Share

404. Dihibur Gio

Author: Lil Seven
last update Last Updated: 2025-02-01 05:12:51

"Sudah kubilang, jangan nangis," ucap Gio.

Luana menggeleng, mengusap pipinya yang basah dan menjawab.

"Siapa yang nangis, aku nggak nangis."

Gio menyilangkan tangan di dada dan menatap Luana dengan pandangan mengejek.

"Ah, benar. Kamu, kan, gengsian."

Sindiran Gio tersebut seketika membuat bibir Luana cemberut.

"Ngapain juga aku gengsi sama kamu!l" serunya sambil menatap jengkel kepada Gio.

Gio hanya tertawa kecil, mencondongkan badannya yang tinggi ke arah Luana dan bertanya dengan tenang.

"Si Tuan Muda itu nyakitin kamu? Kamu masuk lagi ke dalam bukan karena ada barang yang ketinggalan, tapi menemui dia, bukan?"

Luana melengos sebal, mengarahkan pandangan ke jalanan sore depan kantor yang penuh lalu lalang mobil.

"Sok tau. Nyebelin," jawabnya dengan bibir cemberut dan muka ditekuk.

Gio tersenyum melihat ekspresi manyun gadis mungil itu, lalu dengan santai berucap.

"Berarti jawabannya iya."

"Enggak!"

Luana segera melayangkan tatapan judes padanya, men
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Terperangkap Gairah Dokter Tampan   620. Oerksin Dimulai

    Malam pun tiba. Hotel tempat acara akan digelar sudah dihiasi lampu gantung, pita merah muda, dan karpet panjang yang digelar di sepanjang lorong menuju ballroom. Tapi di balik gemerlap persiapan itu, suasana hati Lyodra seperti ruangan kosong yang belum dihias. Ia berdiri di balkon lantai enam, memandang ke arah parkiran. Tangannya memegang ponsel erat, seperti berharap Jamie tiba-tiba muncul dari balik malam. Tapi yang datang justru suara dari belakangnya. “Masih mikirin dia?” Lyodra menoleh. Jupiter berdiri sambil membawa dua cangkir kopi kaleng dingin dari vending machine. Ia menyerahkan satu padanya. “Ini bukan untuk ngelupain Jamie,” kata Jupiter sebelum sempat dituduh apa-apa, “ini buat mengingat bahwa kamu nggak sendirian.” Lyodra menerima minuman itu, tersenyum kecil. “Terima kasih, Jup.” Hening sejenak. Angin malam berembus, membawa aroma kertas undangan dan lilin lavender dari ruang bawah. “Tau nggak,” ujar Jupiter pelan, “dari dulu, aku selalu ngerasa... kamu itu

  • Terperangkap Gairah Dokter Tampan   619. Masakab Baru

    Lyodra duduk di sofa lounge karyawan, sendirian. Teh hangat di tangannya sudah dingin sejak tadi, tapi tak sekalipun ia menyesapnya. Matanya menatap kosong ke depan, sementara pikirannya berputar-putar seperti kaset rusak. Sudah dua hari Jamie tidak menghubunginya. Bukan karena sibuk—Jamie bisa sesibuk apapun dan tetap meluangkan waktu untuk sekadar mengirim emoji atau menelpon satu menit. Tapi sekarang, sepi. Hening. Dan Lyodra mulai dihantui pikiran yang tidak-tidak. Apa Jamie marah karena insiden Jupiter? Atau karena dia tidak langsung menjelaskan semua? Tapi… bukankah ia sudah menjelaskan? “Ly,” suara Jupiter membuyarkan lamunannya. Ia menoleh cepat, seolah baru sadar dunia masih berputar. “Sorry, ganggu. Aku cuma mau balikin dokumen vendor ini,” ujar Jupiter, meletakkan map di meja. Tapi mata pria itu tak bisa menyembunyikan kekhawatirannya. “Kamu baik-baik aja?” Lyodra berusaha tersenyum. “Capek aja. Banyak deadline.” “Kamu bisa cerita kalau mau. Aku di sini bukan cuma bu

