"Olla! Mana si babu ini. Kenapa dia tidak pernah sigap jika aku memanggilnya. Olla! Kemana kamu!" pekik seorang wanita muda memanggil wanita yang bernama Olla Yukito.
Olla yang berada di belakang rumah terkejut mendengar suara teriakan kencang dari dalam rumah. Sampai di dalam rumah satu lemparan mengenai pelipisnya. “Iya, Ma, ada apa?” tanya Olla dengan suara tercekat sambil menahan sakit. “Dari mana kamu, apa kamu tahu jam berapa ini?” tanya Nyonya Megumi dengan nada datar. "Ada apa ini, Megumi. Kenapa pagi-pagi kamu sudah marah-marah. Ingat, darah tinggimu itu akan naik jika marah. Kamu pergi sana,” usir Tuan Abraham Alexander mertua Olla. Olla menganggukkan kepalanya, mengiyakan apa yang dikatakan mertuanya. Olla yang baru bekerja harus menerima kenyataan yang pahit, dipaksa menikah dengan pria yang sudah merebut kesuciannya. Pihak keluarga sang pria, khususnya kedua orang tua si pria melakukan penolakan keras terhadap pernikahan anaknya dan Olla walaupun sang anak bersalah sekalipun, orang tua pria itu kekeh tidak menerima Olla sebagai menantunya karena status Olla yang hanya sebagai pembantu dan miskin. Akan tetapi, tetua dari si pria itu tidak peduli dengan penolakan yang terjadi dia tetap setuju menikahkan keduanya, karena tetua itu tidak ingin keluarga mereka menjadi bahan gunjingan orang. Keputusan menikahi dibuat oleh si tetua sebagai hukuman agar pria itu mempunyai tanggung jawab dan tidak sewena-wena dengan perbuatannya. Dan, dia percaya kalau wanita itu bisa mengubah si pria menjadi lebih baik ke depannya. Dan, kini Olla harus menjalani kehidupan rumah tangga tanpa cinta dari pria itu. Dan hidupnya, seperti burung dalam sangkar emas. Dia selalu mendapatkan perlakuan yang tidak baik oleh mertuanya terlebih lagi suaminya. "Sayang, kamu baik-baik saja, nak?" tanya pelayan sepuh itu mendekati Olla yang sedang membasuh lukanya. Basuhan air ke wajahnya menutupi air matanya yang semakin deras. Bukan sakit karena luka, tapi sakit di hatinya lah yang membuat dirinya meneteskan air mata. Olla yang melamun terkejut mendengar suara dari belakang dan suara itu berasal dari pelayan sepuh. dirinya segera berbalik dan tersenyum kecil ke arah si pelayan. "Bibi Ann. Kenapa kesini? Aku baik, Bibi Ann, jangan risau, ya," jawab Olla mencoba untuk tenang dan tidak menangis di depan Bibi Ann. Olla meminta Bibi Ann untuk tidak menangis, akan tetapi dirinya lah yang menangis. Bulir air yang turun dari wajahnya bercampur dengan air matanya yang juga ikut turun. Olla tidak bisa menahan air matanya yang sudah sedari tadi dia tahan di pelupuk matanya. Apalagi, saat dia melihat wajah sendu Bibi Ann. Wanita yang baik padanya, wanita yang sudah membawanya ke rumah ini tujuannya satu untuk bekerja, akan tetapi semuanya hancur dan wanita ini juga sudah dianggap Ibu kandungnya sendiri. "Sini, Sayang, Bibi obati lukamu itu. Setelah itu, ganti pakai kamu dan tunggulah suami dan layani dia, ya. Sebagai, istri yang baik, kamu harus melayani dia, ya. Apa pun yang terjadi. Kamu juga menikah baru jadi harus banyak melayani dia agar kalian makin dekat satu sama lain," ucap Bibi Anne dengan