“Sir, ada yang ingin bertemu dengan anda. Mereka dari perusahaan kontruksi yang baru saja mendapatkan pemutusan kerja sama. Mereka ingin bertanya secara langsung kenapa anda memutuskan kerja sama yang sudah terjalin sejak lama.” Itu ucapan dari asistennya, Jack. Rafa mengangguk. “Pertemukan aku dengan mereka. Akan aku beritahu alasanku.” Tidak menunggu waktu yang lama. Berada di sebuah restoran berbintang. Rafa masuk dengan langkah yang begitu tajam. Ia menatap sekitarnya dan melihat seorang pria. “Selamat datang, Sir.” Pria itu mengulurkan tangan namun terang-terangan tidak dijabat oleh Rafa. “Saya ingin menanyakan kenapa tiba-tiba anda memutuskan kerja sama yang sudah terjalin dengan begitu lama, Sir? Saya berharap anda bisa berpikir lagi tentang pemutusan tersebut. Apalagi ada proyek yang akan kami jalankan.” Rafa menghela nafas. “Aku hanya sedang bersih-bersih. Kerja sama ini tidak terlalu menguntungkan. Tapi sebenarnya aku bisa saja mempertahankan kerja sama ini, tapi kau m
Karina Leticia duduk di depan sebuah minimarket sembari termenung. Uangnya hanya cukup membeli sebuah minuman kaleng dan snack. Akhir bulan ini, ia harus menghemat uangnya untuk membayar sewa apartemen. Wanita itu menghela napas panjang. Tahun ini tidak ada yang spesial. Ia masih menyandang status lajang di usia yang sudah menginjak 29 tahun dan hanya seorang pegawai biasa di sebuah perusahaan kecil. Entah sampai kapan, ia akan hidup seperti ini?Tring!Ponsel Karina berbunyi. Segera, ia merogoh ponselnya dan membaca email yang baru saja masuk.[ Selamat anda diterima menjadi staff administrasi Delux Corp. Selamat bergabung dengan kami. Untuk informasi selengkapnya, silakan lihat di dokumen yang kami lampirkan. ] “Beneran? Aku diterima?” tanya Karina pada dirinya sendiri. Delux bukan lagi perusahaan berkembang. Delux merupakan perusahan besar yang berpusat di Amerika. Hanya dengan menjadi staff biasa, gaji yang akan didapatkan adalah lima kali lipat dari kantor sebelumnya. “Aku di
“Jika tidak sanggup pergi saja.” Karina menoleh mendengar ucapan seseorang dan segera menghapus air matanya. Padahal, jam istirahat siang ia memilih pergi ke minimarket yang lumayan jauh dari Kantor untuk menyendiri. Namun, entah mengapa, ia masih dikenali seseorang di tempat ini. “Mumpung kamu belum tanda tangan kontrak. Nanti, akan sulit pergi bila sudah tanda tangan,” imbuh wanita yang segera dikenali Karina sebagai Adel. Wanita yang terlihat selalu cuek dan acuh pada sekitarnya itu kembali berbicara padanya, “Jujur aku kasihan. Aku tidak sanggup melihatmu terus-terusan dibuli Raisa.” Karina terdiam. Ia menatap bingung Adel yang duduk di depannya. “Aku butuh uang. Aku tidak bisa berhenti. Aku yakin setelah aku menjadi pegawai tetap, Raisa tidak akan bersikap semena-mena lagi padaku.” Adel tiba-tiba merogoh dokumen di dalam tasnya dan memberikannya pada Karina. “Aku akan segera mengundurkan diri. Ini untukmu. Terserah mau kau apakan.” “Ini apa?” tanya Karina bingung, tetapi Ad
Harapan Karina hidup tenang di perusahaan pupus begitu saja setelah beberapa jam. Ia tidak menyangka ucapan Adel tentang menjadi Sekretaris Saka akan terjadi padanya. Sekarang ia berada di ruangan Ceo perusahaanya. Ia kira pemanggilannya untuk memberi kontrak kerja karyawan tetap. Namun, ternyata juga menunjuknya sebagai Sekretaris. “Kenapa Anda memilih saya, Pak?” tanya Karina memberanikan diri. Saka terlihat memasukkan salah satu tangannya ke dalam saku. Ia suka sekali Karina yang seperti ini: tidak berdaya berada di dalam kekuasaannya. “Karena aku ingin membuatmu menderita.” Karina mendongak. Lagi? Saka ingin membuat hidupnya lebih hancur? Lantas kurang hancur seperti apa hidupnya sekarang. Karina mengepalkan kedua tangannya di pinggiran roknya. “Gaji sebagai Sekretaris tiga kali lipat dari staff biasa. Apa kau sungguh-sungguh tidak membutuhkan uang?” Saka menilai Karina. “Bukankah kau butuh uang?” Benar. Yang dikatakan Saka memang benar. Ia butuh uang. Ia harus menghasilkan