  • Terperangkap Gairah Dokter Tampan   618. Persekongkolan

    Pagi berikutnya, langit masih kelabu ketika Jupiter berjalan menuju kedai kopi dekat hotel. Ia butuh waktu sendiri. Setelah malam yang rumit dengan Lyodra, dan perasaan yang tak kunjung padam, pikirannya semakin bising. Ia tahu batasnya—Lyodra bukan miliknya. Tapi rasa itu, seperti luka kecil yang terus menganga, tak kunjung sembuh. Ia duduk di pojok ruangan, menyendok buih kopinya dengan sendok kayu saat seseorang menarik kursi di hadapannya. Seorang wanita dengan rambut sebahu yang lurus sempurna, lipstik merah menyala, dan aura percaya diri yang tajam seperti silet. “Jupiter, kan?” sapa wanita itu tanpa basa-basi. “Kita belum pernah bertemu, tapi aku sudah cukup tahu tentang kamu.” Jupiter mengangkat alis. “Kita kenal?” Wanita itu menyunggingkan senyum kecil. “Belum. Tapi kamu kenal Lyodra. Dan itu membuat kita… punya kepentingan yang sama.” Jupiter menatapnya curiga. “Kamu siapa?” “Shane,” jawabnya singkat, menyilangkan kaki. “Kita nggak perlu basa-basi, Jupiter. Aku di sini

  • Terperangkap Gairah Dokter Tampan   617. Kebencian

    Malam merayap pelan ke dalam dinding hotel, membawa hawa yang lebih sunyi dibanding biasanya. Lampu-lampu lobi sudah menyala lembut, mengubah suasana menjadi lebih hangat, namun hati Lyodra tetap tak sepenuhnya tenang. Ia tidak tahu, tepat di balik kaca, pria yang paling ingin ia lindungi dari kesalahpahaman justru sedang menatapnya dari jauh—diam-diam, dengan tatapan penuh bara yang dikendalikan dengan dingin.Jamie baru tiba dari kunjungan luar kota yang panjang dan penuh tekanan, tapi rasa lelah itu mendadak menguap saat layar ponselnya menampilkan foto-foto Lyodra… bersama pria lain.Pria itu bukan siapa-siapa, bukan siapa-siapa seharusnya.Namun senyum Lyodra, caranya menunduk saat pria itu bicara, bahkan sorot matanya yang menyiratkan kenyamanan dan kehangatan—semuanya terasa terlalu familiar. Terlalu intim. Dan itu membuat napas Jamie berdesir tak nyaman, entah karena marah atau takut kehilangan.Seketika, pintu putar lobi bergerak.Lyodra masuk dengan langkah ringan, masih ter

  • Terperangkap Gairah Dokter Tampan   616. Jebakan

    Mall itu tidak begitu ramai. Lampu-lampu terang menggantung dari langit-langit, memantulkan bayangan mereka di lantai mengilap. Jupiter memarkir motor dan melepas helm Lyodra dengan hati-hati. Dia masih berusaha tersenyum, tapi matanya menyiratkan sesuatu yang sulit dijelaskan, itu karena pandangannya terganggu pada cincin cantik di jari manis Lyodra. Dia menghela napas dalam-dalam dan berusaha bersikap biasa kepada Lyodra. “Yuk, cepat selesaiin belanjanya. Biar bisa balik ke hotel sebelum sore,” ucap Jupiter, berjalan di samping Lyodra yang kini sibuk membuka catatan belanja dari Pak Alex.“Kita harus beli... kertas undangan, bunga meja, pita-pita dekorasi, lilin aromaterapi, dan… oh, kostum pasangan untuk maskot acara,” gumam Lyodra, memicingkan mata membaca daftar panjang yang terasa mengerikan itu.“Kostum pasangan?” Jupiter mengangkat alis. “Kayak… maskot yang saling gandengan gitu?”Lyodra mengangguk pelan. “Iya. Konsep acaranya kan ‘Romantic Night’. Jadi harus bikin suasana

  • Terperangkap Gairah Dokter Tampan   615. Masalah

    "Nggak bakal ada yang aneh-aneh setelah ini, kan? Kenapa rasanya aku malah gugup kalau semuanya selancar ini? Apakah nanti pernikahanku dengan Jamie juga akan berjalan semudah ini?" Lyodra tidak bisa begitu saja mengusir rasa cemasnya, sebab ia sudah terbiasa—jika sesuatu terasa terlalu lancar, maka biasanya akan ada badai yang menyusul. Ia gelisah tanpa alasan yang jelas, tetapi tetap mencoba menepis segala pikiran buruk. "Semua akan baik-baik saja," gumam Lyodra, menenangkan dirinya sendiri. --- Setelah libur selama tiga hari, Lyodra akhirnya kembali ke kantor. Baru saja tiba, ia langsung disambut dengan omelan dari Jupiter. “Kamu ini bisa profesional nggak, sih? Kok bisa-bisanya kamu cuti tanpa keterangan selama tiga hari, justru di saat genting seperti ini!” Sebagai atasan, Jupiter menegurnya dengan keras. Lyodra sudah berusaha menjelaskan bahwa situasinya sangat mendadak dan ia telah mendapat izin langsung dari pusat, namun Jupiter tetap melanjutkan kemarahannya, membuat

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status