Share

Tersesat
Tersesat
Penulis: Nasura2101

Cenayang

PROLOG

Kisah ini bermula saat Zimat, ayah dari Naya Maharani ditipu oleh sahabatnya yang mengakibatkan ia dipukuli hingga hampir mati. Dengan bantuan paman dan adiknya, Naya Maharani berhasil menyelamatkan Zimat. Namun Nay dipaksa menandatangani surat hutang sebesar 58.000 US Dollar. Rumah dan tanah yang ditempati bangunan dari keluarga Zimat sebagai jaminan. Jika dalam tiga bulan Nay tidak dapat mengembalikan uang tersebut maka rumah dan tanah yang ditempati bangunan akan disita. Kisah ini agak panjang tapi Nasura mampu merangkumnya dengan manis, sekaligus mengaduk-aduk emosi dan perasaan. Dalam perjalanan untuk mengusahakan keselamatan Zimat dan menyelamatkan rumah, Najwa-adik Nay-justru menemukan apa yang sesungguhnya mereka inginkan. Ini bukan sekedar masalah uang tapi lebih dalam dari itu. Mereka ingin Zimat dan keluarganya hilang dari peredaran.

Setelah pergumulan dan pergulatan panjang di Indonesia Nay berangkat ke Kuwait demi membayar hutang yang sejatinya bukann tanggung jawabnya. Dia harus mengelamai hal yang lebih mengerikan di sana. Apa yang terjadi di Indonesia tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan penderitaan Nay di negeri orang. Lima belas kali berganti majikan dalam jangka dua bulan karena tidak bisa menjadi pembantu seperti pada umumnya.

Di rumah majikan yang ke lima belas, Nay dipukuli hingga babak belur. Nay yang putus asa menggunduli rambut. Sesungguhnya Nay ingin menancapkan gunting yang ada dalam genggaman ke dada untuk mengakhiri hidup. Karena sudah tidak sanggub menanggung semua beban yang begitu berat. Namun diurungkan saat ia ingat penderitaan Zimat-bapaknya. Demi meredam emosi ia membabi buta menggunduli rambut. Rupanya itu hanya awal dari penderitaanya, karena setelah itu dia tidak pernah menemukan cahaya. Dunianya semakin pekat. Ia dijual dari satu laki-laki ke laki-laki yang lain. Kecantikannya yang mempesona membuat para lelaki merebut ingin memiliki. Mereka bersedia membayar berapa pun. Najwa Saghira- adiknya-menebusnya untuk dipulangkan tapi oleh agency ia malah dijual setelah menerima uang dari Najwa. ”Aku ditenggelamkan ke dunia hitam tapi dia tidak pernah jadi hitam.” Ucap Nay mengawali kisahnya.

*****

Lembah Biru tahun 2003.

Sore itu, Nay berada di rumah tantenya. Rumah tante berjarak lima ratus meter dari rumah orang tuanya. Tiba-tiba Pak RT datang untuk menjemput, membawa Nay ke rumah Pak RW bersamanya.

Sesampainya di sana, betapa terkejutnya Nay karena sudah banyak orang berkumpul. Ada beberapa tetangga, dan banyak sekali orang yang tidak Nay kenali. Kasumi, Najwa dan Zimat juga berada di antara mereka.

Nay mendekat dan nyaris tersungkur di kaki Zimat-bapaknya, setelah melihat kondisi Zimat. Seluruh tubuh berlumuran darah bahkan wajahnya juga sangat mengerikan.

Seraya menguatkan hati, Nay menggenggam tangan Zimat dengan erat. Bibir tak mampu berucap sepatah kata pun. Beberapa saat kemudian, Nay berdiri-- memandang satu-persatu setiap wajah yang ada di ruang tamu. Tatapannya mencari jawaban. Dari setiap wajah--termasuk wajah Pak RT dan Pak RW--Nay dapat menyimpulkan apa yang sudah, sedang dan akan terjadi.

Dia mendekat kepada Pak RW, lalu menatapnya dengan penuh amarah dan kebencian. Pak RW pun merasa ngeri dengan. Tatapan Nay adalah tatapan membunuh. Dengan gemetar, Pak RW menyodorkan kertas putih bergaris selebar A4, yang berisi tulisan tangan.

Dari gaya tulisan, Nay tahu itu tulisan tangan siapa. Sedetik kemudian, dia tertegun lalu tersenyum sinis. Rumah dan tanah yang ditempati kerluarganya dihargai dengan angka 58.000 US Dollar. Berkali-kali Ia menatap angka yang tertulis di sana. Hati dan otak sesungguhnya tidak percaya dengan apa yang dilihat. Akhirnya, Nay mengambil pena lalu dengan tenang dia menandatangani kertas itu. Setelah itu, dia berkata, “apa anda semua yakin ini hanya masalah uang?" tanyanya seraya tersenyum sinis.

Tidak ada yang menjawab, mereka seolah beku oleh tatapan Nay. Lagi-lagi tatapannya adalah tatapan membunuh. Tatapan yang sama persis seperti saat ia menatap Pak RW. Dia kembali menatap satu-persatu semua orang yang ada di ruangan itu, seolah ingin merekam setiap wajah mereka. Memang, setiap orang yang ditatatap umumnya langsung menunduk dalam--tidak berani bertatap dengan mata Nay.

Dalam pikirannya, ini bukan masalah uang, ada orang-orang yang menunggangi dan menginginkan nama Zimat tercemar, supaya bisa mendapatkan rumah kediaman keluarga Zimat. Karena tanah yang ditempati adalah tanah pilihan. Tanah di mana para leluhur menancapkan tonggak pertama kali saat datang ke Lembah Biru untuk mbabat alas dan membangun pondasi.

