Mendengar pertanyaan Nathan, Kyle langsung mengepalkan tangan dengan mata menyipit karena marah. "Siapa pun orang itu, aku tidak akan membiarkan dia mendapatkan Luana, karena kali ini dia harus menjadi istriku, bukan yang lain," ucap Kyle penuh tekad. Nathan berdehem satu kali, melihat atasannya tersebut dengan pandangan takjub sekaligus kasihan. "Saya akui tekad Anda ini benar-benar patut diacungi jempol, Bos. Semoga Luana segera menyadari cinta Anda yang begitu besar ini," ucapnya dengan tulus. Kyle malah menggeleng tak setuju dengan ucapan bawahannya itu. "No, no. Tolong dicatat, bukan cintaku yang terlalu besar padanya." "Lalu?" Nathan memandang bos-nya dengan tatapan tak mengerti. "Aku yang akan membuat Luana tergila-gila padaku, pokoknya dia yang akan mengejar-ngejarku," jawab Kyle penuh percaya diri sambil tersenyum lebar. Nathan hanya bisa terbatuk kecil mendengar pernyataan bos-nya. "T-Tuan, ehm, saya minta maaf tapi ... pernahkah Anda mendengar istilah bucin?"
"Selamat pagi, Luana."Kyle menyapa Luana yang duduk manis di belakang meja lebih dulu.Hari ini Kyle memangkas sedikit rambutnya dengan jenis potongan undercut dan mengubah warna rambutnya menjadi hitam.Dia juga berdandan lumayan lama untuk mencocokkan hair style barunya dengan setelan jas yang dia pakai.Kyle menghabiskan waktu lumayan lama hanya supaya Luana memujinya tampan. "S-selamat pagi juga, Bos."Gadis yang tampaknya sedang sibuk dengan pekerjaannya tersebut, berdiri menyapa Kyle dengan mulut sedikit melongo dan mata terbelalak lebar."Kenapa kamu melihat aku seperti itu?"Kyle bertanya, menunggu gadis itu berteriak histeris dan memujinya tampan. Namun, Luana malah memasang wajah datar dan menggeleng."Ehm, saya tidak melihat Anda, kok."Gadis itu mengarahkan tatapan matanya jauh di belakang Kyle saat menjawab. Kyle tidak tahu bahwa saat ini Luana sedang mati-matian mengatur raut muka agar terlihat biasa saja padahal dalam hati ingin menjerit mengatakan betapa tampannya
"Dia pasti terpilih menjadi sekretaris karena wajahnya saja, kan? Aku yakin dia tak punya kemampuan, jadi pecat saja dia," lanjut Jasmine dengan nada sinis. Luana begitu shock dengan tuduhan Jasmine tersebut sampai matanya berkaca-kaca, bagaimana mungkin dia selalu dituduh terpilih menjadi sekertaris karena wajahnya, sementara dia sendiri selalu bekerja keras dalam pekerjaannya ini?Bahkan, bukan dia yang memilih pekerjaan ini, melainkan Kyle sendiri. Bagaimana bisa Jasmine seenaknya bicara seperti itu? Luana menatap Kyle, memohon bantuan. Tapi Kyle malah mengalihkan pandangan sehingga membuat Luana merasa sakit hati. Untungnya, Nathan segera menengahi pembicaraan saat melihat kondisi yang mulai tidak kondusif."N-nona Jasmine, tolong jaga kata-kata .....""Terus?"Justru Kyle malah bertanya dengan nada tenang, membuat Nathan menatap bingung kepada Kyle kenapa malah meladeni Jasmine, bukannya menjaga perasaan Luana? Sementara itu, jutaan kekecewaan menghimpit dada Luana saat melih
"Ih."Luana yang kini membenamkan wajahnya di dada Kyle hanya bersungut-sungut karena pria itu malah balik bertanya dan tak menghibur dirinya."Jadi Anda mengangkat saya sebagai sekertaris memang karena wajah saya, ya?""Memangnya kamu berpikir kalau kamu cantik atau tidak?"Kyle malah dengan sengaja membuat gadis itu semakin kesal."Menurut saya, sih. Saya imut," jawab Luana dengan bibir mengerucut karena kesal bos-nya tersebut tak pernah serius menanggapi perkataannya."Kalau kamu marah dikatakan menjadi sekretaris di sini karena tampang, kenapa kamu tidak mencoba membuktikan kemampuan kamu saja?""Caranya bagaimana?"Luana bertanya sambil memejamkan mata, terlalu nyaman dengan pelukan bos-nya tersebut dan tak ingin hal ini berakhir."Kamu merasa sudah setara Katy atau Rion, atau tidak?""Tentu saja tidak. Mereka kan lebih ahli dan lebih senior dari saya," jawab Luana sambil cemberut. "Kalau begitu, cobalah berusaha setara dengan mereka."Kyle menyahut dengan nada lembut. Luana me