lembut sembari mendekati Olla dan menarik pelan tangan wanita cantik itu. Bibi Ann bisa melihat jelas wajah Olla yang lelah dan penuh tekanan. Bibi Ann, sedih melihat Olla tapi dia berusaha tersenyum agar Olla tidak sedih. "Iya, Bibi. Olla akan layani suami dengan baik. Terima kasih atas semuanya," ucap Olla dengan senyuman tulusnya. Bibi Anne segera mengobati Olla dengan penuh kasih sayang. Setelah selesai, Olla segera pergi meninggalkan Bibi Anne. Bibi Anne sedih dengan nasib Olla. Dia menyesal sudah membawa Olla ke sini. "Olla, semoga akan ada kebahagiaan yang mengiringi langkah kakimu. Bibi yakin suatu saat nanti Tuan Rafly akan menyayangimu. Tuan Rafly pria baik, dia memang terlihat diam dan arogan juga keras, tapi dia pria yang baik, hatinya juga lembut. Tuhan selalu memberkati kamu dan suamimu, Tuan Rafly," ucapan tulus dari Bibi Anne kepada Olla dan suaminya Rafly Julio Alexander. Rafly yang sudah berpakaian rapi, bergegas turun ke bawah untuk sarapan. Saat, hendak keluar dia tidak melihat istrinya sama sekali. Apakah dia mencarinya? Jawabnya, tidak. Saat, Rafly membuka pintu dan saat bersamaan juga dirinya dan Olla berhadapan satu sama lain. Rafly mengabaikan Olla yang menatapnya, dia melewati Olla yang berdiri di depan pintu. Olla yang melihat Rafly sudah siap sedih karena pakaian yang digunakan oleh Rafly bukan pakaian yang dia siapkan. "Anda sudah mau turun, Tuan?" tanya Olla yang masih memanggilnya dengan sebutan itu. Rafly tidak menjawabnya, dia melangkahkan kakinya terus keluar. Tapi, sekilas dia melirik pelipis Olla yang diplester dan pakaian Olla yang terlihat kucel. Akhirnya, Rafly berhenti sejenak sebelum dia turun tangga. “Bukan urusanmu, Olla,” ucap Rafly dingin tanpa menatap wajah istrinya. Baru berapa langkah, Rafly tiba-tiba berhenti kembali dan berbalik menatap istrinya itu dengan tajam. “Dan, tidak perlu repot-repot menyiapkan pakaianku.” Olla tidak berani memandang Rafly, dia terus menundukkan kepala, dia takut memandang Rafly. Alasan dia melakukan itu, dikarenakan permintaan dari Rafly sendiri. Mendengar perintah Rafly, nyeri di dada Olla seketika menjalar cepat. Mungkin ia bisa menahan cacian dari mertuanya sendiri. Tapi, dari suaminya? Tidak. Olla mengambil pakaian Rafly dan menyimpannya di suatu tempat. Dia pun bergegas untuk membersihkan diri dan mengganti pakaian. Olla segera melangkahkan kaki keluar kamar. Akan tetapi, saat dia membuka setengah pintu kamar, Olla mendengar suara yang tidak asing. Hingga membuat Olla menutup mulutnya. Tubuh Olla bergetar, dia mengerjapkan matanya saat orang itu berbicara. Olla dapat mendengar jelas pembicaraan orang itu dan karena takut ketahuan, Olla tidak berani untuk lebih dekat. Saat ini, Olla bersembunyi di belakang pintu agar tidak ada yang mengetahui jika dia menguping. "Ap-apa, aku tidak salah dengar? Benarkah itu?" tanya Olla dengan suara pelan. Tangan Olla gemetar saat dirinya memegang handle pintu. Dia takut jika orang yang berbicara itu mengetahui dirinya ada di balik pintu. Dan mengetahui apa yang orang itu bicarakan. Cukup lama Olla berada di balik pintu dan akhirnya, suara