“Itu dulu ketika aku masih remaja,” ucap Karina mulai lelah.Sungguh, ia tidak mengerti dengan Saka yang terus menuduhnya tanpa alasan. Mengapa pria itu terus menilainya dengan buruk padahal tidak tahu kenyataannya seperti apa? “Lepaskan aku, Saka!” Namun, Saka hanya tersenyum miring. “Kenapa kau memanggilku seperti itu? Aku ini bosmu. Kenapa kau begitu lancang?" "Kau harus diberi hukuman.” Saka lalu menarik tengkuk Karina dan menciumnya perlahan. Syok, Karina jelas memberontak. Ia terus memukul dada Saka agar melepaskannya. Namun, Saka malah semakin tertantang menaklukannya. Saka kini mengusap pelan pinggang Karina dan menggigit pelan bibir Karina agar memberi akses lidahnya masuk. Ketika berhasil, ia merasakan manis yang membuatnya candu. Karina hanya mampu memejamkan mata kala bibir Saka terus menggodanya. Dia hanya bisa mengepalkan tangan di bawah sana. Ia sadar semua ini salah. Apalagi, jemari Saka sudah bergilya di balik punggungnya. Tes!Air mata Karina jatuh. Ia men
Karina menoleh. Ia mengerjapkan mata. “Ada yang Anda butuhkan?” tanyanya di ambang batas kesadaran. Saka pun menarik pinggang Karina lagi. Ia mengangkat tubuh wanita itu dengan mudah dan berakhir di pangkuannya. Karina hendak memberontak, namun Saka memeluk pinggangnya terlalu erat. Lama menunggu, Saka hanya memperhatikan Karina. Namun perlahan, jemarinya terangkat mengusap helaian rambut Karina yang sedikit berantakan. “Kenapa kau menguncir rambutmu? Kau ingin memamerkan lehermu ini hah?” Dengan tidak sabar, Saka menarik tali rambut Karina, hingga helaian rambut wanita itu terjatuh. Rambut Karina yang sebatas bahu itu terurai dengan indah. Hanya saja, ada banyak rambut Karina yang juga ikut terlepas saat ia menarik kunciran itu. “Rambutku….,” gumam Karina. Saka tidak mengabaikan ucapan Karina. Ia segera menarik tenguk wanita itu dan langsung saja melumat bibir yang selalu menggodanya. Mungkin, karena efek alkohol, membuat Karina pasrah. Ia membuka mulut secara tidak sadar,
“Jangan bermimpi! Sampai kapanpun aku tidak akan menjadi istrimu!” teriak Karina. “Tidak usah sombong!” Tanto mencengram rahang Karina. Ia tertawa pelan. “Aku beri waktu satu minggu untuk melunasi hutang ibumu. Jika tidak, akan berbunga dua kali lipat.” “Kau tidak akan bisa melarikan diri dariku. Aku akan selalu bisa menangkapmu.” Tanto bersama anak buahnya tertawa. “Jangan jual mahal. Pikirkan sekali lagi. Aku akan melupakan hutang ibumu jika kau mau menjadi istriku yang ke-5. Hidupmu juga akan terjamin.” Rentenir itu pergi. Tubuh Karina merosot di depan pintu. Dari mana ia mendapatkan uang 300 juta dalam waktu dua minggu. ~~ “Karina.” Saka menggeram marah menatap Karina yang seperti patung. Saat rapat—Karina malah sibuk melamun. “KARINA!” teriaknya marah karena tidak mendapat jawaban. Karina seketika menoleh. Ia merapikan kertas-kertas catatannya. “Maaf, pak.” Karina menunduk sambil menghela nafas. “Kenapa kau tidak bekerja dengan benar?” heran Saka. Ia berjalan mendekati K
Tubuh Karina hampir tenggelam.Melihat itu, Saka segera menarik tubuh wanita itu dan membawanya ke tepi.Dengan cepat, Saka menempelkan bibirnya dengan bibir Karina--memberikan nafas buatan untuk wanita itu. "Uhuk!" Karina terbatuk—namun masih memejamkan mata. Melihat itu, Saka bernafas lega. Setidaknya, Karina masih hidup. “Siapa yang mengizinkanmu mengakhiri hidup?” tanya Saka tajam, “sampai kapanpun, aku tidak akan membiarkannya. Kau tidak akan bisa mati tanpa izinku.” Sang sopir yang sedari tadi dibuat terkejut oleh tingkah atasannya itu lantas mendekat. Dengan hati-hati, ia pun berucap, “Sebaiknya dibawa ke rumah sakit, Sir.” Saka pun mengangguk dan bergegas mengikuti saran yang baru didengarnya itu.~~Karina mengernyit. Ia mencium bau obat-obatan yang menyengat. Tubuhnya tidak bisa bergerak. Namun, ia merasakan ada sesuatu yang menancap di tangannya. Perlahan, dibukanya mata dan memandang sekitar.Seketika ia sadar sedang berada di sebuah kamar rumah sakit. “Kenapa ak