Share

Menebar Racun Menuai Karma

Pagi itu Nay kembali sibuk merawat bapak bersama Kasumi. Sementara Najwa sudah menghilang sejak selesai shalat subuh. Najwa pergi ke Besuki untuk menemui Bambang.

Najwa sudah di Besuki saat tengah hari. Dia tahu sedang diikuti oleh sebab itu Najwa tidak memakai kemampuan supranatural. Najwa memilih naik bis dari pada mempergunakan ilmu Kidang Kencono, kemudian naik ojek. Tukang ojek mengantarnya sesuai dengan alamat yang dikasih bapak. Sebelum Najwa naik ojek, dia harus mengecoh orang-orang yang mengikuti karena dia diikuti oleh banyak orang. Dugaanya benar bahwa orang-orang yang berbuat jahat kepada keluarganya tidak main-main.

Tukang ojek mengantar Najwa ke tempat tujuan.Ternyata Bambang memiliki sebuah pesantren yang besar. Lagi-lagi Najwa memgumpat dalam hati.

"Dunia ini memang sudah dikuasai Dajjal, orang yang memilki pesantren sebesar ini bisa mengorbankan bapak?!" ucap Najwa lirih, seolah sedang berbicara pada diri sendiri. "Hanya demi tipu daya dan kemegahan dunia tega mengorbankan persahabatan? Betapa naifnya bapak atas nama persahabatan dan hutang budi mau hancur untuk orang seperti Bambang?!"

Najwa lagi-lagi ngedumel menanyakan pertanyaan yang ia sudah tahu jawabannya. Sungguh nalarnya tidak mampu memahami, ia bingung dengan jalan pikiran Zimat.

Di depan pintu Najwa dihalangi oleh santri penjaga gerbang. Kalau mau masuk harus ada ijin dari kiyai dulu. Najwa tersenyum sinis, dia mengibaskan tangan. Waktu seolah tiba-tiba terhenti. Penjaga gerbang tiba-tiba mematung begitu juga orang-orang yangsedang melintas di depan gerbang. Tergesa Najwa memasuki gerbang. Dibiarkannya santri yang terlihat linglung sedetik setelah Najwa memasuki gerbang. Bambang sangat terkejut ketika Najwa tiba-tiba sudah di hadapan. "Anda pasti tahu aku siapa? aku tidak punya waktu berbasa-basi. Serahkan uang itu! uang yang menyebabkan bapak dipukuli hampir mati!" perintah Najwa lirih, mengintimidasi.

Dengan wajah ketakutan, Bambang menjawab, "uang sudah saya pakai untuk membangun rumah."

Najwa memperhatikan seluruh ruangan, rumah bertingkat yang cukup megah. Najwa tersenyum sinis, kemudian dia berkata penuh penekanan, "ingat! karma akan melakukan tugasnya dengan baik dan benar mulai hari ini, jadi bersiaplah!"

Bambang tidak menjawab, tubuhnya gemetaran. Najwa mengucapkan setiap kata dengan begitu tenang tapi entah mengapa, seperti ada kegelapan yang tiba-tiba menyelimuti hati Bambang. Menjadi racun yang mulai menggerogoti pikiran. Najwa tersenyum sinis, menyeriangai. Seringainya membuat Bambang semakin menggigil. Saat Najwa melangkah pergi Bambang jatuh terduduk. Ia menatap langkah Najwa meninggalkan rumah dengan tatapan linglung.

"Sudah kukatakan aku akan menjadi iblis yang menebar racun ke dalam hati dan jiwa kalian. Kalian orang-orang serakah pantas mendapatkannya," ucap Najwa sinis.

Kakinya keluar dari rumah Bambang dengan langkah gontai. Sisi hitam dari dirinya memang mampu berdiri tegak karena telah puas dengan apa yang dia lakukan terhadap Bambang. Namun sisi yang lain dari dirinya tetap remuk redam.

Ketika Najwa keluar dari gerbang dia kembali mengibaskan tangan, suasana kembali seperti semula. Orang-orang yang berada di sekitar gerbang bingung berusaha memahami apa yang sebenarnya terjadi.