seseorang yang dia dengar akhirnya menghilang begitu saja. Olla merosot ke bawah, jantungnya berdebar, Olla mengusap bulir keringat yang turun. Olla ketakutan dan tidak mengerti, kenapa orang tersebut mengatakan hal itu. Olla penasaran siapa yang mereka maksudkan itu. Olla ingin bergerak, tapi kakinya kaku dan dia juga takut jika dia bergerak sedikit saja maka dia akan ketahuan menguping di sini.Olla menutup mulutnya, dia tidak menyangka kalau Rafly memberikan dirinya cincin yang sangat indah. Cincin bertatahkan batu zamrud yang berkilau dan ditaburi berlian dan swarovski. "Ini untukmu. Aku persembahkan kepadamu, sebagai tanda bahwa aku sangat mencintaimu seumur hidupku sampai maut memisahkan kita berdua," ucap Rafly dengan suara bergetar dan tatapan mata yang berkaca-kaca. Rafly mempersiapkan hadiah kepada Olla sebagai bentuk cintanya. Sebenarnya, cintanya ke Olla sangat besar dan dia tidak akan pernah bisa digantikan apapun. Tapi, cincin ini sebagai simbol sahaja untuk Olla agar mengingat dirinya yang tulus mencintai dirinya. "Kamu romantis sekali, Sayang. Aku tidak bisa berkata-kata lagi. Aku benar-benar terharu. Aku mencintaimu juga, Sayang," balas Olla ke Rafly. Rafly tersenyum mendengar apa yang Olla katakan. Rafly segera memasangkan cincin ke Olla dan tidak lupa Rafly mengecup tangan Olla setelah memasangkan cincin tersebut. Olla menarik Rafly berdiri dan memelukn
Adrian tersadar dan dia diselamatkan. Adrian dilarikan ke rumah sakit tanpa sepengetahuan dari Rafly. Itu pemikiran Adrian tapi nyatanya, anak buah Rafly lah yang menyelamatkan Adrian atas perintah Rafli. Adrian dibawa ke rumah sakit dan diobati kenapa Rafly melakukan itu, karena Rafly melihat kalau Adrian menyelamatkan istrinya dengan tulus untuk itu dia diberikan kesempatan untuk menyelamatkan Adrian. Terlepas nantinya Adrian seperti apa dia tidak peduli. Dan sekarang semuanya sudah berakhir, nuklir sudah dibawa pergi oleh Rafly dan sahabatnya. Rafly segera kembali ke rumah sakit untuk melihat keadaan Olla, sedangkan markas tersebut dihancurkan olehnya. "Ini sudah selesai, kita menang," ucap Keano saat melihat markas musuhnya dan markas musuh sahabatnya musnah. Tidak ada satu pun yang tersisa di markas musuh-musuh Rafly, semuanya terkubur di markas tersebut. Rafly saat ini berada di ruangan melihat kondisi Olla yang masih lemah. Ditemani oleh Nyonya Megumi. "Rafly, Mommy bersy
Simon berhadapan dengan Rafly dan setelah sekian bulan purnama akhirnya, keduanya saling berhadapan. "Akhirnya, kita bertemu, teman lama. Apa kamu sudah siapkan peti mati? Kalau sudah baguslah, aku sangat suka dan aku akan mempercepat kematianmu kalau begitu. Bagaimana, apakah kamu siap?" tanya Simon yang menantang Rafly. Rafly yang mendengar perkataan dari Simon tertawa. Dia tidak menyangka kalau musuhnya ini mengatakan itu. Sudah dipastikan kalau dia akan menghabisi musuhnya ini yang sudah menculik istri dan anaknya yang masih bayi terlebih lagi istrinya terluka karena musuhnya ini. "Aku sudah siapkan tapi untukmu, apakah kamu mau melihatnya? Jika mau, boleh, aku akan berikan. Tapi tunggu dulu, aku tidak akan memberikan peti mati itu untukmu. Kamu harus membayarnya terlebih dahulu, sekarang tunjukkan dimana nuklir itu kamu simpan. Tapi, sepertinya tidak perlu lah, biar aku yang mencarinya, coba lihat wajahnya ketakutan, sepertinya dia takut denganmu, Edgar. Apa kamu mau menghabis