“Anda semua beruntung karena aku sudah tidak memiliki kekuatan, tapi ingat jika terjadi apa-apa dengan bapak, satu pun di antara anda semua tidak akan kulepaskan,” ucapnya tegas. Ia menekan setiap kalimatnya seolah ingin memperjelas maksudnya.

Nay berhenti sejenak untuk menghela nafas. Jelas amarahnya membuncah. Semua yang ada di situ tidak ada yang berani menatap Nay. Wajah mereka tertunduk dengan tubuh menggigil.

"Ingat! mulai hari karma akan bekerja dan melakukan tugasnya dengan baik. Siapa yang bersalah akan menerima ganjaran begitu juga sebaliknya. Jadi bersiaplah!"

Suara Nay sangat pelan, tetapi mereka semua mendengar dengan jelas setiap kata yang diucapkan. Ruangan begitu hening, bahkan jika ada jarum yang jatuh akan terdengar dengan jelas.

Mereka semua terhenyak oleh kata-kata Nay. Bagai dikamando sejenak mereka menatap wajah Nay, lalu kembali menunduk dalam. Ketakutan mengusai mereka, keringat dingin sebesar biji jagung mulai jatuh membasahi tubuh.

Karma? Mereka semua sangat paham dan mempercayai karma. Setiap kata-kata Nay terekam dengan baik di dalam hati dan pikiran, seolah menjadi racun yang sengaja ditanam oleh Nay.

Bagimanapun Naya Maharani adalah keturuna seorang Cenayang. Disadari atau tidak darah yang mengalir di tubuhnya adalah darah Cenayang. Saat Nay berucap, mereka merasa seolah bukan dia yang sedang berbicara, tapi Ndoro Ayu Sumila-nenek Nay-padahal Sumila sudah meninggal puluhan tahun silam.

Setelah menyelesaikan kalimatnya, Nay berpaling lalu mendekati Zimat, membantu untuk berdiri dan memapahnya. Najwa dan Kasumi buru-buru mendekat. Lalu tanpa berkata apa-apa lagi mereka meninggalkan rumah Pak RW.

______________

Zimat dibaringkan di tempat tidur dengan hati-hati. Dengan berurai airmata Nay membersihkan darah yang keluar dari setiap luka dari tubuh Zimat. Mulai dari wajah, lalu kepala, terpaksa Nay menggunduli rambut Zimat karena ada beberapa luka yang cukup parah. Terakhir Nay memeriksa urat nadi untuk memastikan, apakah ada luka dalam. Sementara Kasumi meramu obat. Najwa tidak ada di situ karena ditugaskan untuk menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi.

Hampir di seluruh tubuh penuh luka, ada beberapa bagian yang cedera. Kaki kiri dan tangan kiri cedera. Rusuk bagian kiri juga cedera. Ia beruntung tidak ada luka dalam. Di kepalanya ada beberapa luka tapi beruntung batok kepalanya tidak cedera. Namun banyak darah yang keluar dari kepala yang terluka. Hal ini yang mengancam jiwanya.

Masih dengan sangat hati-hati Nay mengoleskan ramuan di setiap luka. Ada sebagian yang harus diminum. Beruntung karena Kasumi dan Nay mengusai ilmu pengobatan. Jadi mereka tidak perlu membawa Zimat ke rumah sakit. Untuk mengobati kaki, tangan dan rusuk yang cedera mereka minta tolong Pak De--kakaknya Kasumi. Pak De ahli di bidang ini, bahkan tulang yang 'pepes-remuk-bisa ditolong oleh Pak De. Biasanya jika ada yang cedera parah, Pak De memijit dengan menggunakan media lain. Dalam kasus Zimat, cedera di beberapa bagian tubuh Zimat memang serius, maka Pak De memijit dengan menggunakan sebuah selendang. Dengan sangat hati-hati ia memijit selendang tersebut. Meski demikian Zimat masih berteriak-teriak kesakitan.

“Wis sak munu ae disik Mat, sesuk aku tak rene maneh. Kudune alon-alon ora keno dikasari. Engko suwu-suwi lak pulih,” (sudah segitu dulu Mad, besok aku ke sini lagi. Harusnya memang pelan-pelan tidak bisa dikasari. Nanti lama-lama kan pulih, Red-).

Sebelum Pak De pulang berpesan agar Zimat dikasih makan 'tala-rumahnya lebah- tiap hari. Kalau ada 'tala dari tawon Lanceng. Hal ini berfungsi untuk mempercepat pemulihat pada tulang yang cedera.

Najwa tidak ada di antara. Dia ditugaskan untuk menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi.

Lewat tengah malam Najwa kembali. Lalu langsung menuju kamar Zimat. Kasumi dan Nay sedang tertidur di samping ranjang sambil duduk. Sementara Zimat tidak tidur, airmatanya terus mengalir. Ketika menyadari Najwa datang, ia pura- pura tidur. Namun Najwa mengetahuinya tetapi membiarkannya agar Zimat tidak malu. Kemudian dia menyiapkan sebuah kasur di kamar itu dan mengambil bantal dari kamarnya. Lalu membangunkan Kasumi dan Nay, meminta mereka untuk pindah ke kasur. Kemudian Najwa yang ganti duduk di tepi ranjang menemani Zimat. Begitulah malam itu, berlalu dengan segala kerumitannya. Duka yang menggelayut manja, mencabik-cabik setiap hati dari keluarga Zimat.

*****

Nasura2101

 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status