Home / Romansa / Terpikat Pesona Ayah Temanku / 121. Begitu Lihai dan Aktif

Share

121. Begitu Lihai dan Aktif

Author: CeliiCaaca
last update Last Updated: 2025-12-21 22:35:21

Waktu sudah menunjuk angka sepuluh malam. Alessia tengah duduk di sofa kamar yang menghadap ke jendela, tengah menikmati pemandangan malam di sana.

Tiba-tiba tangan kekar Leonardo melingkar di pinggangnya dan membuat Alessia menoleh.

“Kenapa kau selalu menikmati pemandangan sendirian, tidak mau aku temani?” bisik Leonardo dengan suara seraknya.

Alessia menghela napasnya dan menatap ke depan lagi. “Tidak ada alasan. Hanya senang melihat pemandangan di sini. Sangat indah. Pantas saja kau betah tinggal sendirian di sini.”

Leonardo terkekeh pelan. “Tapi, kini aku tidak ingin sendiri lagi. Aku ingin menikmati pemandangan di sini denganmu.”

“Hanya denganku?” goda Alessia sembari menaikan alisnya.

Leonardo mengangguk dan kini wajahnya mendekat pada wajah Alessia. Mencium bibir wanita itu dengan lembut di awal.

Tangannya yang panas kini menyusup ke antara kedua paha Alessia. Jari-jarinya menemukan kelembapan yang sudah menggenang di sana.

Ia meraba dengan pelan, lalu mengusap dengan ritmis, m
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Terpikat Pesona Ayah Temanku   122. Mungkin Backstreet lebih Baik

    Satu minggu kemudian, mobil yang ditumpangi Alessia dan Leonardo akhirnya berhenti di halaman rumah.Pagi itu cuaca cerah, namun suasana di dalam rumah terasa berbeda, seolah ada sesuatu yang telah menunggu kepulangan mereka.Begitu pintu terbuka, Alessia langsung melihat Gabby berdiri di ruang tengah dengan kedua tangan terlipat di dada. Wajahnya menunjukkan ekspresi yang jelas: kesal, tidak sabar, dan penuh tuntutan.“Sudah puas liburannya?” tanya Gabby begitu mereka melangkah masuk, lalu menyunggingkan senyum tipis yang jelas bukan senyum ramah.Leonardo hanya melirik sekilas ke arah putrinya. Tanpa memberikan jawaban, ia mendekat dan mengacak pucuk kepala Gabby dengan santai, sebuah gestur yang sering ia lakukan seolah ingin meredam emosi anaknya tanpa harus berdebat.Setelah itu, Leonardo langsung melangkah melewati Gabby menuju ruang kerjanya dan menutup pintu tanpa berkata apa pun.Gabby menghela napas panjang sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. “Lihat?” gumamnya kesal. “Sel

  • Terpikat Pesona Ayah Temanku   121. Begitu Lihai dan Aktif

    Waktu sudah menunjuk angka sepuluh malam. Alessia tengah duduk di sofa kamar yang menghadap ke jendela, tengah menikmati pemandangan malam di sana.Tiba-tiba tangan kekar Leonardo melingkar di pinggangnya dan membuat Alessia menoleh.“Kenapa kau selalu menikmati pemandangan sendirian, tidak mau aku temani?” bisik Leonardo dengan suara seraknya.Alessia menghela napasnya dan menatap ke depan lagi. “Tidak ada alasan. Hanya senang melihat pemandangan di sini. Sangat indah. Pantas saja kau betah tinggal sendirian di sini.”Leonardo terkekeh pelan. “Tapi, kini aku tidak ingin sendiri lagi. Aku ingin menikmati pemandangan di sini denganmu.”“Hanya denganku?” goda Alessia sembari menaikan alisnya.Leonardo mengangguk dan kini wajahnya mendekat pada wajah Alessia. Mencium bibir wanita itu dengan lembut di awal.Tangannya yang panas kini menyusup ke antara kedua paha Alessia. Jari-jarinya menemukan kelembapan yang sudah menggenang di sana.Ia meraba dengan pelan, lalu mengusap dengan ritmis, m