"Rafly dengar dulu, bukan itu maksudnya. Dia berbohong. Aku tidak melukai pembantu itu eh maksudnya Olla. Bukan aku, Adrian yang melakukannya, sumpah Demi Tuhan. Bukan aku," jawab Niken yang mengatakan bukan dia yang melakukannya tapi Adrian. Niken menuduh Adrian pelakunya, tapi Rafly tidak peduli dia tahu kalau Adrian tidak berbohong dan dia juga tahu kalau yang dilakukan oleh Adrian untuk selamatkan dia tapi yang dia tidak sukai adalah Adrian menculik istri dan anaknya hingga istrinya seperti itu makanya dia menghukum Adrian sebagai balasan atas apa yang Adrian telah lakukan. "Benarkah? Dia pelakunya. Jadi, buat apa kamu di sini? Apa hubungan kamu dengan Simon dan Marcel. Apa kamu minta dia untuk menculik anak dan istriku, Niken?" tanya Rafly ke Niken dengan sorot mata tajam. Niken mundur ke belakang dia tidak mau berdekatan dengan Rafly dia takut sangat takut dan dia ingin menjauh dan melarikan diri tapi, sepertinya dia tidak bisa dan pada akhirnya, dia terkepung. Tepat di belak
Rafly akhirnya tiba di markas asli milik Simon dan Marcel. Dia tidak sedikitpun melepaskan anak buah dari Simon dan Marcel juga kedua orang yang sudah menculik Olla. Rafly ingin mendapatkan Olla kembali karena dia yakin saat ini Olla pasti ketakutan dan menunggu kedatangan dia. "Tunggulah, Sayang. Aku akan menjemputmu," gumam Rafly yang segera memakai topeng dan menghabisi seluruh anak buah dari Simon dan Marcel yang terus menembakinya. Rafly sama sekali tidak takut dengan serangan dari anak buah Simon dan Marcel, dia tetap menyerang dengan sangat barbar. Teman-teman Rafly melindungi Rafly untuk segera masuk ke dalam ruangan agar Rafly bisa menyelamatkan istrinya dan anaknya. "Aku akan melindungimu, Rafly. Kamu tetaplah tenang dan jangan takut, masuk saja aku ada di belakangmu," ucap Edgar yang mengatakan kepada Rafly untuk segera masuk dan mencari keberadaan Olla dan bayi kembar yang entah dimana keberadaannya.Rafly yang mendengar perkataan dari Edgar menganggukkan kepala, Rafly
Olla masih tidak beranjak dari tempat tidurnya, Olla masih menenangkan bayi kembarnya yang masih menangis. Dengan tenang dan tidak senandung kecil dari Olla, perlahan tangisan bayi tersebut mulai reda dan mereka kembali tertidur. Olla merasakan kepalanya sangat pusing dan pada akhirnya Olla yang tidak tahan menahan semua rasa sakitnya pingsan. Olla manusia biasa, dia bisa tidak tahan rasa sakit di bagian perutnya yang teramat sakit. Meihat Olla pingsan, Adrian semakin panik, dia mencoba untuk memeriksa Olla namun hanya periksa diluar tidak sampai menyeluruh. Badan Olla terasa panas dan itu sangat tinggi."Kapan dokter itu datang, apa masih lama?" tanya Adrian yang panik. "Sabarlah, mereka akan sampai. Kamu dokter harusnya tahu apa yang akan kamu lakukan," jawab Marcel yang meninggalkan Olla dan Adrian. Adrian mendengar perkataan Marcel kesal, dia marah karena Marcel cuek dengan Olla. Marcel seperti tidak peduli dengan Olla begitu juga Simon. Keduanya keluar meninggalkan Olla yang
