Share

4. Zayn Si Kejam

Author: pramudining
last update Last Updated: 2024-10-31 16:15:49

Happy Reading

*****

Refara sempat melihat ekor mata Zayn meliriknya. Lalu, cepat-cepat perempuan itu menunduk supaya tidak ada seorang pun yang mengetahui jika dia mengenal sosok pria yang baru datang tersebut.

Zayn duduk di kursi kosong sebelah atasan Refara. Namun, suara Gandy, masnya Firhan terdengar menginterupsi. "Kamu tidak pantas duduk di sebelahnya. Tempat anak pelakor, selalu di urutan belakang. Pergi!" hardiknya disertai gerakan menyeret pergelangan Zayn.

"Tutup mulutmu, Mas. Aku memiliki hak yang sama dengan kalian di perusahaan ini." Indera penglihatan Zayn mulai memerah. Wajahnya begitu menakutkan, tetapi Gandy tidak gentar sama sekali.

"Hak yang sama bagaimana? Jelas-jelas keberadaanmu tidak dianggap di keluarga besar Rafiq," ejek lelaki yang memiliki postur tubuh lebih pendek dari Zayn.

"Sudahlah, Mas, hanya masalah tempat duduk tidak perlu diributkan," ucap Firhan, menenangkan Gandy.

"Hentikan perdebatan kalian. Sudah dewasa, masih saja bertengkar," sahut seorang lelaki yang rambutnya sudah berubah warna semua dari ambang pintu ruang meeting.

"Kakek, kenapa bisa ke sini?" Firhan segera berdiri dan menghampiri lelaki sepuh itu. Terlihat sekali jika atasannya Refara begitu menyayanginya.

"Jadi, lelaki tua ini adalah Pak Sailendra sang pendiri Warna Jaya?" tegas Refara pada dirinya sendiri.

"Jika Kakek tidak segera datang, maka kalian pasti akan berkelahi. Ingat umur, kalian bertiga itu sudah bukan remaja lagi. Emosi harus terkontrol supaya tidak menimbulkan masalah. Kalian itu adalah pimpinan cabang usaha keluarga. Tidak pantas berdebat apalagi mengumbar aib seperti tadi." Lelaki sepuh yang ternyata adalah pendiri Warna Jaya tersebut duduk setelah Firhan menyeret kursi di bagian ujung dekat dengannya.

"Maaf, Kek," ucap Zayn. Suaranya tegas dengan tatapan mata tajam seperti yang biasa dilihat Refara selama ini.

"Jadi, dia bagian keluarga Rafiq? Kenapa aku tidak bisa mendapatkan akses informasi tentangnya saat menyelidiki seluruh keluarga pak Firhan? Aneh? Apa tujuannya memberiku tugas itu?" tanya Refara dalam hati.

"Lupakan, jangan lagi diperpanjang masalah tadi. Duduklah di sebelah adikmu." Lelaki yang rambutnya berwarna putih itu meminta kaca mata pada sang asisten. Setelahnya, dia membuka berkas yang dibagikan tadi.

Refara, Ilham beserta asisten lainnya berdiri di belakang atasan masing-masing. Semua orang tengah membahas proyek kerja sama dengan pihak Lotus Company. Proyek yang bernilai milyaran itu harus ditangani oleh orang yang tepat karena Lotus merupakan garment terbesar di pulau tersebut yang merajai para pesaingnya. Konon, pihak Lotus memiliki butik di luar negeri untuk memasarkan seluruh produknya.

"Begini saja. Oleh karena banyak pimpinan cabang lain mencalonkan kalian bertiga sebagai penanggung jawab proyek ini. Maka, harus diambil suara terbanyak untuk menentukan," kata Sailendra.

"Namaku, sebaiknya tidak perlu dimasukkan dalam pemilihan suara, Kek. Sebentar lagi, aku akan disibukkan dengan pernikahan. Jadi, tidak akan fokus pada pekerjaan selama satu bulan ini," ucap Firhan menginterupsi pendapat kakeknya tadi.

"Jadi, dia sudah akan menikah. Sialan memang Zayn, apa tujuannya memintaku dekat dengan Firhan?" umpat Refara dalam hati.

"Baiklah, biarkan dua saudaramu yang ikut pemilihan ini." Sailendra menatap semua peserta meeting. "Jadi, siapa yang setuju jika Gandy yang menjadi penanggung jawab proyek ini? Silakan angkat tangan."

Mulai menghitung perolehan suara untuk Gandy. Sailendra kembali berkata dan meminta semua orang yang ada di sana mengangkat tangan untuk dukungan pada Zayn.