  • Terpikat Pesona Ayah Temanku   120. Telah Belajar dari Pengalaman

    Waktu menunjukkan angka sembilan pagi ketika mereka melangkah keluar dari vila.Udara masih terasa dingin, embun menggantung di ujung-ujung daun pinus, dan tanah di bawah kaki mereka sedikit lembap.Cahaya matahari pagi menyusup di sela pepohonan, menciptakan garis-garis cahaya keemasan yang jatuh lembut di jalur setapak.Alessia melingkarkan tangannya di lengan Leonardo, berjalan berdampingan dengan langkah santai.Tidak ada tergesa-gesa, tidak ada agenda. Hanya mereka berdua dan alam yang terasa begitu hening.“Tempat ini indah sekali,” gumam Alessia pelan.Leonardo mengangguk. “Itu sebabnya aku memilih tempat ini.”Mereka berjalan beberapa langkah lagi sebelum Leonardo kembali berbicara, suaranya lebih dalam, seolah membawa kenangan lama. “Tempat ini dulu sering aku datangi sendirian.”Alessia menoleh, menatap profil wajah Leonardo yang tampak serius. “Sendirian?”Leonardo menghela napas perlahan. “Ya. Setelah ibunya Gabby pergi.”Langkah Alessia melambat, lalu berhenti. Ia menarik

  • Terpikat Pesona Ayah Temanku   119. Menebus Kekosongan Leonardo

    Pagi itu udara di vila terasa sangat sejuk. Kabut tipis masih menggantung di antara pepohonan pinus, sementara sinar matahari baru saja menembus kaca-kaca besar vila, menciptakan pantulan cahaya lembut di lantai kayu.Alessia masih duduk di sofa ruang keluarga, membungkus tubuhnya dengan selimut tipis sambil menikmati secangkir teh hangat, ketika ponselnya tiba-tiba bergetar keras.Satu panggilan masuk.Belum sempat Alessia melihat layar, panggilan itu terangkat sendiri karena getaran berikutnya langsung menyusul.“AL—ESS—IA!”Suara Gabby terdengar begitu nyaring dari seberang hingga membuat Alessia refleks menjauhkan ponsel dari telinganya.“Ada apa, Gab?” tanya Alessia sambil tertawa kecil.“Papa ke mana bawa kau, hah?!” Gabby nyaris berteriak. “Aku bangun pagi, rumah kosong, ayahku menghilang, dan kau juga lenyap begitu saja!”Alessia menutup mulutnya, menahan tawa. “Kami sedang pergi sebentar, Gabby. Kan sudah tahu, kan? Apa kau lupa?”“Sebentar katanya,” dengus Gabby. “Pergi ke m

  • Terpikat Pesona Ayah Temanku   118. Malam yang Indah

    Malam turun perlahan di antara pohon-pohon pinus yang menjulang, membawa udara dingin yang menyusup lembut melalui celah-celah kaca vila.Lampu-lampu temaram di dalam ruangan menciptakan bayangan hangat, memantulkan cahaya ke dinding kayu yang menenangkan. Suasana itu terasa begitu sunyi, seolah dunia benar-benar berhenti di luar sana.Leonardo menatap Alessia lama, seakan ingin memastikan wanita itu benar-benar ada di hadapannya.Tanpa berkata apa pun, dia melangkah mendekat, lalu mengangkat tubuh Alessia dengan mudah, gendongan bridal yang membuat Alessia refleks melingkarkan lengannya di leher Leonardo.“Leonardo …,” gumam Alessia pelan dan jantungnya berdegup cepat.Leonardo tersenyum tipis. “Tenang,” bisiknya. “Aku memegangmu.”Dia lalu membawa Alessia ke kamar yang luas, tempat ranjang besar berbalut seprai putih bersih menanti di tengah ruangan.Cahaya bulan masuk dari jendela besar, menyinari siluet mereka. Dengan hati-hati, Leonardo merebahkan tubuh Alessia di atas ranjang, s

  • Terpikat Pesona Ayah Temanku   117. Tempat yang Indah

    Perjalanan panjang itu akhirnya berakhir ketika mobil yang mereka tumpangi melambat di sebuah jalan kecil yang diapit deretan pohon pinus tinggi menjulang.Udara terasa berbeda begitu jendela dibuka, lebih dingin, lebih bersih, dan membawa aroma tanah serta dedaunan basah yang menenangkan.Alessia menyandarkan punggungnya di kursi, napasnya terhela pelan, kelelahan bercampur dengan rasa penasaran yang sejak tadi menggelitik.Mobil berhenti perlahan.Leonardo mematikan mesin dan turun lebih dulu. Ia membuka pintu di sisi Alessia, mengulurkan tangannya. Alessia meraih tangan itu dan turun, langkahnya terhenti begitu pandangannya menangkap pemandangan di hadapannya.Sebuah vila berdiri anggun di tengah hamparan alam hijau. Dikelilingi pohon pinus yang rapat dan tinggi, bangunan itu seolah tersembunyi dari dunia luar.Kabut tipis menggantung di antara batang-batang pohon, sinar matahari sore menembusnya dengan lembut, menciptakan suasana yang nyaris terasa tidak nyata.Alessia menaikkan a

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status