“Ini untukmu!” Kyle memberikan satu lagi kopi di tangannya untuk Lori agar mereka tidak dihinggapi rasa kaku yang aneh. Lori terkesiap membesarkan matanya melihat tindakan spontan Kyle padanya. Venus hanya diam saja sedikit malu-malu melihat perhatian Kyle pada Lori.
“Terima kasih,” ucap Lori pelan lalu mengambil kopi yang diberikan oleh Kyle padanya. Venus makin mengulum senyuman malu-malu dan mendehem.
“Ehem, kalian manis sekali, hehe!” goda Venus pada Kyle sambil berjalan melewatinya. Kyle ikut salah tingkah dan tidak bicara. Ia mengekori Venus seperti biasa dan Lori pun mengikutinya.
Hari ini Venus akan menyelesaikan pekerjaannya di Winthrop dengan menghadiri sebuah rapat di salah satu kantor perusahaan desain yang telah menjadi partner Winthrop. Besok adalah Natal dan Venus memilih satu hari sebelumnya agar jadwalnya tidak terlalu padat.
Venus hanya menikmati sedikit saja kopi yang dibawakan oleh Kyle untuknya. Sel
Gareth Moultens keluar dari kantor yang sama dengan Venus setelah beberapa saat kemudian. Asisten sekaligus sopirnya membuka pintu untuk Gareth dan ia pun masuk ke dalam. Mobil mewah Bentley itu lalu berjalan melintasi lobi dan keluar lewat gerbang utama.“Apa lagi jadwalku sekarang?” tanya Gareth pada asistennya.“Hanya makan siang bersama Scott Evans dari CNBC. Mereka ingin mewawancaraimu minggu depan, Pak. Jadi Tuan Evans ingin bertemu denganmu terlebih dahulu,” jawab asisten Gareth menjelaskan jadwalnya pada Gareth. Gareth tidak begitu memperhatikan. Pikirannya masih memikirkan Venus yang tadi bertemu dengannya.“Pak?” Gareth sedikit terkesiap dan menoleh pada asistennya.“Apa kamu ingin membelikan sesuatu untuk Nona Harristian?” Gareth menghela napasnya agak panjang.“Apa menurutmu dia akan menerimanya?” sindir Gareth menjawab.“Entahlah, mungkin kamu bisa mencobanya ...&
“Apa yang terjadi?” tanya Andrew lagi dengan nada rendah.“Ada orang yang tiba-tiba datang menculiknya dari depan kafe dan sampai kemari, Tuan Moultens dipukuli seperti ini!” ucap Duke melaporkan yang terjadi.“Ini kejahatan, kita bawa ke rumah sakit jadi aku bisa mengambil keterangan nantinya! Ayo!” Andrew pun membawa mantan kekasih Venus itu ke rumah sakit dan meminta dua polisi untuk datang mengambil keterangan dari Gareth. Sedangkan Andrew tidak bisa mengurus kasus tersebut karena ia punya pertemuan penting di Golden Dragon hari ini.Di tempat berbeda, Rei dan Dion keluar dari garasi pribadi Rei menuju Golden Dragon untuk sebuah pertemuan penting sekaligus untuk memperkenalkan Dion pada seluruh anggota persaudaraan.“Jadi kami membentuk satu klan yang bisa disebut seperti kelompoknya Daddy, The Seven Wolves. Cuma bedanya kami udah mengenal dari kecil. Jadi udah gak asing dan gak perlu perjanjian apa pun!&rdquo
Rei mengajak Dion untuk berkenalan dengan anggota Golden Dragon dan persaudaraan yang lain seperti Jason, Divers, Arion, Devon dan Brema. Aldrich juga ikut datang. Sementara sang Alpha, sedang bicara dengan penasihatnya yaitu Shao Chen.Andrew Miller datang tak berapa lama kemudian dan langsung tersenyum lebar begitu melihat Dion, ia langsung menyengir lebar.“Lihat siapa yang datang, hahaha!” Dion pun tersenyum lebar lalu membuka kedua lengannya memeluk Andrew Miller.“Apa kabarmu?” sapa Andrew sembari melepaskan pelukannya.“Baik, bagaimana denganmu? Aku dengar dari Rei kamu naik pangkat ya?” Andrew langsung terkekeh mendengar hal itu. Matanya menangkap Aldrich yang baru tiba masih dengan jas formalnya seperti biasa. Si Profesor itu masih mengenakan penyangga lengan karena luka tembak seperti Jupiter.“Hei, Ald? Masih ingat musuh terberatmu mendapatkan Venus? Hahaha!” goda Andrew pada Aldrich yang m
Dion terus menerus menghela napas panjang dan berat. Ia terus mendapatkan kejutan berkali-kali selama kurang dari satu jam ini."Rei akan menjelaskan analisanya pada daftar itu!" ujar Ares mengalihkan perhatian pada Rei."Daftar itu berisi beberapa kode yang terdiri dari kombinasi angka, huruf dan simbol yang menunjukkan lokasi suatu tempat. Lokasi yang dimaksud adalah di sini!" tunjuk Rei dengan pointer dan penajaman gambar pada peta."Jika kita menggunakan Google Earth maka yang tampak hanyalah ladang tandus di perbatasan Arizona dan Meksiko. Tapi sebenarnya ada pipa gas yang dibangun di sana," jelas Rei lalu menunjukkan citra permukaan peta sejelas mungkin."Apa itu?" tunjuk Devon Kazuya bergumam pada sebuah garis putih panjang yang seakan membelah wilayah."Itu adalah dinding perbatasan. Dan pipa gas itu telah berada di bawah pagar tersebut tersembunyi bertahun-tahun. Yang jelas pipa itu menyeberangi dan melewati perbatasan AS dan Meksiko."
