"Ahh, iya, sih. Oiya, om bisa bantu aku tentang masalah tempat kerja aku nggak? Aku nggak mau lama-lama di sini, nggak mau pisah sama Om, apalagi Om kan mau jadi suami aku, aku jadi nggak pengen berjauhan sama Om kayak gini," ucap Lyodra, yang membuat Jamie tertawa karena gemas dengan sikapnya yang manja. "Ambil di tas aku, tadi aku bawain kamu berkas berkas tentang hotel itu. Mungkin ada hal di sana yang kamu butuhkan untuk mengungkapkan misteri hantu di hotel tempat kamu kerja," jawab Jamie seraya menunjuk ke tas yang tadi dia bawa. Dengan semangat, Lyodra segera beranjak dan mengambil tas milik Jamie, mengeluarkan tumpukan berkas di sana. "Wah, banyak banget!!" ucap Lyodra keheranan, merasa tak sanggup membaca semuanya dalam semalam. "Ya, aku bawa hal-hal yang penting penting aja itu. Ah, ada juga informasi tentang semua staff di sana, kamu baca aja, mungkin berguna," jawab Jamie. Lyodra awalnya merasa sangsi bisa menyelesaikan membaca semua berkas itu dalam semalam, ta
Lyodra yang menyadari bahwa tadi dia begitu terlarut dalam bayangan nakal tentang pria di depannya ini sampai lupa mengeringkan rambutnya, seketika merah padam wajahnya. "Ah itu... itu.... " Lyodra tak bisa menjawab, merasa malu luar biasa karena bisa-bisanya dia membayangkan hal nakal di depan orangnya secara langsung. "Itu apa?" tanya Jamie, menghadapkan wajah Lyodra ke depan untuk menatap dirinya. Jarak wajah mereka yang begitu dekat membuat Lyodra semakin gugup, apalagi saat melihat bibir merah muda Jamie yang sangat menggoda. Lyodra secara refleks menelan ludah. "Om.... " Gadis itu memanggil Jamie, memandang pria itu dengan wajah memelas yang membuat Jamie jadi kebingungan. "Ada apa, Ly? Kamu sakit ya makanya sampe nggak fokus waktu ngeringin rambut tadi?" tanya Jamie dengan khawatir dan tak enak hati karena merasa bersalah menyuruh Lyodra mengeringkan rambut, padahal gadis itu sedang sakit. Melihat kekhawatiran murni di mata Jamie, Lyodra dengan sengaja mengang
Ucapan Jamie itu membuat hati Lyodra senang bukan main, berpikir bahwa es kutub di depannya ini akhirnya mencair. Lyodra lantas memejamkan mata, menunggu sesuatu yang terjadi setelah Jamie menjilat bibirnya dengan lidahnya yang hangat, yang membuat hati gadis itu berdesir. Mungkinkah... mereka akan berciuman hari ini? Jantung Lyodra berdebar kencang membayangkan hal itu. Dia tak sabar merasakan bibir manis pria super tampan di depannya, tapi.... "Ya sudah, kalo gitu aku pamit," ucap Jamie seraya melepaskan pelukan dan berbalik pergi. "Hah?" Lyodra membuka mata dengan tatapan bingung dan kecewa, tak menyangka, setelah membuat hatinya berkobar sedemikian rupa, Jamie menyudahinya begitu saja. "Om!" Tak ingin momen ini berakhir, Lyodra buru-buru meraih tangan Jamie sebelum pria itu pergi dan menghilang begitu saja. Lyodra benar-benar tak ingin ditinggalkan dalam keadaan galau malam ini. "Ya?" Jamie dengan polosnya menoleh dan memandang Lyodra, membuat gadis itu gemas
"Iya. Aku kayaknya terlalu pede sampe nggak mikir kalo mungkin aku terlalu tua buat kamu, makanya tadi buru-buru ke sini buat ngebawa kamu ke ibu aku dan aku kenalin sebagai calon istri," lanjut Jamie dengan helaan napas panjang. "HAHHH???!!!" Lyodra tentu saja membuka mulutnya semakin lebar, tak bisa mengucapkan apa pun selain 'hah? Hah??!' Bagaimana pun juga ini terlalu gila. Lyodra tidak salah dengar, kan?? Jamie mau bawa dia ke ibunya dan dikenalkan sebagai calon istri??? Oh Tuhan, katakan, ini bukan mimpi kan???? Lyodra ingin menari kayang sekarang juga! Bayangkan, pria ini tak pernah bilang cinta, tak pernah mengajak dia pacaran atau apalah, tapi langsung mengajak menikah??? 'Omaigad! Sepertinya, inilah perbedaan pria matang dan pria mentah!' teriak Lyodra di dalam hati. Lyodra masih tak bisa mengatur ekspresinya saat mendengar pengakuan Jamie, juga tak menjawab apa pun, sehingga Jamie salah paham, mengira Lyodra akan menertawakan ucapannya, sehingga pria i
"Apa?" Jamie memotong ucapan Lyodra sambil menyugar rambutnya dengan tak sabar. Lyodra menggigit bibir bawahnya, meneruskan jawabannya dengan malu-malu. "Om terlihat seksi." Setelah mengatakan hal itu, buru-buru Lyodra menutup wajahnya dengan kedua tangan karena malu. "Apa? Kamu bilang apa, Ly?" Jamie mendekatkan wajahnya ke Lyodra, meminta gadis itu untuk mengulangi jawabannya. "Ih, nggak mau." Lyodra menggeleng-geleng karena malu, sementara itu Jamie terus memaksa dia untuk mengulangi jawabannya. "Aku nggak dengar tadi," ucap Jamie, beralasan. "Serius?" Lyodra membuka tangannya yang menutupi wajah dan menatap Jamie untuk melihat reaksinya. "Serius." Jamie mengangguk tegas sehingga Lyodra hanya bisa menarik napas panjang, mengumpulkan keberanian untuk mengulang jawabannya. "Saat ini ... Om terlihat seksi dan hot, itu yang ada di pikiranku." Lyodra akhirnya mengucapkan isi hatinya tersebut dengan menahan malu, sementara Jamie yang mendengar itu tertawa te
