Home / Romansa / Terperangkap Hasrat CEO Kejam / 3. Hari Pertama Kerja

Share

3. Hari Pertama Kerja

Author: pramudining
last update Last Updated: 2024-10-31 16:15:18

Happy Reading

*****

Refara menoleh pada lelaki kurang ajar yang telah melecehkannya. Sekuat tenaga mendorong tubuh Zayn. Namun, sayang tenaga sang wanita sangat jauh dibanding lawannya sehingga tubuh si lelaki tetap menempel.

"Jangan kurang ajar, Pak," bentak Refara. "Saya memang bukan perempuan baik-baik, tapi untuk menjadi simpanan lelaki seperti Anda mendingan saya menjadi pembantu rumah tangga." Melangkahkan kakinya dengan cepat sebelum Zayn kembali bertindak aneh.

Sepeninggal Refara, Zayn menghabiskan minumannya dengan sekali tegukan. "Menarik juga. Belum pernah ada yang menolakku seperti tadi," ucapnya lirih.

*****

Pukul setengah tujuh, Refara sudah siap berangkat kerja dengan mengendarai motornya. Sebulan ini, dia mulai terbiasa menggunakan kendaraan tersebut walau sebelumnya sempat minder ketika bertemu sapa oleh orang yang mengenalnya saat berpapasan.

Dia kini, bukanlah perempuan sosialita seperti ketika kedua orang tuanya masih hidup. Refara harus bertahan dengan segala kekurangan demi kesembuhan Harri.

Mulai menarik tuas gas yang berada di tangan untuk melajukan kendaraan. Ponsel Refara berbunyi, sebuah chat masuk dari nomor tak dikenal.

"Tolong siapkan sarapan untuk Pak Firhan. Kamu beli di restoran ini." Sang pengirim tak dikenal itu mengirimkan alamat restoran yang diinginkan.

"Siapa?" balas Refara memastikan.

"Ilham, asistennya Pak Firhan. Sebentar lagi, uang untuk pembelian akan ditransfer ke rekeningmu. Saya harap kamu tidak terlambat walau harus membelikan beliau sarapan. Pak Firhan tidak akan menoleransi karyawan yang telat apalagi orang baru sepertimu."

Tak lagi membalas pesan yang dikirim oleh Ilham, Refara segera melajukan kendaraannya menuju restoran yang dimaksud.

Kurang dari dua puluh menit kemudian, Refara sudah sampai di kantor. Segera ke lantai tiga di mana ruangan jajaran presidium berada. Sebelum mencapai pintu masuk ruangan Firhan, Ilham sudah berdiri menunggunya.

"Cepat sedikit, Re. Beliau sudah hampir sampai kantor," kata Ilham.

Melirik arloji di pergelangan tangannya, kening Refara berkerut. Masih lima belas menit lagi sebelum jam kantor di mulai.

"Pantry di bawah, ya, Pak?"

"Tidak perlu ke bawah, di sana saja. Ada beberapa peralatan yang bisa kamu gunakan," tunjuk Ilham pada ruangan tak jauh dari toilet.

Kembali, Refara bergerak cepat tanpa bertanya apa pun lagi. Segera mengeluarkan makanan yang dia beli di restoran tadi dan menggantinya di mangkok serta piring. Walau telah menyelidiki latar belakang Firhan, tetapi dia tetap saja was-was. Takut jika lelaki itu kecewa dengan pilihan makanan untuk sarapannya.

Menit berikutnya, Refara sudah berada di dekat Ilham berdiri. "Langsung saya taruh di meja beliau apa gimana, Pak?" tanyanya pada Ilham.

"Taruh saja di meja dekat sofa."

"Baik." Cekatan, Refara meletakkan semua makanan setelah Ilham membantunya membuka pintu.

"Setelah ini, kamu siapkan materi untuk meeting Pak Firhan. Berkasnya sudah saya taruh di meja kerjamu. Tepat di sebelah meja kerja saya," terang Ilham.

Sekali lagi, Refara mengangguk tanpa berkata apa pun. Banyak hal sudah dia pelajari tentang dua orang yang kini menjadi atasannya itu.