"Aku benar-benar tidak bisa berkutik dengan hal ini."Kyle berkata lagi, kini dengan ekspresi sendu karena tahu Luana mulai menaruh iba padanya.Seandainya saat ini ada Nathan di ruangan ini, Kyle mungkin tidak akan berhasil berbohong dengan sangat mulus seperti sekarang.Dijodohkan? Tak bisa berkutik dengan keputusan dewan direksi? Yang ada para anggota dewan itu yang tak pernah bisa berkutik dengan segala keputusan Kyle. "Aku tidak mau menikah dengan orang yang nggak aku suka, apalagi dengan Jasmine."Kyle dengan lancar mengucapkan kebohongannya saat melihat Luana yang tampaknya mulai bimbang."T-tapi...."Luana masih terlihat ragu sehingga Kyle kembali memberikan serangan balasan. "Aku juga tidak suka sama kamu, jangan pikir aku minta kamu melakukan hal ni karena aku suka kamu," ralat Kyle segera dengan ekspresi serius."Oke, saya tahu."Hati Luana yang tadinya sudah mengembang karena Kyle lebih memilih dirinya daripada Jasmine, seketika kembali menciut. "Tapi tolong bantu aku,
"Kenapa?"Jantung Luana berdebar kencang ketika ujung jemari Kyle mengusap lembut bibirnya."Karena ...."Seperti sengaja, Kyle tidak meneruskan ucapan, justru mendekatkan bibirnya ke bibir Luana yang ranum dan berwarna merah muda.Sedikit lagi, mereka akan berciuman. Namun ....Brak.Pintu ruangan tiba-tiba terbuka, lagi-lagi Nathan yang tak tahu situasi urgen di dalam, nyelonong masuk dengan cepat."Bos! Saya sudah menemukan solusi yang tepat untuk pembicaraan dengan Jasmine tadi pagi dan ...."Kaki pria itu seakan terpaku di lantai, menatap horor ke apa yang ada di depannya."M-maaf!"Nathan segera berseru dengan wajah pucat.Luana yang terkejut segera menyingkirkan tangan Kyle dari pipinya dan berlari keluar."Saya pergi dulu!" serunya dengan wajah merah padam, segera kabur dan menghilang di balik pintu."Sialan."Kyle menyugar rambutnya untuk melampiaskan rasa kesal, sedangkan Nathan, diam-diam mundur dengan ekspresi putus asa."Bos, tolong bunuh saya!"Nathan benar-benar menyes
Merasa tak puas hanya mengirim satu pesan, Luana pun mengetik pesan berikutnya.[Sungguh! Aku berani sumpah, tak ada apa-apa lagi antara aku dengan Revon, yang kamu lihat tadi tidak seperti yang kamu bayangkan, aku tak ada hubungan apa-apa dengan Revon, Kyle. Kami sudah benar-benar selesai. Sungguh.]"Haa."Luana mengusap air matanya, mencari tempat duduk dan mulai mengetik pesan lagi dengan kalap.[Tolong, tolong percaya aku. Jangan seperti kejadian di SMA, tolong baca pesan ini, Kyle! Aku benar-benar tak ada apa-apa dengan Revon, aku sudah tak pernah ketemu Revon sebelumnya! Aku benar-benar tak mau kamu salah paham, please.][Tolong dengarkan aku. Please. Tolong jangan salah paham. Tadi Revon juga tahu-tahu meluk aku begitu saja. Kami tak berpelukan, dia yang meluk lebih dulu, Kyle!!]Setelah mengetik pesan yang begitu panjang, Luana mengacak pelan rambutnya, menarik napas panjang karena dadanya terasa begitu sesak.Dia tahu Kyle mungkin masih amnesia dan tak ingat kejadian di masa
Luana awalnya terkejut dengan pertanyaan tiba-tiba dari Kyle, tapi dia segera sadar dan menjawab. "T-tidak ada. Saya mau tidur seharian," tolak Luana tegas dan secepat mungkin.Dia benar-benar tidak mau bekerja di hari minggu. Itu mimpi buruk! Dia juga tak mau dihukum karena kesalahan tadi malam! Kyle yang duduk sambil menumpukan satu kakinya di atas kaki yang lain dan menyilangkan tangan di dada, menggeleng prihatin."Kamu ini di kantor sudah tidak pernah gerak, saat hari libur gini malah tidur seharian."Mendengar sindiran dari bos-nya tersebut, Luana menatap Kyle dengan bibir cemberut."Apa salahnya, Bos? Ini kan hari libur, dan hari libur itu waktunya kita tidur sepuasnya," jawab Luana membela diri.Kyle tidak menjawab, justru mencondongkan badan ke arah Luana dan menatap gadis itu dengan sangat serius.Dengan jarak sedekat ini, pikiran Luana mendadak kosong karena berhadapan ketampanan Kyle. Sungguh, kenapa sih pria ini ... selalu membuat dirinya seperti orang gila?Kenapa dia