Share

Bab 5

Author: Bun say
last update Last Updated: 2022-04-19 10:04:52

Bab 5

Makanan yang tersaji tidak lagi memberikan selera. Ternyata memang percuma aku menyiapkan makan siang untuk Mas Agung, nyatanya dia sama sekali tidak menghargai usahaku. Sia-sia saja. Padahal aku tengah mencoba berdamai dengan hatiku untuk belajar ikhlas menerima mereka.

Daripada mubazir, sayur sebanyak ini sebaiknya kumasukkan dalam mangkuk dan segera kubawa ke samping rumah untuk diberikan ke tetangga.

"Eh, Bu Indira. Tumben, ada apa nih?" Bu Yeti bertanya setelah mempersilahkanku duduk.

"Ini, Bu. Saya tadi masak agak banyak jadi sayang karena tidak kemakan," kujawab seraya menyerahkan mangkuk sayur dari tanganku.

"Oalah … makasih lho, kebetulan saya gak masak. Maklum tanggal tua." Wanita paruh baya itu tampak tersenyum senang. Lalu pergi ke dapur, san tak lama kemudian kembali lagi.

"Ya sudah, kalau begitu saya Permisi, Bu," pamitku, namun Bu Teti malah menahan tanganku.

"Eh, Bu Indira. Sebentar jangan pergi dulu, kita ngobrol sedikit bolehkan?" Keningku berkerut, namun kuturuti juga. Akhirnya aku duduk kembali karena tak enak hati jika langsung pulang kembali.

"Ada apa sih, Bu. Kelihatannya serius sekali,"  tanyaku penasaran.

"Jadi begini Bu. Maaf nih ya kalau saya ikut campur rumah tangga Bu Indira sama Pak Agung. Bukan maksud apa-apa, saya hanya kasihan ke Bu Indira karena selalu baik pada keluarga saya. Hanya saja tidak tahu harus dari mana mulai ngobrolnya."

"Kasihan, maksudnya?" sejujurnya aku tak mengerti dengan apa yang dikatakan Bu Teti ini.

"Ya selama ini kan Bu Indira nggak tahu kegiatan Pak Agung di belakang. Bu Indira banyak dibohongin juga, saya jadi gak enak mau ngomongnya, Bu." Kenapa dia berbelit-belit sih. Membuatku semakin penasaran saja.

"Coba ceritakan yang jelas, Bu," pintaku penuh harap dengan wajah serius.

"Ya, pokoknya tentang semua yang Pak Agung lakukan di belakang Ibu. Panjang ceritanya, dan lebih dari sekedar yang terjadi sekarang. Pokoknya Bu Indira hati-hati saja sama mereka, dan kalau bisa coba cari tahu lebih dalam tentang kelakuan mereka di belakang Bu Indira," tuturnya dengan wajah sulit diartikan.

"Mereka? Maksudnya siapa yang Ibu maksud?" Ditanya seperti ibu, Bu Yeti malah terlihat seperti orang bingung.

"Pokoknya semua orang sudah tahu, Bu. Mungkin cuma Bu Indira saja yang ketinggalan berita."

Aku menarik nafas panjang dan mencoba mencerna apa yang dimaksud orang di depanku ini. Jika memang seperti itu, sepertinya aku memang harus mencari lebih banyak tentang Mas Agung dan yang di sebut 'mereka' oleh Bu Yeti.

Aku pun memilih pulang karena merasa pusing dengan penjelasan wanita itu yang berbelit-belit.

Baru memasuki halaman rumah, aku dikejutkan dengan kedatangan motor besar yang pemiliknya menghadap padaku dengan wajah seram. 

"Mana Mas Agung, Indi?" Rupanya Doni yang datang. Kenapa lelaki itu bertanya perihal kakaknya padaku.

"Bukankah dia pulang ke rumah Ibu?" Aku balik bertanya. Doni tersenyum seperti mengejek, membuat keningku berkerut. Apa maksudnya itu.

Doni berlalu pergi lagi dengan motor besarnya tanpa basa-basi. Aku mengangkat bahu. Aneh. Kenapa dia bertanya padaku, padahal mereka tinggal di satu rumah.

*****

Tok tok! tok! 

Terdengar pintu depan diketuk dengan tidak sabar. Entah siapa yang melakukan. Dasar tidak punya sopan santun bertamu ke rumah orang seenaknya.