Beberapa menit kemudian, Firhan terlihat berjalan ke ruangannya. Refara berdiri, membungkukkan badannya sedikit untuk menghormati sang atasan.

Sama sekali tak melirik sekretaris barunya, Firhan berjalan lurus memasuki ruangan.

"Huft. Susah juga menaklukkannya. Aku pikir, dia seperti CEO muda lainnya. Player, ternyata dia cukup dingin. Padahal dari informasi yang aku dapatkan, dia sering datang ke klub-klub malam," gumam Refara.

Kembali duduk sambil memeriksa berkas yang diberikan Ilham. Perempuan itu mendapat chat dari Zayn.

"Sudah dua hari dari waktu yang aku berikan, waktumu cuma tiga hari. Jika gagal, maka nyawa saudaramu dalam bahaya," tulis lelaki dingin itu.

Mendengkus, Refara membalas pesan Zayn. "Nggak usah khawatir. Saya pasti melaksanakan semua tugas yang diberikan dengan baik asal bayarannya sesuai."

"Matre," balas Zayn.

Refara tersenyum membaca balasan pesan lelaki kejam itu tanpa menyadari jika Firhan dan Ilham sudah ada di hadapannya.

"Sebaiknya, kamu simpan HP saat bekerja. Saya tidak suka jika ada karyawan tidak fokus dengan tugasnya," ucap Firhan dingin.

"Mana berkas yang saya berikan tadi, Re," pinta Ilham.

Refara memasang muka bersalah, menyerahkan berkas yang sudah dia periksa dan revisi. "Mohon koreksinya, takut ada yang salah."

"Jika masih harus dikoreksi, untuk apa saya menyuruhmu membaca ulang. Bodoh!"

Seketika, Refara menelan ludah dengan susah payah. Tak menyangka jika targetnya adalah sosok bermulut pedas.

"Biar saya yang mengoreksi ulang," sahut Ilham, "kita sudah sangat terlambat jika terus berdebat."

Firhan menatap sengit asisten pribadinya. "Biarkan dia ikut meeting kali ini," ucapnya mengajak Refara.

"Tapi, Pak."

"Lebih baik dia banyak belajar daripada terus melakukan kesalahan." Berjalan lebih dulu meninggalkan Ilham.

"Kamu dengar itu, Re? Cepat ikut kami."

Tanpa berpikir panjang lagi, Refara merapikan meja dan mengikuti langkah kedua atasannya tersebut. 

Masuk ruang meeting yang berada di lantai empat, Refara melihat beberapa orang sudah duduk dengan asisten masing-masing. Memberikan kode padanya untuk segera membagikan berkas tadi, perempuan itu mengangguk.

"Tumben telat, Fir," ucap salah seorang dari mereka. Wajahnya mirip Firhan, tetapi sedikit lebih chubby. Refara mengenalinya sebagai salah satu keluarga Firhan.

"Perutku sedikit mual, Mas. Jadi, sarapan dulu."

"Siapa yang kamu bawa itu?"

"Sekretaris baru, menggantikan Bu Komang," jawab Firhan setelah dia duduk di sebelah lelaki yang menyapa Firhan tadi.

"Sepertinya, meeting kali ini sudah bisa dimulai. Semua pimpinan cabang sudah hadir," ucap salah seorang pria berumur sekitar lima puluh tahunan.

"Rasanya belum semua pimpinan cabang hadir dan beliau merupakan orang terpenting dalam proyek kita kali ini. Jadi, sebaiknya kita menunggu kedatangannya," sahut lainnya.

Refara cuma bisa menatap mereka semua dengan pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi kepala tanpa bisa bertanya siapa mereka sebenarnya.

"Dasar anak pelakor. Tidak pernah bisa menghargai waktu."

Di saat perkataan lelaki yang diketahui Refara adalah saudara kandung Firhan tersebut mengatupkan bibirnya. Pintu ruangan dibuka oleh seseorang.

"Jaga mulutmu. Beraninya cuma di belakang saat orangnya tidak ada," ucap lelaki dengan sorot mata tajam penuh wibawa.