"Perolehan suara imbang. Jadi, saya tidak bisa memutuskan siapa yang akan menjadi penanggung jawab itu. Sementara, saya akan memegang kedali. Saya akan membicarakannya secara pribadi dengan Zayn dan Gandy."

Baru saja Sailendra menyelesaikan perkataannya, pintu ruang meeting dibuka oleh seseorang tanpa mengetuk pintu.

"Sayang," panggil Firhan. Lelaki itu segera berdiri dan menghampiri perempuan berambut lurus dengan pakaian sedikit terbuka. "Kenapa ke sini? Tidak menunggu di ruanganku saja."

"Jadi, ini wanita yang akan menjadi istrinya Firhan. Cantik dan seksi. Pantas jika Firhan tidak melirikku sama sekali. Tunggu dulu, bukankah dia terlihat mirip dengan foto yang diberikan Zayn kemarin?" gumam Refara dalam hati. Lalu,  dia melihat penampilan dirinya sendiri yang berbanding jauh dengan sang wanita.

Memasang muka manja dan menggoda, perempuan itu tak segan melingkarkan tangannya pada lengan Firhan. "Aku merindukanmu. Semalam, kamu mengatakan sakit perut dan tadi pagi pas aku telpon tidak diangkat. Aku khawatir, tahu," ucapnya manja.

"Jaga perlakuanmu, Irene. Apa kamu tidak malu mengatakan hal seperti itu di depan banyak orang," kata Sailendra keras, menghentikan perempuan yang akan memeluk cucunya.

"Biarlah, Kek. Toh, mereka akan segera menikah," bela Gandy. Lelaki itu masih duduk dengan tenang dan sombong.

"Kalian anak muda, sulit sekali untuk dinasehati." Sailendra menghentakkan kakinya. Pergi meninggalkan ruangan yang membuat dadanya begitu sesak.

"Kakek, tunggu. Ada yang perlu aku diskusikan," panggil Zayn. Berdiri dan mengejar Sailendra. Namun, lelaki itu masih sempat melirik Refara dengan tatapan memerintah walau orang yang diperintah tidak mengerti sama sekali maksudnya.

Sepeninggal Zayn serta anggota meeting lainnya. Refara kembali fokus pada Firhan.

"Sayang, kenapa kakekmu masih sengit sama aku, sih. Padahal jelas-jelas aku akan memberikan seorang pewaris di keluarga ini."

Firhan dengan cepat membekap mulut Irene. "Jangan ungkap kebenaran itu. Kita bisa celaka dan Kakek tidak akan pernah merestui hubungan kita ini."

Jika Ilham bersikap biasa saja dengan perkataan Irene tadi. Maka, berbanding terbalik dengan sikap Refara. Gadis itu semakin tidak mengerti dengan lingkungannya saat ini.

"Gila ... bener-bener gila si Zayn," ucap Refara dalam hati. Tanpa sadar, gadis itu menggelengkan kepalanya, heran dengan segala tindak tanduk Zayn dan tugas yang diberikan padanya.

"Kenapa kamu menggelengkan kepala?" bisik seorang lelaki tepat di telinga kiri Refara. "Apakah tidak pernah menemui kasus pasangan yang belum menikah, tapi hamil duluan."

"Mas," ucap Firhan tegas. Ternyata, lelaki yang bertanya pada Refara tadi adalah Gandy.

"Aku heran, kenapa kamu menerima cewek seperti ini untuk menjadi sekretaris?" Tatapan Gandy pada Refara jelas-jelas menunjukkan ejekan.

"Dia dinilai bersih oleh Firhan, Mas. Walau tampilannya sederhana, tapi isi kepalanya cukup mempesona. Terbukti, isi proposal yang dibuat olehnya tadi, langsung disetujui semua orang," jelas Ilham. Refara kembali dibuat melongo oleh kalimat yang dikeluarkan rekan kerjanya.

"Jangan katakan kalau kamu tertarik padanya, Ham. Bisa-bisa si ono menargetkannya." Suara tawa Gandy menggelegar.

Ilham menggaruk kepalanya yang tak gatal. Salah tingkah ketika kalimatnya bisa ditebak Gandy.

"Bener itu, Ham? Kamu tertarik sama Refara?" tanya Firhan.

"Ih, kenapa bahas dia, sih. Aku dicuekin," kata Irene manja. Gestur tubuhnya dibuat sedekat mungkin dengan lelaki berkulit kuning Langsat di sampingnya.

"Hmm. Gitu aja cemburu. Aku tidak akan pernah berpaling darimu, Sayang. Apalagi sudah ada si kecil ini di perutmu."

