnya menggunakan nada tinggi. "Mana mungkin gue naksir sama Pak Dalvin!"

Maya terkesiap sedetik setelah Biya menyangkal. Salah satu alisnya terangkat naik penuh kebingungan--bertanya-tanya apakah dia mengatakan suatu hal yang salah. Perempuan itu mengambil lipstik berwarna nude sebelum mengoleskannya pada permukaan bibir; dia mempersiapkan diri sebelum pergi kencan sesudah selesai bekerja.

"Biasa aja kali. Lo sewot gitu apa nggak makin curiga guenya."

"Sorry, nggak maksud ngebentak kok.."

Biya menciut.

Biya jelas tahu, reaksinya yang selalu seperti ini bisa membawa petaka di kemudian hari. Hanya saja, Biya benar-benar tidak tahu bagaimana cara menyembunyikan hal tersebut. Biya paling tidak jago berbohong di depan orang banyak--seperti kutukan yang sengaja mengganggu kesejahteraan hidupnya.

"Iya, nggak papa!" tutur Maya sembari mengudarakan tawa pelan. Maya memasukkan peralatan makeup ke dalam pouch kecil yang dia bawa. "Yuk, keluar terus balik."

"Hmmm."

Biya melangkahkan kaki terlebih dahulu keluar dari toilet, diikuti oleh Maya yang sesekali melirik ke arah cermin untuk mengecek kembali penampilannya. Sayang, ketika keluar dari toilet, Biya justru menabrak sosok yang sekarang paling dia hindari. Jeritan tertahan Biya dibarengi dengan Dalvin yang membeku di tempat. Canggung sekali hingga Maya juga ikut terdiam di belakang Biya.

Dalvin bersumpah, dia hanya ingin pergi ke kamar mandi pria yang letaknya tepat di sebelah kamar mandi perempuan.

Butuh beberapa detik bagi Dalvin untuk memberanikan diri berdeham lalu pergi meninggalkan dua rekan sekantornya dengan peluh yang membanjiri pelipis.

"Lo sama Pak Dalvin tuh kenapa sih?!"

Tak lama, nama Dalvin menghiasi kolom notifikasi di ponsel Biya kala Biya menerima pesan singkat.

[Pak Dalvin: Biya, nggak ada yang tau, kan?]

----

Tokoh utama:

1. Dalvin Catra Damendra | Dalvin. 31 Tahun

2. Gabriella Diandra Ayudisha | Biya. 27 Tahun

3. Bulan Maya Batari | Maya. 27 Tahun

4. Arsenio Ginantra | Arsen. 31 Tahun

5. Airin Callista | Airin. 31 Tahun

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terperangkap Dalam Hubungan Gelap   Epilog

    Lima tahun kemudian.Biya beberapa kali melakukan switch career, dari staff purchasing, copywriter, hingga akhirnya memilih menjadi virtual assistant yang bisa bekerja secara remote di mana saja. Biya masih berusaha menjadi orang yang lebih baik setelah insiden beberapa tahun lalu. Sempat dekat dengan beberapa lelaki, namun tidak ada yang cocok secara emosional. Semakin hari, Biya sendiri semakin menghindari lawan jenis karena merasa semuanya berujung sia-sia—tidak ada yang jadi, katanya.Biya sudah putus hubungan dengan Maya. Beberapa kali Biya melihat sosial media sang mantan sahabat melalui akun lain. Maya tampak bahagia dan baik-baik saja. Sudah menikah; pindah ke luar negeri mengikuti suami yang merupakan orang Australia. Biya ingin mengirimkan pesan, tapi takut Maya mengabaikan atau mungkin malah belum memaafkan.“Ce, kabarnya gimana?” Biya mendongakkan kepala ketika melihat Odilia, salah satu teman yang diperoleh melalui komunitas virtual assistant di media sosial. Mereka serin

  • Terperangkap Dalam Hubungan Gelap   90. Berjumpa dan Berpisah Baik-Baik

    “Mbak Biya, sudah lama nggak ketemu. Mau ambil barang-barang di lantai atas, ya?”Sesuai ucapannya kemarin, Biya pergi ke perusahaan untuk mengambil barang-barang di mejanya pada sore hari. Biya terkejut, karena security yang dikenalnya tahu bahwa dia resign. Biya menganggukkan kepala, mengucapkan salam, sebelum beranjak ke tempat kerjanya yang ada di lantai lima.Perusahaan sudah sepi, hanya ada beberapa office boy dan office girl yang masih bekerja. Biya bersyukur, karena dia tidak perlu menemui rekan rekan kerja yang pasti akan kepo luar biasa mengenai setelah ini akan bekerja di mana, kabar setelah sembuh dari tipes, dan lain lain. Biya menarik napas dalam ketika sampai di lantai lima dan masuk ke ruang departemennya.Biya tak menemukan siapa pun selain Dalvin yang masih duduk di kursinya—memeriksa kembali laporan keuangan pada layar komputer. Dalvin menoleh ke arah Biya, tak terlihat kaget, dan kembali fokus pada layar komputer.“Ambil barang?” Dalvin bertanya tanpa melihat Biya