"Mbak, mana Mas Agung?" Barusaja pintu kubuka,  terlihat Yanti dan Zahra berdiri dengan pongah di depan pintu. Jangankan mengucap salam, bahkan tampangnya jauh dari kata ramah. Dua orang yang sama-sama menyebalkan.

"Kenapa kalian mencari Mas Agung kesini?" tanyaku heran, bukankah tadi pagi Mas Agung pulang untuk menemui istri mudanya ini. Lalu kenapa malah Zahra dan Yanti yang datang kesini. Dan dia tampak baik-baik saja tak seperti yang Mas Agung katakan tadi.

"Udah deh, Mbak. Aku tahu sekarang giliran Mas Agung bersama Mbak Indira. Tapi aku kan lagi hamil jadi ingin dekat dengan Mas Agung terus. Lagian ini juga bawaan bayi yang ingin dekat dengan bapaknya terus. Jadi Mbak nggak usah halangin Mas Agung untuk pulang ke rumah Yanti," cerocos Zahra panjang lebar. Dasar tidak tahu malu.

"Tapi itu bukan bayinya Mas Agung kan?! Jadi tahu dirilah sedikit. Untung saja suamiku masih mau menutupi aibmu." Kutekankan kata suamiku agar perempuan sombong di depanku ini sadar akan kedudukanya bukannya tinggi hati seperti orang yang tidak dididik oleh orang tuanya.

"Oh, sudah berani melawan ya sekarang. Tunggu sampai aku melaporkannya lada Mas Agung," kelakarnya penuh percaya diri.

Mungkin dia pikir aku takut padanya. Tidak sama sekali. Aku bukan wanita lemah yang mudah diintimidasi oleh wanita murahan macam si Zahra ini.

"Udah ah. Dimana Mas Agung sekarang, aku mau ketemu." Zahra menyenggol bahuku lalu bersama Yanti masuk ke dalam rumah tanpa permisi bahkan tanpa melepaskan alas kaki. Awas saja kalian, aku tak akan diam saja.

Yanti sendiri hanya mendelik tak suka, dan seperti biasa, tidak banyak bicara, selalu seperti itu padaku. Entah dendam apa padaku hingga selama ini sikapnya selalu buruk begitu.

Zahra berkeliling ruangan sambil berteriak memanggil mama Mas Agung, persis seperti orang kesurupan. Tentu saja dia takkan menemukannya di sini. Ingin tertawa tapi takut dosa.

"Mbak sembunyikan di mana Mas Agung?" Zahra bertanya dengan mukanya yang menyebalkan menurutku.

"Mas Agung bukan barang, aku tak bisa menyembunyikannya di lemari. Paham kamu? Sebaiknya kamu cari di tempat lain!"

"Awas ya, Mbak. Kalau kalau bohong, tanggung sendiri akibatnya!" tunjuknya tepat ke mukaku dengan wajah berang. Dasar bocah sinting, berani sekali dia macam-macam padaku. Disampingnya Yanti terus mendelik tak suka seakan ikut puas atas perlakuan Zahra seperti itu.

"Apa maksud kamu mengancamku?" Kuhentakkan tangannya yang masih menunjuk mukaku. Dasar tidak sopan.

"Mbak kan tak suka kalau Mas Agung menikahiku. Makanya Mbak berusaha untuk menjauhkan aku dari Mas Agung. Benar begitu kan, hm?"

Aku tersenyum kecut mendengar penuturannya. "Bukankah yang terjadi malah sebaliknya? Kamu yang berusaha menjauhkan Mas Agung dariku dengan rayuan murahanmu itu?!"

"Ka-kamu!!" Tangannya berayun tepat mengarah ke wajahku. Namun segera kutahan dan kuhempaskan, hingga Zahra hampir terjatuh. Untunglah langsung ditahan oleh Yanti di sebelahnya.

"Jangan berani-berani kau mengangkat tanganmu padaku. Karena aku bukan orang yang lemah seperti apa yang kamu pikirkan!! Camkan itu baik-baik!!" hardikku kasar dengan wajah berang 

"Awas ya kamu, Mbak. Aw!!" 

Zahra meringis sambil memegangi perutnya. Kenapa wanita itu. Dan entah apa maksudnya. Mungkin saja dia sedang berakting? Aku tidak tahu.

"Mbak aku tak akan diam begitu saja!!" Zahra kembali meringis sambil berpegangan pada Yanti.