"Sekiranya tidak ada pekerjaan di sini, saya permisi. Masih banyak pekerjaan yang harus saya pelajari." Refara bersiap meninggalkan mereka semua.

Memberikan isyarat melalui mata, Firhan meminta Ilham untuk mengejar Refara. "Terobos saja jika kamu suka," ucapnya memberi semangat sang asisten.

"Re, tunggu," panggil Ilham.

Refara menghentikan langkahnya.

"Apa kamu marah?"

"Kenapa harus marah, Pak?"

"Terus? Kenapa kamu langsung pamit pergi?"

"Bukan ranah saya untuk mendengarkan obrolan dan gurauan atasan. Saya di sini digaji untuk bekerja bukan mendengar candaan."

Ilham memberanikan diri memegang pergelangan tangan Refara walau gadis itu menepisnya.

"Jadi, apakah aku masih memiliki kesempatan untuk dekat denganmu?" Ilham menatap serius gadis di depannya. Tangannya kembali berusaha memegang tangan Refara.

Melihat tak ada penolakan dari gadis di depan Ilham. Seseorang yang sejak tadi mengintip keduanya meninggalkan tempat tersebut.

"Dasar wanita. Mudah sekali luluh dengan ajakan tak jelas seperti itu," umpat seseorang tersebut.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terperangkap Hasrat CEO Kejam   37. Panas

    Happy Reading*****Pagi menyebalkan bagi Refara karena telepon dari Zayn yang membuatnya harus pergi ke vila sebelum bekerja. Entah apa yang membuat lelaki tersebut, tiba-tiba memintanya datang.Sepuluh menit perjalanan, Refara sudah sampai di vila yang ditinggali Zayn. Baru menekan bel di pintu gerbang, suara si lelaki sudah terdengar."Langsung masuk aja, Re," pinta Zayn. Suaranya terdengar lemah, tidak arogan seperti sebelum-sebelumnya.Refara melangkahkan kakinya masuk dan saat itulah sosok Zayn yang tengah tidur menelungkup terlihat. Punggung lelaki itu menggeluarkan banyak darah."Anda kenapa, Pak?" tanya Refara. Segera menghampiri Zayn di sofa panjang, tempat lelaki tersebut berbaring."Tidak usah banyak tanya. Ambil kotak obat. Mulailah obati luka-lukaku itu," perintah Zayn. Walau badannya tengah terluka seperti sekarang, tetapi sifat kejam dan suka memerintah masih sama seperti biasanya. Refara paling benci dengan sifat Zayn yang seperti ini. Marah, perempuan tersebut mengh

  • Terperangkap Hasrat CEO Kejam   36. Pernyataan Cinta

    Happy Reading***** "Kamu?" tanya Harri. Keningnya berkerut dalam, tatapannya tajam menghunus jantun lelaki yang ada adi belakang Refara."Mas kenal sama Pak Ilham?" tanya Refara. Lalu, perempuan itu mengajak sang asisten duduk di sebelah ranjang saudaranya."Kenal dekat tidak, Re. Kami pernah bertemu ketika sistem keamanan komputer Warna Jaya diretas seseorang," jelas Ilham, "Apa kabar Pak Harri? Lama tidak bertemu sejak saat itu." Tangan lelaki berkemeja abu-abu itu terulur."Seperti yang Anda lihat, Pak." Harri memberikan senyuman. "Kok, kalian bisa kenal?""Kebetulan, Pak Ilham ini asisten atasanku, Mas. Jadi, kami dipertemukan oleh pekerjaan.""Oh," sahut Harri. Lalu, tatapan lelaki itu mengarah pada jam tangan yang dikenakan Ilham. Seperti mengingat sesuatu, tatapan Harri lurus ke depan. Sampai-sampai pertanyaan sang asisten tidak diindahkannya."Mas." Refara menyentuh lengan saudaranya, menyadarkan."Ada apa, Re?" Menatap ke arah saudaranya, Harri ingat kejadian kecelakaan itu