Refara membulatkan mata. "Kenapa dia di sini? Apakah dia bagian dari Warna Jaya Grup?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terperangkap Hasrat CEO Kejam   37. Panas

    Happy Reading*****Pagi menyebalkan bagi Refara karena telepon dari Zayn yang membuatnya harus pergi ke vila sebelum bekerja. Entah apa yang membuat lelaki tersebut, tiba-tiba memintanya datang.Sepuluh menit perjalanan, Refara sudah sampai di vila yang ditinggali Zayn. Baru menekan bel di pintu gerbang, suara si lelaki sudah terdengar."Langsung masuk aja, Re," pinta Zayn. Suaranya terdengar lemah, tidak arogan seperti sebelum-sebelumnya.Refara melangkahkan kakinya masuk dan saat itulah sosok Zayn yang tengah tidur menelungkup terlihat. Punggung lelaki itu menggeluarkan banyak darah."Anda kenapa, Pak?" tanya Refara. Segera menghampiri Zayn di sofa panjang, tempat lelaki tersebut berbaring."Tidak usah banyak tanya. Ambil kotak obat. Mulailah obati luka-lukaku itu," perintah Zayn. Walau badannya tengah terluka seperti sekarang, tetapi sifat kejam dan suka memerintah masih sama seperti biasanya. Refara paling benci dengan sifat Zayn yang seperti ini. Marah, perempuan tersebut mengh

  • Terperangkap Hasrat CEO Kejam   36. Pernyataan Cinta

    Happy Reading***** "Kamu?" tanya Harri. Keningnya berkerut dalam, tatapannya tajam menghunus jantun lelaki yang ada adi belakang Refara."Mas kenal sama Pak Ilham?" tanya Refara. Lalu, perempuan itu mengajak sang asisten duduk di sebelah ranjang saudaranya."Kenal dekat tidak, Re. Kami pernah bertemu ketika sistem keamanan komputer Warna Jaya diretas seseorang," jelas Ilham, "Apa kabar Pak Harri? Lama tidak bertemu sejak saat itu." Tangan lelaki berkemeja abu-abu itu terulur."Seperti yang Anda lihat, Pak." Harri memberikan senyuman. "Kok, kalian bisa kenal?""Kebetulan, Pak Ilham ini asisten atasanku, Mas. Jadi, kami dipertemukan oleh pekerjaan.""Oh," sahut Harri. Lalu, tatapan lelaki itu mengarah pada jam tangan yang dikenakan Ilham. Seperti mengingat sesuatu, tatapan Harri lurus ke depan. Sampai-sampai pertanyaan sang asisten tidak diindahkannya."Mas." Refara menyentuh lengan saudaranya, menyadarkan."Ada apa, Re?" Menatap ke arah saudaranya, Harri ingat kejadian kecelakaan itu

  • Terperangkap Hasrat CEO Kejam   35. Ingatan Harri

    Happy Reading*****Refara jatuh terlentang di sofa. Dia semakin membenci lelaki di hadapannya kini. Apa yang dilakukan Zayn benar-benar kelewat batas. "Apa sebenarnya maumu, Pak?" tanya perempuan itu dengan tatapan penuh kebencian. Refara berusaha keras menghindari serangan lelaki mesum itu.Seakan tuli, Zayn memaksa mencium perempuan itu pada bibir. Kedua tangannya mencengkeram lengan Refara. "Mmm," gumam Refara tidak bisa menyuarakan kekesalannya. Zayn bahkan kini menyesap kuat bibir si perempuan karena tak kunjung diberi akses. "Mmm," ucap Refara sambil memukul-mukul dada lelaki di hadapannya itu. Tak sabar, Zayn menggigit bibir Refara. Perempuan itu mengaduh dan hal itu tak disia-siakan olehnya. Perang bibir pun terjadi tanpa keikhlasan hati sang sekretaris. Cukup lama mereka lelaki itu melakukannya hinga sebuah ketukan terdengar."Re, apa kamu di dalam? Ada berkas yang harus kamu kerjakan karena Firhan memintanya cepat," ucap seseorang yang tak lain adalah Ilham.Bukannya me

  • Terperangkap Hasrat CEO Kejam   34. Marah apa Cemburu?