Fransisca Tanuredja datang bersama dua putranya Kenzi dan Kevin untuk mengunjungi penjara tempat suaminya Hendrico Darmawan tengah ditahan. Usai misa Natal tadi pagi, Sisca mengunjungi suaminya yang juga tengah menghadapi gugatan cerai darinya.“Papa!” panggil Kenzi berlari ke arah Rico yang juga langsung berjongkok untuk memeluk sang putra sulung. Rico diberikan waktu yang cukup panjang untuk bertemu dan merayakan Natal bersama keluarganya di sebuah ruang yang telah disediakan.“Oh Sayang! Hhm ... kamu ganteng banget! Selamat Natal Sayang!” puji Rico sambil mencium kedua pipi Kenzi yang terkekeh senang karena bertemu sang ayah. Rico lalu sedikit melepaskan Kenzi dan mendekat pada Kevin yang berada di stroller bayi.“Halo Sayang, sini Papa gendong. Papa kangen banget sama kamu!” ucap Rico melepaskan tali pengaman di depan Kevin sebelum menggendongnya. Kevin yang baru berusia sembilan bulan cukup nyaman dalam gendongan Rico. De
“Gak merepotkan sama sekali, Dion. Sekarang kamu tinggal di mana?” Claire masih sibuk melayani pembicaraan dengan Dion.“Di apartemen Rei, Tante.” Claire tersenyum mengangguk dan menoleh pada suaminya Arjoona yang ikut tersenyum lalu kembali menikmati makan malam mereka. Dion dan Venus sempat saling melirik namun mereka tak bicara. Keduanya kembali meneruskan makan malam itu sampai selesai tanpa bicara sepatah kata pun.“Maaf, Om ... boleh saya bicara empat mata dengan Om sebentar, jika Om gak keberatan?” ujar Dion mendekat pada Arjoona usai makan malam. Suara Dion cukup rendah dan terdengar separuh berbisik. Arjoona diam berpikir sejenak dan akhirnya mengangguk.“Apa sangat penting dan rahasia?” Dion mengangguk pada Arjoona yang juga akhirnya mengangguk.“Kita bicara di ruang kerjaku saja! Ayo!” Arjoona lantas mengajak Dion untuk masuk ke ruang kerja pribadinya daripada berdiskusi di ruang tenga
Mungkin hal terberat bagi Dion dalam hidupnya bukanlah saat ia akan mengikuti ujian masuk Akademi Kepolisian atau saat menempuh ujian skripsi kala menyelesaikan kuliah strata satunya dulu, melainkan adalah saat ini. Kala ia berdiri di depan ayah dari wanita yang sangat ia cintai untuk meminta posisinya.Arjoona adalah orang yang selama ini membesarkan, merawat, menyayangi serta bertanggung jawab pada ketiga anak-anaknya terutama kedua putrinya Venus dan Chloe. Saat Venus dan Chloe dewasa maka tanggung jawab itu akan bergeser pada pihak lain seiring berjalannya waktu. Akan datang pria yang merasa mereka cukup kuat dan berani untuk memikul serta menggantikan posisi Arjoona pada Venus dan Chloe.Kali ini, Dion adalah pihak pertama yang meminta restu dan kesediaan Arjoona melepaskan tanggung jawabnya pada Venus sebagai seorang ayah. Setelah sebelumnya pernah berpengalaman melakukan hal yang sama saat meminta Laras pada kedua orang tuanya, tidak menjadikan rasa gugup itu berkurang pada Dion
Venus berdiri di depan balkon menghadap pemandangan indah New York di malam hari. Karena sedang musim salju, balkon yang dilengkapi dengan portable wall glass itu memayungi dan menutupi dari salju. Balkon itu sangat mewah dan luas untuk hanya sekedar berkumpul menikmati malam atau hari dengan perapian yang bisa menyala secara otomatis.Pikiran Venus masih terganggu dengan pertemuan mendadaknya dengan Gareth. Hati Venus tidak tenang. Ia merasa seperti ada hal buruk yang akan terjadi padanya. Namun perasaan tidak nyaman itu tak diceritakannya pada siapa pun.Sementara Dion yang baru keluar dari ruang kerja Arjoona lantas berpisah dengan Alpha The Seven Wolves itu di depan ruang tengah menuju balkon tempat Venus berada.“Kamu akan bergabung besok kan?” tanya Arjoona pada Dion. Dion tersenyum lalu mengangguk.“Tentu, Om!” Arjoona pun memeluk Dion dan menepuk punggungnya pelan.“Selamat Natal, Dion.”“Sel