  • Terperangkap Dalam Hubungan Gelap   89. Perjumpaan

    [“Besok lo mau ambil barang-barang dari tempat kerja lo?”]Malam ini Biya dihubungi oleh Arsen yang tadi sempat menceritakan perjalanan selama berbulan madu di Bali. Tadi, Biya juga sempat berbincang sebentar dengan Airin melalui sambungan telepon. Biya senang, karena mereka bisa menikmati liburan selama seminggu dalam memulai perjalanan pernikahan yang akan dibina selama beberapa tahun ke depan.“Iya, besok mau gue ambil sendirian. Sebenarnya Ayah nawarin buat bantu, tapi gue tolak soalnya nggak mau ngerepotin,” Biya menjelaskan sambil mengambil tas kain yang biasanya digunakan untuk belanja, kunci sepeda motor serta mengenakan jaketnya yang berwarna hijau sage. Hendak pergi ke supermarket sebentar untuk membeli perlengkapan mandi yang sudah habis di rumah. “Gue besok rencana mau datang sore aja setelah semua orang pulang, biar nggak usah drama di tempat kerja orang gue juga cuma mau ambil barang.”[“Ohh, haha,”] Arsen sempat mengudarakan tawa pelan, karena pikirannya langsung tertuj

  • Terperangkap Dalam Hubungan Gelap   88. Berproses

    Butuh waktu hampir dua minggu bagi Biya untuk pulih dari tipes dan benar-benar diperbolehkan keluar dari rumah sakit. Proses pemulihannya lama, sebab Biya tak kooperatif—enggan makan dan minum obat—baru dikonsumsi apabila dipaksa oleh ayah atau Arsen yang bergantian berjaga. Keluar dari rumah sakit pun, kondisi fisiknya masih lemah.Biya sudah dinyatakan resign oleh HRD perusahaan dan diminta segera mengambil barang-barangnya. Biya menghela napas pelan, tidak menyangka jika dia jatuh sakit sampai melewati tanggal resign. Perempuan itu menatap langit-langit kamar ketika merebahkan diri; memikirkan apa yang harus dia lakukan setelah ini, karena belum menemukan tempat kerja yang pas di hati. Biya pun memikirkan semua orang yang selama ini berputar di sekitarnya—terutama Gama dan Maya, yang mendadak keluar dari kehidupannya.[“Gue sudah dengar semuanya dari kakak lo. Gue nggak akan balik dulu, jadi gue belum bisa jengukin lo. Gue bakal stay di sini sampai mama gue sembuh. Goodluck and get

  • Terperangkap Dalam Hubungan Gelap   87. Obrolan dan Kejujuran

    [+62 523 xxx xxxx: Pak, posisi di mana?][+62 523 xxx xxxx: Sebentar lagi saya ke sana.]Dalvin berada di lobby rumah sakit; duduk di depan instalasi farmasi, tempat biasanya orang mengambil obat yang sudah diresepkan oleh dokter. Beberapa kali perawat perempuan yang berjaga di balik meja instalasi farmasi tersebut mencuri pandang ke arah Dalvin yang berdiam diri sendirian di saat tak ada orang. Dalvin sengaja duduk di sana, bak pasien yang menunggu obat selesai dibuat, karena dia menghindari Arsen yang masih ada di dekat bagian administrasi.Dalvin tak mau apabila mencari keributan. Apalagi, Arsen telah memperingati agar tak perlu berlama-lama di rumah sakit dan segera pergi jika bisa. Dalvin berulang kali melirik ke arah ponsel, memperhatikan pesan terakhir yang dia kirim balik pada Gama. Memberitahukan posisinya pada sang lawan bicara.‘Lama banget,’ Dalvin menggerutu dalam hati. ‘Katanya nggak sampai sepuluh menit. Lah ini sudah mau dua puluh menit, tapi nggak muncul-muncul juga.

  • Terperangkap Dalam Hubungan Gelap   86. Perpisahan (4)

    Gama menarik lalu menghembuskan napas berulang kali ketika sampai di depan kamar rawat nomor 407. Kamar rawat Biya. Ada beberapa perawat berlalu-lalang, sesekali menanyakan apakah Gama membutuhkan bantuan. Gama jelas menggelengkan kepala dan menjawab, “Saya mau nengokin teman saya di kamar ini aja.” dia hanya belum siap melangkahkan kaki masuk untuk menemui Biya dan juga Dalvin.Namun, pada akhirnya dia memberanikan diri mengetuk pintu kamar rawat rumah sakit tersebut kemudian menggesernya ke samping. Gama tertegun—canggung setengah mati ketika pandang semua orang tertuju padanya. Jantung Gama pun sempat mencelus, karena melihat keadaan Biya yang sungguh mengkhawatirkan.“Emm..” Gama bergumam kikuk sembari menggaruk tengkuk kaku. Gama tahu ada banyak orang setelah tadi Arsen menginformasikan bahwa Dalvin tak datang sendirian. Gama meringis kecut, hendak melangkah keluar, namun para rekan kerja perempuan Biya buru-buru berdiri dari tempat duduk mereka masing-masing.“Pak Gama, Pak Gama

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status