_____________

Najwa kembali mencari tukang ojek untuk mengantarkan ke tempat pemberhentian bis, Ia akan kembali ke Lembah Biru. Hatinya risau, firasatnya mengatakan bahwa akan hal yang lebih berat dari yang sudah dilalui hari ini. Ia punya tugas berat untuk mempertahankan rumah dan tanah yang dimiliki keluarga. Tanah pilihan yang diwarisan keluarga yang sudah diturunkan turun-temurun oleh leluhurnya. Sedetik Najwa menyesali kenapa Nay menandatangani surat hutang itu.

"Ackh ...! Jika Nay tidak memiliki keberanian untuk tanda tangan orang-orang tidak akan melepas bapak," frustasi Najwa berucap kepada diri sendiri.

Sungguh kekalahan telak buat mereka, karena mereka terlalu yakin bahwa tidak akan ada satu pun dari keluarga Zimat yang berani tanda tangan.

"Nay benar-benar memberika kejutan yang memporak-porakdakan rencana busuk mereka."

Pikiran Najwa terus berkelana, ada senyum kemenangan melintas sepintas di bibirnya.

"Sungguh mereka begitu yakin akan bisa memenjarakan bapak dalam keadaan terluka, mereka pikir bisa dengan mudah membunuh bapak atau paling tidak bisa membuat beliau cedera seumur hidup."

Lagi-lagi otak Najwa masih terus menelusuri apa yang sebenarnya orang-orang itu rencanakan.

"Manusia berhati iblis!" ucap Najwa geram. "Aku harus bisa lebih kejam dari mereka atau kami semua akan mati!" geram Najwa berucap pada diri sendiri.

Sisi hitam dari dirinya kembali muncul.

"Mereka tidak pernah menghitung karena mereka pikir Nay hanya guru bahasa inggris yang cuma bisa ha-ha hi-he bersama anak didik, bocah kecil-kecil yang selalu membuat senyum Nay terus mengembang. Mereka tidak pernah tau bahwa Nay adalah perempuan tangguh yang pernah di taruh di dalam neraka yang diciptakan oleh Sofia dan antek-ateknya selama dua tahun di Singapura. Itu pun belum cukup saat dia baru keluar dari sana, dia harus berhadapan dengan orang yang paling disayanginya. Bapak meranjamnya dengan cemeti Naga Bumi karena terpaksa memeprgunakan kekutan cenayang saat menghadapy vincent-suami Sofia- hingga semua keluatan yang dimilikinya lenyap tak berbekas."

Otak Najwa terus memikirkan apa yang sudah dilakukan Nay. Lagi-lagi senyumnya sekilas melintas. Ada raut bangga sekaligus duka di sorot mata. Satu hal yang mereka tidak pernah tau bahwa Naya Maharani terlahir dengan garis tangan bertuliskan angka arab delapan puluh satu dan delapan belas yang jika disatukan membentuk bulan sabit.Dia bisa mengambil  keputusan yang kadang dianggab gila dan di luar nalar, tapi di kemudian hari terbukti menjadi penyelamat dari segala kekacauan dan berkah bagi orang-orang sekitar.

Najwa terjaga dari lamunannya ketika tiba-tiba seseorang telah duduk di sampingnya. Laki-laki muda berambut gondrong, wajahnya tertutupi oleh caping Pak Tani. Pakaiannya serba putih, kemeja sederhana dengan bawahan sarung yang dilinting pendek hingga celana cingkrang yang berada di atas betis kelihatan. Sambil menggenggam tangan Najwa, ia berkata, "kau harus membawa Gusti Pangeran Zimat malam ini juga ke Blitar, jika tidak kalian akan kehilangan belaiu."

Setelah menyelesaikan kalimatnya dia langsung berdiri dan berteriak,

"KIRIII!"

Bis berhenti mendadak. Ia meloncat ringan kemudian bis melaju dengan kecepatan tinggi. Najwa berdiri, mengintip dari balik jendela menatap tubuh pemuda itu makin lama makin kecil akhirnya tidak terlihat, hanya tinggal aspal hitam. Najwa sangat terkejut saat ia kembali duduk, ia mendapati amplop berwarna coklat tergolek di sampingnya. Diperhatikan amplop dengan seksama, mantanya membulat sempurna saat membaca tulisan sangat kecil di sudut kanan atas. "Gusti Pangeran Zimat / sangat rahasia."

*****

Nasura2101.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status