"Sebaiknya kalian pergi dari sini sekarang juga?!!" usirku pada keduanya sambil melotot. Tak sudi lama-lama melihat tingkah kedua orang sinting itu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Nurli Eriza
tuh kan apa2 bingung nggak nyambung indura, pantasan dikibulin suami, otaknya nyambung
goodnovel comment avatar
Nurli Eriza
mmg pikiran indira cetek, nggak pernah mikir panjang, dikasih tahu org pun nggak bakalan nyambut ng, sikapnya aja bar- bar.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Terungkapnya Kebiasaan Buruk Suamiku   Bab 101

    Bab 101Setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit, keadaanku mulai sedikit membaik. Rasa nyeri di punggung tidak terlalu terasa sekarang. Meskipun masih tidak bisa bergerak bebas. Tapi karena perawatan yang maksimal, aku pun cepat pulih.Yuda juga semakin perhatian padaku. Pria itu setiap waktu selalu datang dan menjalankan kewajibannya. Pagi-pagi Yuda akan pulang ke rumah untuk mengurus anakku, siangnya mengurus pekerjaan hingga sore, dan malamnya dia akan menemani sambil bercerita tentang kesehariannya dalam mengurus bisnis kuliner miliknya, serta mengecek toko kue milikku. Sikapnya yang periang dan suka bercanda mampu membuatku tersenyum tiap waktu. Yuda juga kerap kali menceritakan apa saja kejadian yang lucu. Aku selalu tersenyum saat melihat kebahagiaan terpancar dari matanya. Rasa benci dan sakit hati yang sebelumnya hadir, sirna begitu saja, setelah mendengar pengakuan dan penjelasannya. Pria itu, benar-benar tidak bersalah dan dia sudah mengatakan semuanya. Dan aku per

  • Terungkapnya Kebiasaan Buruk Suamiku   Bab 100

    Bab 100Mini POV YudaKutatap layar ponsel yang terus-terusan menyala. Panggilan dan pesan terus masuk beruntun dari orang yang sama. Yanti.Entah harus dengan cara apalagi aku menghindari dan menjauhkan dia dari kehidupan kami. Langkahnya yang bersih tanpa jejak membuat pihak kepolisian kesulitan untuk menangkapnya. Kalaupun dia berhasil ditangkap, entah bagaimana caranya hingga wanita itu bisa berkeliaran dengan bebas di luar sana. Meski kuduga ada pihak dalam yang ikut serta membantunya kepergiannya. Bukan hanya saat di lapas, bahkan saat di rumah sakit saja dia bisa melarikan diri entah bagaimana caranya.Saat itu memang kebodohanku, yang mau saja bicara berdua dengannya. Setelah ayah dan ibunya terus meminta untuk datang ke rumah sakit. "Lepaskan Indira, Yuda. Ayo kita menikah. Aku akan menjadi wanita yang baik, dan akan kupastikan kamu lebih bahagia bersamaku.""Kau sudah gila. Sekian lama aku menunggunya dan sekarang hampir kudapatkan, jadi mana mungkin aku akan melepaskannya

  • Terungkapnya Kebiasaan Buruk Suamiku   Bab 99

    Bab 99Aku tertegun di tempatku. Tak menyangka dengan pesan yang kubaca barusan. Apakah Yanti sengaja melakukannya atau dia hanya menakut-nakutiku, karena dia masih belum rela jika Yuda sudah menikah denganku. Tapi jika dipikir-pikir, bukankah beberapa saat lalu pria yang sudah menjadi suamiku itu juga tengah berkirim pesan dengannya. Aneh."Apa yang kamu lihat?" Yuda mendekat dan mengambil alih ponselku. Keningnya langsung berkerut dan terlihat kesal setelah ikut membaca pesan yang masuk dari Yanti. Dari sini saja bisa kulihat jika pria itu ikut marah padanya."Kamu tidak mungkin percaya dengan apa yang dikatakan wanita itu, bukan?" ujarnya dengan wajah sendu. Sepasang manik coklat gelap itu memindai wajahku dengan seksama. Aku memilih duduk menyamping di tempat tidur sambil menunduk."Ayolah, Mbak. Jangan pernah percaya pada kata-kata yang belum jelas kebenarannya!" "Hari ini aku lelah sekali. Bisa tolong matikan lampunya?" ujarku sambil membelakanginya dan menutupi seluruh tubuhk