    Happy Reading*****"Apa kamu lupa siapa aku?" Suara lelaki itu begitu dekat di telinga Refara. Embusan napasnya bahkan terasa hangat menyapa kulit wajah.Meremang, Refara tidak bisa memungkiri jika dia sangat mengenal suara lelaki tersebut. Siapa lagi yang berani menerobos batasan demi bisa melecehkannya. "Pak, jangan main-main. Kalau ada yang melihat dan melaporkannya pada Bu Elvira, Anda sendiri yang repot." Suara Refara bergetar hebat. Bukan karena takut, tetapi dia sedang berusaha menahan rangsangan yang diberikan Zayn pada bagian sensitif tubuhnya. Zayn mendengkus, tetapi tangannya masih bergerak aktif meremas gundukan Refara. Entahlah, mengapa lelaki itu selalu saja ingin melakukan hal-hal mesum pada perempuan yang dia tugaskan untuk menggoda saudaranya. Apalagi ketika Zayn melihat sendiri adegan romantis keduanya dengan mata kepala sendiri. "Kamu kira aku takut dengan ancamanmu? Sama seperti hubunganmu dengan Firhan, maka Elvira, hanyalah alat yang aku gunakan untuk mend

  • Terperangkap Hasrat CEO Kejam   33. Persaingan

    Happy Reading*****Ilham melebarkan kelopak matanya ketika melihat Firhan sudah berada di hadapannya. Cepat-cepat memutuskan sambungannya dengan seseorang yang ditelepon tadi. "Sejak kapan kamu masuk, Fir?" tanya Ilham gugup."Tidak penting sejak kapan aku masuk. Siapa lagi cewek yang mau kamu lenyapkan? Ingat, Ham. Kamu tidak bisa terus menerus memukul mundur semua perempuan yang mendekatimu. Refara sudah bersedia menerima cintaku, jadi mulailah membuka hati untuk perempuan-perempuan yang mendekatimu termasuk si dia."Tawa Ilham menguar, "Jadi, sekali lagi kamu menggunakan kekuasaanmu untuk menekan Refara supaya menerima perasaanmu? Jangan naif, Fir. Kita sudah sepakat bermain sehat untuk mendapatkan hatinya.""Ayolah, Ham. Cewek mana yang akan memilihmu jika posisimu seperti sekarang. Jelas Refara lebih memilihku karena jabatan dan harta yang aku miliki sekarang. Tanpa perlu aku menekannya seperti yang aku lakukan pada Irene." "Aku rasa Refara bukanlah cewek seperti itu," sanggah

  • Terperangkap Hasrat CEO Kejam   32. Cemburu apa Gimana?

    Happy Reading*****Beberapa menit Firhan melumat dan menyesap bibir ranum Refara hingga perempuan itu memberi kode supaya segera menghentikan aksinya dengan memukul pelan dadanya. "Pak, apa yang Anda lakukan?" tanya Refara dengan napas memburu. Walau tidak membalas ciuman sang atasan, tetapi perempuan itu sedikit kesulitan bernapas akibat ulah Firhan."Re, aku beneran tertarik padamu. Aku tidak bisa melihatmu fokus pada Mas Gandy. Sejak meeting berlangsung tadi, tatapanmu selalu tertuju padanya. Apa kamu memiliki perasaan pada Mas Gandy?"Refara menggoyangkan tangannya dengan cepat, kepalanya juga menggeleng demi meyakinkan sang atasan. "Bapak, jangan asal mengambil kesimpulan sendiri. Saya sama sekali tidak tertarik dengan Pak Gandy. Jika selama meeting saya terus saja mengamati beliau. Semua itu karena saya penasaran dengan jepit dasi yang beliau kenakan.""Kenapa dengan jepit dasi milik Mas Gandy?" Firhan memegang pergelangan sang sekretaris dan mengajaknya duduk di sofa. Perem

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status