Share

Bab 3 Menjebaknya

Dentuman suara musik di sebuah klub malam begitu memekakkan telinga bagi siapa saja yang mendengar, namun pengecualian bagi para pengunjung yang sedang berada di lantai dansa. Mereka menari dengan senangnya, menikmati tiap hentakan yang dimainkan oleh Disc Jockey.

Alana duduk sambil memainkan gelas sloki di tangannya, memutar minuman beralkohol yang ada di dalam gelas tersebut. Ini adalah pertama kalinya selama 21 tahun hidup, Alana masuk ke dalam sebuah klub malam, lebih tepatnya club malam yang seolah didesain khusus bagi para pembisnis. Cahaya sorot lampu yang berkilauan menggambarkan suasana yang energetik di sekitarnya.

Bartender yang cukup tampan menatap gadis berwajah cantik dengan rambut hitam panjang yang tergerai indah.

"Anda ingin minuman lain, nona?" tanya sang bartender dengan sedikit menggoda. Dia jelas tau siapa gadis didepannya saat ini. Alana Claira Dirgantara, gadis yang menghebohkan media beberapa jam lalu.

“Minuman untuk mengalihkan pikiran mungkin” tawarnya

Alana menatap sang Bartender. Wajah pria itu cukup rupawan. Alana bisa menebak jika sang bartender tampak seperti berdarah campuran. Bahasa Indonesianya fasih, namun wajah pria itu terkesan seperti orang luar. Rambut blonde dan kulit putihnya mencerminkan itu.

“Tidak terima kasih. Aku sudah punya” Tolak Alana sambil mengangkat sedikit gelas miliknya

“Aku Malvin” Ucapnya mengenalkan diri “Ingin mencoba sesuatu yang berbeda?" Tanya Malvin. Sorot mata Alana bertemu dengan sorot mata sang bartender. Saat itu, percakapan mereka pun mulai mengalir.

“Ini pertama kalinya Anda datang ke sini?" tanya sang bartender sambil menatap Alana dengan rasa ingin tahu.

Alana mengangguk "Ya, benar aku mencoba menghilangkan stress dan kurasa kau juga sudah tau penyebab stresku itu." Ucap Alana

Malvin tertawa dan me-lap sebuah gelas kaca, kemudian meletakkannya di depan Alana. Dengan keahlian yang terlihat sudah biasa, Malvin mengisi gelas itu dengan es batu berbentuk kristal bulat dan menuangkan cairan berwarna kuning emas yang berkilauan di dalamnya.

“Coba ini, ku pastikan rasa stresmu akan hilang” ujar Malvin dengan senyuman misterius.

“Sampanye… Dengan kadar alcohol cukup tinggi, kau pikir aku bodoh?” Alana merespon dengan sedikit skeptis membuat Malvin tertawa.

Tiba-tiba, seorang pria tampan muncul dan duduk di meja yang sama dengan Alana. Mereka terpisahkan oleh dua kursi di sebelah kanan Alana. Pria itu tampak elegan dengan setelan kemeja hitam dengan dua kancing teratas yang dibiarkan menganga.

“Apa yang anda butuhkan, Mr. Kingston” ucap sang bartender dalam bahasa Spanyol. Alana tahu sedikit bagaimana logat dan aksen bahasa Spanyol itu karena dia pernah mempelajarinya dulu.

“Martini” Suara serak dan seksi itu terdengar.

Bartender segera mulai menyiapkan martini dengan cekatan. Alana tak bisa menghindari pandangannya yang terus tertuju pada tuan muda Kingston.

Alesio Theodore Kingston. Pebisnis nomor satu dunia yang mengambil alih maskapai penerbangan Kingston Airlines diusianya yang menginjak 25 tahun. Pria itu tampak seolah tahu bagaimana cara berada di pusat perhatian.

Sebuah keberutungan baginya bisa bertemu dengan pria itu, bahkan bertatap mata dengan netra biru gelap itu. katanya siapapun yang menatap netra itu pasti akan jatuh cinta pada sang ladykiller itu.

Ketika martini telah disajikan di depan Alesio, netra biru itu melirik Alana.

“Ingin mencoba ini, senorita?” Alana tersentak, pria itu sedang berbicara dengannya dalam bahasa inggris.

Alana tersenyum dan mengangkat gelasnya, seolah melakukan tos dari jauh. “Terima kasih, tapi saya cukup puas dengan apa yang saya pesan.”

Alesio tersenyum tipis lalu menyesap minumannya, begitupun dengan Alana. Lalu seperti mendapatkan sebuah peluang besar tentang cara pembatalan pertunangan.