  • Terperangkap Hasrat CEO Kejam   35. Ingatan Harri

    Happy Reading*****Refara jatuh terlentang di sofa. Dia semakin membenci lelaki di hadapannya kini. Apa yang dilakukan Zayn benar-benar kelewat batas. "Apa sebenarnya maumu, Pak?" tanya perempuan itu dengan tatapan penuh kebencian. Refara berusaha keras menghindari serangan lelaki mesum itu.Seakan tuli, Zayn memaksa mencium perempuan itu pada bibir. Kedua tangannya mencengkeram lengan Refara. "Mmm," gumam Refara tidak bisa menyuarakan kekesalannya. Zayn bahkan kini menyesap kuat bibir si perempuan karena tak kunjung diberi akses. "Mmm," ucap Refara sambil memukul-mukul dada lelaki di hadapannya itu. Tak sabar, Zayn menggigit bibir Refara. Perempuan itu mengaduh dan hal itu tak disia-siakan olehnya. Perang bibir pun terjadi tanpa keikhlasan hati sang sekretaris. Cukup lama mereka lelaki itu melakukannya hinga sebuah ketukan terdengar."Re, apa kamu di dalam? Ada berkas yang harus kamu kerjakan karena Firhan memintanya cepat," ucap seseorang yang tak lain adalah Ilham.Bukannya me

  • Terperangkap Hasrat CEO Kejam   34. Marah apa Cemburu?

    Happy Reading*****"Apa kamu lupa siapa aku?" Suara lelaki itu begitu dekat di telinga Refara. Embusan napasnya bahkan terasa hangat menyapa kulit wajah.Meremang, Refara tidak bisa memungkiri jika dia sangat mengenal suara lelaki tersebut. Siapa lagi yang berani menerobos batasan demi bisa melecehkannya. "Pak, jangan main-main. Kalau ada yang melihat dan melaporkannya pada Bu Elvira, Anda sendiri yang repot." Suara Refara bergetar hebat. Bukan karena takut, tetapi dia sedang berusaha menahan rangsangan yang diberikan Zayn pada bagian sensitif tubuhnya. Zayn mendengkus, tetapi tangannya masih bergerak aktif meremas gundukan Refara. Entahlah, mengapa lelaki itu selalu saja ingin melakukan hal-hal mesum pada perempuan yang dia tugaskan untuk menggoda saudaranya. Apalagi ketika Zayn melihat sendiri adegan romantis keduanya dengan mata kepala sendiri. "Kamu kira aku takut dengan ancamanmu? Sama seperti hubunganmu dengan Firhan, maka Elvira, hanyalah alat yang aku gunakan untuk mend

  • Terperangkap Hasrat CEO Kejam   33. Persaingan

    Happy Reading*****Ilham melebarkan kelopak matanya ketika melihat Firhan sudah berada di hadapannya. Cepat-cepat memutuskan sambungannya dengan seseorang yang ditelepon tadi. "Sejak kapan kamu masuk, Fir?" tanya Ilham gugup."Tidak penting sejak kapan aku masuk. Siapa lagi cewek yang mau kamu lenyapkan? Ingat, Ham. Kamu tidak bisa terus menerus memukul mundur semua perempuan yang mendekatimu. Refara sudah bersedia menerima cintaku, jadi mulailah membuka hati untuk perempuan-perempuan yang mendekatimu termasuk si dia."Tawa Ilham menguar, "Jadi, sekali lagi kamu menggunakan kekuasaanmu untuk menekan Refara supaya menerima perasaanmu? Jangan naif, Fir. Kita sudah sepakat bermain sehat untuk mendapatkan hatinya.""Ayolah, Ham. Cewek mana yang akan memilihmu jika posisimu seperti sekarang. Jelas Refara lebih memilihku karena jabatan dan harta yang aku miliki sekarang. Tanpa perlu aku menekannya seperti yang aku lakukan pada Irene." "Aku rasa Refara bukanlah cewek seperti itu," sanggah

  • Terperangkap Hasrat CEO Kejam   32. Cemburu apa Gimana?

    Happy Reading*****Beberapa menit Firhan melumat dan menyesap bibir ranum Refara hingga perempuan itu memberi kode supaya segera menghentikan aksinya dengan memukul pelan dadanya. "Pak, apa yang Anda lakukan?" tanya Refara dengan napas memburu. Walau tidak membalas ciuman sang atasan, tetapi perempuan itu sedikit kesulitan bernapas akibat ulah Firhan."Re, aku beneran tertarik padamu. Aku tidak bisa melihatmu fokus pada Mas Gandy. Sejak meeting berlangsung tadi, tatapanmu selalu tertuju padanya. Apa kamu memiliki perasaan pada Mas Gandy?"Refara menggoyangkan tangannya dengan cepat, kepalanya juga menggeleng demi meyakinkan sang atasan. "Bapak, jangan asal mengambil kesimpulan sendiri. Saya sama sekali tidak tertarik dengan Pak Gandy. Jika selama meeting saya terus saja mengamati beliau. Semua itu karena saya penasaran dengan jepit dasi yang beliau kenakan.""Kenapa dengan jepit dasi milik Mas Gandy?" Firhan memegang pergelangan sang sekretaris dan mengajaknya duduk di sofa. Perem

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status