“Aku tahu ini mengejutkanmu.” Mila menggenggam tangan Chloe erat. “Aku hanya ingin membantumu.”“Aku tahu. Aku memang menyelidiki kasus ini sejak lama, hanya saja aku sedikit terbentur dengan kekuatan perusahaan mereka untuk membentengi diri.”Mila menangguk setuju. “Aku tahu. Aku yang bahkan berkecimpung di dunia investigasi selama bertahun-tahun saja baru mengetahuinya sekarang. Dan ingat Chloe, aku tak tahu apakah orang tua Nash, bahkan Nash sendiri mengetahui hal ini. Jadi, jangan mengambil tindakan terlalu jauh dulu untuk saat ini.”“Aku mengerti.” Chloe mengangguk, dengan tangan gemetar akhirnya dia mengangkat gelasnya dan menyesap kopi pahit itu.Chloe lama diam, hingga dia menatap Mila lagi. “Mila, apakah kau bisa membantuku lagi?”“Lagi?” Mila meletakkan gelasnya, dia mengernyit. “Ada sesuatu yang ingin kau cari tahu?”“Nash melarangku bekerja, aksesku untuk mencari informasi sedikit terhalang. Aku ingin kau mencari tahu tentang kejadian 10 tahun lalu, tapi kali ini bukan ten
Kedai kopi itu tenang. Aroma biji kopi dan roti panggang menggantung di udara. Chloe duduk di sudut ruangan, mengamati keramaian di dekat stasiun dari balik dinding kaca. Pejalan kaki berjalan padat namun teratur, satu per satu keluar masuk stasiun.Tak lama, hujan turun perlahan-lahan. Gadis itu memeluk dirinya, merasakan cuaca dingin yang sedikit menusuk. Dia menarik napas, angannya jauh terbang pada Nash. Pria itu monster, dia membunuh Chloe pelan-pelan dengan semua siksaannya.Ada momen dimana Chloe ingin menyerah. Tapi jika dia melakukannya, bukankah apa yang diperjuangkannya sendirian selama 10 tahun ini akan sia-sia? Gadis itu memegang kepalanya, dia menggeleng.“Tidak akan! Aku tidak akan kalah, tidak dengan cara seperti ini.” Dia bergumam pada dirinya sendiri. “Apa pun yang terjadi, akan ku caritahu siapa wanita itu. Akan ku buktikan jika aku tak bersalah!”Chloe menguatkan dirinya. “Aku bisa!” katanya lagi. “Jika pria itu tak mampu, maka aku bisa menggantikannya!”“Kau baik-
Chloe tak mampu memahami tujuan hidupnya saat ini. Dia duduk menghadap jendela kaca, tatapannya kosong, pikirannya hampa. Chloe terhanyut pada saat-saat dimana dia terakhir kali merasakan kebahagiaan, 10 tahun lalu, sebelum kedua orang tuanya bunuh diri.Rasanya aneh ketika dia harus menjalani hidup yang tiba-tiba berbalik. Dia harus ditampung oleh paman dan bibinya selama setahun hingga kejadian pahit itu datang mengoyaknya, dan dia memutuskan pergi dari rumah mereka.Chloe tumbuh bersama Alex, hanya berdua selama bertahun-tahun. Gadis itu memutuskan untuk tidak kuliah demi kehidupan mereka, dan sebagai penebusan atas kegagalannya, dia bertekad untuk menguliahkan Alex sekuat tenaga.Dia pikir semuanya akan baik-baik saja, karena dia melakukan semuanya dengan tulus, mengorbankan semuanya sampai tetes keringat terakhirnya.Sampai Nash kembali muncul.Kepahitan, kegagalan, depresi, semuanya menyatu.Chloe tahu Nash salah paham padanya. Tapi yang tak habis pikir di benaknya adalah, kenap
Cahaya matahari menyusup lembut melalui tirai tebal. Chloe membuka matanya perlahan-lahan, mencoba mengumpulkan kesadaran yang terasa masih menguap. Tubuhnya masih terasa dingin dan dia lelah luar biasa, seperti baru keluar dari badai besar.Dia bergerak sedikit, matanya bertemu dengan sepasang mata Nash yang ternyata berdiri di sisi ranjang untuk mengamatinya.“Kau sudah sadar?”Chloe tahu, pria ini akan menghinanya lagi, menyebut ini semua drama. Dia menghela napasnya dalam-dalam. “Mmm,” gumamnya pendek.“Kau ingat apa yang terjadi denganmu?”Dia mengangguk. “Aku ketiduran di bawah shower.”Nash tertawa kecil, namun kali ini, nada tertawa itu malah terdengar putus asa alih-alih mengejek. “Kau tertidur? Tidak! Kau pingsan!”“Oh!” Kembali Chloe bergumam pendek.Nash mencoba menahan diri. Dia lama berdiri di sana, tidak berani beranjak dari sisi Chloe. Dia takut terjadi sesuatu pada Chloe kalau dia pergi selangkah saja. Chloe mengangkat wajahnya, menatap Nash dingin.“Kenapa kau di sin
Chloe mengunci pintu kamar mandi rapat-rapat. Ketika mereka kembali ke rumah, gadis itu langsung naik ke kamar tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Hati Chloe sakit bukan main. Dia tidak menyangka, selain tuduhan membunuh ibunya, Nash juga menganggapnya murahan.Tetes demi tetes air matanya mengalir. Dia menyalakan shower, duduk di lantai dengan kedua kaki ditekuk. Chloe memeluk dirinya sendiri, membiarkan air dingin membasahinya. Dia tidak tahu harus memulai dari mana untuk memutus rantai kesalahpahaman Nash terhadapnya.Chloe tahu, dia harus melakukan sesuatu. Nash semakin lama semakin menunjukkan sisi gilanya, dan Chloe tahu, jika dia tidak bergerak cepat, dia akan kehilangan nyawanya di tangan pria itu. Mungkin benar, inilah tujuan Nash, membuatnya menderita lalu mati pelan-pelan.Tapi hidup Chloe masih berharga, setidaknya untuk dirinya sendiri dan Alex!Chloe menengadah, di atas lemari gantung dia melihat kotak P3K. Dia berdiri pelan-pelan, membuka kotak itu dan menemukan satu bu
Chloe tiba di rumah, tapi dia tidak langsung masuk. Gadis itu duduk sendirian di halaman luas itu sambil memandangi langit yang kelam. Dia teringat pada Alex, pada ekspresi antusias adiknya itu saat bercerita tentang Nash.Dan detik berikutnya, Chloe ingat tentang bagaimana Nash memperlakukannya. Kejam, penuh perhitungan dan sedikit gila. Dia tidak masuk akal, semua yang dia lakukan pada Chloe tidak masuk akal.Gadis itu menyiupitkan mata, dia mengangkat tangan untuk menutupi wajahnya dari sinar lampu SUV Nash yang baru tiba di rumah. Dia segera berdiri, tapi Nash memanggilnya.“Apa yang kau lakukan di sini sendirian?”Chloe tidak menyahut. Nash mengamatinya, dari atas kepala hingga ke kakinya.“Kau jalan-jalan?” tanya Nash lagi.Dia mengangguk. “Hanya keluar sebentar bertemu Alex.”Nash mengetahui perubahan Chloe, gadis itu semakin pendiam dan hidup tanpa gairah. Ketika Chloe berbalik meninggalkannya, Nash menyusul dan menyejajarkan langkah mereka. Chloe tidak protes, dia tidak melan