Olla dipukul dan di tampar oleh Niken dengan cukup kuat hingga Olla harus terbangun dan dia masih dihajar oleh Niken tanpa belas kasihan padanya. Olla yang baru saja melahirkan merasakan sakit di perutnya. Sembari memegang perut dltujuannya untuk melindungi perutnya yang ditendang tanpa belas kasihan.Adrian segera mendekati Niken dan menarik Niken. Adrian tidak melihat Niken itu wanita atau tidak. Adrian membalas apa yang telah Niken lakukan ke Olla. Tindakan Adrian diperhatikan oleh Marcel dan Simon. Keduanya hanya memandang ke arah ketiganya tanpa ada niat untuk melerai. Olla menangis merasakan sakit di tubuhnya, terlebih lagi dirinya tidak bisa bergerak. Sesuatu yang dia rasakan keluar dari dalam tubuhnya mengalir ke paha dan kakinya. Olla menggelengkan kepala melihatnya. "Gila kamu, Niken. Kenapa kamu memukulnya, apa salah dia, berani-beraninya kamu melakukan itu kepadanya, tidak bisakah kamu sedikit saja berbelas kasihan dengannya!" teriak Adrian yang mencoba untuk membantu O
Olla hanya bisa meneteskan air matanya, dia tidak tahu harus berapa lama lagi dia di sini. Si kembar sudah tidak menangis, mereka kembali tertidur. Adrian kembali masuk ke ruangan di mana ada Niken dan Simon serta Marcel. Simon sudah mendapatkan aduan dari anak buahnya dan dia kesal dengan Adrian. "Masih bisa kamu datang ke sini setelah apa yang kamu lakukan dengan tahananku," protes Simon. Suara Simon terdengar dingin saat dia menatap Adrian. Simon kesal karena Adrian membuat ketidaknyamanan tawanannya. "Aku salah jika melihat dia?" tanya Adrian. Niken memandang ke arah Adrian dan Simon bergantian. Dia heran kenapa Simon marah dengan Adrian. "Apa yang sudah kamu lakukan? Apa kamu membuat masalah, tawanan apa yang dikatakan oleh Simon? Kamu membawa tawanan ke sini?" tanya Niken. Niken tidak tahu jika Olla ada di sini. Karena dia berpikir Olla dibawa ke tempat lain, nyatanya tidak. "Olla di sini," sahut Adrian. Niken membolakan matanya, tidak menyangka kalau Olla bisa di sini.
"Apa kabar Olla. Maaf kalau kamu harus dibawa ke sini. Aku ...." Adrian sejenak menghentikan ucapannya dan dia melangkahkan kakinya. Namun, tangan Olla mengangkat ke arah Adrian. Tatapan mata Olla tajam, dia tidak menyangka kalau Adrian dalang dari semua ini. Adrian terkejut melihat reaksi dari Olla yang menolak dirinya mendekatinya. "Olla, ka-kamu kenapa?" tanya Adrian yang bingung kenapa sikap Olla seperti itu. Biasanya, Olla tidak seperti itu dan dia sangat bersahabat tapi kini tidak. Adrian masih berdiri di depan pintu dia tidak berani mendekati Olla. Adrian melihat si kembar yang tertidur. Baru kali ini dia melihat si kembar. Mereka tampan dan lucu. "Anakmu lucu, akhirnya aku bisa melihat mereka. Waktu di dalam kandungan aku ingin melihat mereka bertiga, akhirnya aku bisa melihatnya. Bisa aku menyentuhnya?" tanya Adrian. Olla masih belum menjawab dia masih menatap ke arah Adrian. Kebencian memuncak di hatinya. Adrian yang dia anggap teman bisa-bisanya menculiknya dan si ke