Alana mengambil handphonenya dan mengirimkan pesan pada Mic. Jarinya bergerak dengan cepat, menekan huruf-huruf pada layar keyboardnya lalu senyum lebar tercipta dibibirnya tanpa menyadari jika sejak tadi sepasang mata biru itu memperhatikannya.

Selesai dengan handphonenya, Alana kembali meraih gelas kaca dan menyesap isinya. Matanya melirik Alesio yang masih minum dengan elegannya.

Tangan Alana terulur hendak menyentuh lengan Alesio namun pergerakannya tertahan karena Alesio yang menggenggam tangannya “Ah, maaf, sir. Ada debu di lengan kemejamu” ucap Alana dengan lembut lalu dia menatap ke pojok ruangan. Mic berdiri di sana dengan sebuah kamera yang tersembunyi, lalu memberikan jempol pada Alana.

Selama hampir satu jam, Alana terus diam menunggu pergerakan Alesio. Barulah ketika pria itu nampak membayar tagihan, Alana langsung menghubungi Mic lagi.

Alesio berjalan keluar dari klub, dan Alana mengikuti di belakangnya. Begitu benar-benar berada di pintu keluar, Alana memanggil pria itu.

“Permisi, Mr. Kingston.”

Alesio berhenti sejenak, menoleh ke belakang dengan tatapan tajamnya. “Ada apa? Ingin tidur denganku?” tanyanya tanpa memfilter ucapannya.

Awalnya Alesio kira Alana adalah penguntitnya, seperti yang kebanyakan wanita lakukan bila tanpa sengaja berpapasan dengannya. bahkan mereka tidak segan-segan mengajak Alesio ke hotel maupun apartemen didekat sana.

Alana menyusun senyum tipis di wajahnya. “Aku hanya ingin memastikan bahwa semuanya baik-baik saja. Terima kasih atas malam yang menyenangkan.”

Ucapan Alana membuat kening Alesio mengkerut. Dengan mantap, Alana melangkah lebih dekat ke Alesio. Alana tersenyum simpul, tatapan keduanya bertemu, tingginya hanya sebatas dada pria itu, agak menyulitkan namun juga menguntungkan Alana….

Secara tiba-tiba Alana menarik kerah Alesio, membuat kepala pria itu menunduk dan mencium bibirnya. Alana melumat bibir tebal itu dengan kaku, memulai sebuah aksi nekat di tengah situasi yang semakin ramai. Keduanya terperangkap dalam momen intens, seolah dunia di sekitar mereka lenyap.

Pancaran flash kamera menjadi saksi bisu dari aksi nekat Alana. Suara deru mesin kamera dan sorakan dari para pengunjung club yang akan keluar seakan tereduksi oleh keintiman yang tercipta di antara dua jiwa yang bertemu di pintu keluar club itu.

Beberapa saat kemudian Alana melepaskan ciumannya dan menunduk “Maafkan aku” gumamnya pelan namun masih bisa didengar Alesio.

“Aku baru saja diselingkuhi dan menemukan pengganti tapi kau justru ingin membuangku! Tega sekali kau Mr Kingston! Kau menggodaku 1 jam lalu dan membuatku mencintaimu dengan cepat lalu sekarang kau juga mencampakanku!!” Alana berteriak histeris.

Terdengar bisikan-bisikan dan sorakan dari beberapa pengunjung yang menyaksikan aksi itu. Pada saat itu Alana tersenyum tipis, menyadari bahwa momen itu telah menjadi obyek perbincangan. Alana melirik para wartawan yang dia tau sebagai rekan Mic.

Alana yakin jika dirinya akan menjadi headline berita keesokan harinya dan itulah yang Alana inginkan sekarang.

Alana sempat melirik Alesio yang nampak bingung.

Tentu saja Alana yakin pria itu bingung dengan apa yang terjadi karena Alana menggunakan bahasa Indonesia yang tidak Alesio pahami.

Baru saja Alana hendak berbalik dan meninggalkan tempat itu, Tangan kiri Alesio dengan penuh kepastian melingkar di pinggang Alana. Tangan kanannya memegang dagu Alana, mendongakan wajah itu dan menciumnya.

“Maaf, aku tidak akan mencampakanmu” Ucap Alesio dengan seringaian yang membuat mata Alana membola.

“HELL!! DIA PAHAM YANG KUUCAPKAN!” Batin Alana berteriak keras, perasaan malu menerpa dirinya dengan sangat kuat.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status