"Om, ada perlu apa ke sini?" Setelah bersembunyi di kamar mandi untuk menenangkan diri, Lyodra akhirnya kembali ke Jamie dan bertanya dengan ekspresi biasa, berusaha bersikap normal seakan tak ada apa-apa dan kembali duduk di kursi samping Jamie. "Kamu nggak ngizinin aku main ke rumah kamu?" Jamie balas bertanya dengan santai, entah hanya perasaannya saja, tapi Lyodra merasa kalau Jamie saat ini benar-benar menikmati ekspresi canggung di wajah gadis itu. Benar-benar pria yang licik, umpat Lyodra dalam hati. "Bukan gitu, tapi... ah, sudahlah. Paling-paling om ke sini mau bicara pekerjaan, kan?" tebak Lyodra dengan ekspresi malas, karena tahu sekali apa yang membawa pria itu ke sini. Yah, sudah pasti karena pekerjaan, bukan dirinya. Jamie hanya mengendikkan bahu sambil tertawa. Dia tertawa dengan begitu tampan sampai-sampai membuat Lyodra tak bisa marah. Yah, siapa yang akan marah kalau dihadapkan dengan pria yang sangat tampan seperti Jamie? Dia benar-benar tampan, sa
Dia senang Lyodra menyukai dirinya, tapi juga tak berani melangkah lebih jauh. Dalam hatinya yang terdalam, Jamie khawatir jika ini hanya perasaan sementara dari Lyodra, yang pada akhirnya menghilang dengan mudah, begitu Lyodra bertemu banyak pria dalam hidupnya. Awalnya, Jamie pikir itu akan baik-baik saja, tapi saat kemarin, Lyodra marah-marah padanya dan mengatakan mungkin akan berpaling ke lain hati jika Jamie terus seperti ini, Jamie menjadi tak bisa tidur semalaman. Ya. Ternyata Jamie masih belum siap melihat Lyodra bersama laki-laki lain, siapa pun itu. Lalu, seakan-akan menambah bebannya, pagi hari saat sebelum berangkat bekerja Jamie mengantar Lyra yang dititipkan Luke padanya ke rumah orangtua Jamie untuk tinggal di sana, ibu Jamie yang biasanya tidak banyak bicara, tiba-tiba bertanya tentang rencana pernikahan kepada Jamie. "Apa nggak ada satu pun wanita yang menarik hatimu, Nak? Ibu merasa sedih saat mendengar kalo kamu menjadi trauma dengan pernikahan karena mel
"Hm, enak banget. Om benar-benar jago masak. Ah, keren banget!" pujinya sambil mengacungkan jempol. Jamie yang sedang menyendok makanan di piring, mengendikkan bahu. "Kamu juga belajar masak sana, jangan makan makanan instan terus," tegurnya. Lyodra yang sedang mengunyah makanan, menggeleng dengan penuh sesal. "Ah, aku paling nggak bisa masak, Om. Om mungkin nggak tahu, kayaknya aku dan wajan tuh bermusuhan, Om," jawab Lyodra dengan percaya diri, yang membuat Jamie hanya geleng-geleng kepala. "Dasar." "Maafin aku, ya, Om. Tapi ini bagus kan, karena dengan gitu om bakalan sering masakin aku. Itu artinya aku berjasa buat om, karena keahlian memasak om yang hebat ini akhirnya berguna, kan?" ucap Lyodra dengan wajah imut, yang membuat Jamie hanya bisa tertawa melihat gayanya yang menggemaskan. "Dulu waktu tinggal sama ibu, ibu orangnya juga paling malas masak," lanjut Lyodra dengan mata menerawang. "Orang tuaku nggak akur sejak lama dan ayah nggak mau nyediain pembantu,
Lyodra terkejut luar biasa mendengar pertanyaan Jamie, meski di sisi lain dia juga merasa senang, karena jika Jamie merasa marah saat melihat dirinya dipeluk pria lain, bukankah itu artinya Jamie cemburu? "Om ngerasa marah lihat aku dipeluk cowok tadi?" Lyodra sengaja mengulang pertanyaan, untuk mendengar jawaban Jamie yang membuat dirinya merasa luar biasa karena Jamie mulai ada rasa cemburu padanya. "Ya, rasanya aku pengen nge remukin tangan pria itu sampe nggak bisa meluk kamu lagi," jawab Jamie dengan suara mantap yang membuat Lyodra tersenyum dan berbalik menghadap Jamie, lalu memeluk balik pria es batu itu. Lyodra mendongak untuk menatap Jamie, masih dengan senyum lebar, gadis itu pun berkata dengan percaya diri. "Itu artinya Om sedang cemburu." Jamie yang mendengar itu, menatap Lyodra dengan kening berkerut. "Cemburu?" tanyanya, seolah asing dengan kata itu. Lyodra mengangguk tegas dan menjawab, "Ya. Om cemburu sama cowok itu, karena om suka sama aku." Mende