  • Terungkapnya Kebiasaan Buruk Suamiku   Bab 98

    Bab 98Akhirnya resepsi itu selesai juga, ketika waktu menunjukkan hampir tengah malam. Para undangan yang datang paling akhir didominasi oleh rekan satu profesi dan juga teman-teman Yuda. Dan mereka tampak mengobrol lama sekali.Adi, ibu dan keluarga yang lainnya sudah pulang tepat pukul sembilan malam tadi, mengingat putraku itu sudah merasa mengantuk dan tidak mau tinggal, meskipun Yuda mengatakan tidak masalah jika Adi ingin menginap di kamar yang sama dengan kami. Tapi tentu saja ibu dan yang lainnya melarang. Bahkan sebelumnya mereka semua menggodaku, dengan alasan tidak ingin diganggu, padahal itu tidak benar sama sekali. Lagipula pernikahan ini bukan karena mengejar nafsu yang itu.Aku terlebih dahulu masuk ke dalam kamar yang telah disiapkan sebelumnya. Ruangan ini sudah dipenuhi dengan hiasan serta taburan bunga mawar merah di atas tempat tidur juga dua handuk yang dibentuk seperti angsa dengan posisi saling menghadap. Aku menghela nafas berat, membayangkan apa yang terja

  • Terungkapnya Kebiasaan Buruk Suamiku   Bab 97

    Bab 97Yuda tampak gagah saat berdiri bersisian di sampingku dengan wajah bahagianya. Sesekali pria itu melirik ke arahku, tapi tetap kuabaikan. Meski aku tersenyum di depan para tamu, nyatanya ketika melihat sosok pria yang sekarang telah menjadi pendamping hidupku ini, hatiku kembali tersayat pedih.Bayangan bibir merahnya beradu dengan bibir Yanti waktu itu, terus membayang di pelupuk mata."Sepertinya kamu masih nggak percaya padaku, Indi." Pria itu berbisik tepat di telinga. Aku mengerjap sadar kala Yuda mengangsurkan air mineral. Kali ini dia tidak memanggil dengan sambutan 'Mbak' lagi. Mungkin karena sekarang aku telah resmi menjadi istri sah-nya.Meski sebenarnya hari ini tidak bisa kubayangkan. Betapa aku telah menikahi dengan seorang pria yang sebelumnya telah melakukan perbuatan yang menurutku sangat menjijikan itu dengan mantan adik iparku sendiri.Aku mengacuhkan perkataannya, saat para tamu undangan kembali mendekat ke arah kami. Memberi doa restu, sekaligus memberi sel

  • Terungkapnya Kebiasaan Buruk Suamiku   Bab 96

    Bab 96Akhirnya sampai pada di hari H. Pernikahan itu tetap digelar karena tak mungkin membatalkannya begitu saja. Mengingat undangan sudah dicetak, catering dan gedung serta pakaian khusus sudah dipersiapkan dengan baik. Maka atas permintaan keluarga besar Yuda dan Bu Dewi sendiri, mereka sengaja datang ke rumah untuk membujukku untuk melakukan kesepakatan."Aku setuju, tapi kumohon agar tidak bertemu dengan Yuda sampai hari H. Bahkan aku tak mau melihatnya di sekitar rumah dan tempat kerjaku. Aku perlu waktu untuk menata hatiku, walau bagaimanapun aku tidak siap bahkan untuk mendengar penjelasan serta permintaan maaf darinya," ucapku waktu itu pada mereka. Kulihat perubahan di wajah Bu Dewi yang sedikit terkejut. Mungkin tidak menyangka dengan permintaanku yang di luar nalar itu. Bagaimana mungkin aku akan menikahi pria itu, namun tidak ingin melihatnya sampai waktu yang ditentukan tiba.Bu Dewi mengangguk dan mencoba untuk memahami permintaanku."Aku tahu, mungkin kamu berat untu

  • Terungkapnya Kebiasaan Buruk Suamiku   Bab 95

    Bab 95Aku terus berlari melewati lorong demi lorong di rumah sakit yang bertingkat ini. Rasanya terasa sangat jauh sekali bahkan untuk sekedar ingin cepat sampai dan menginjakkan kaki ke lantai bawah. Sengaja aku tidak masuk ke dalam lift karena posisinya tertutup. Pasti akan sangat lama menunggu. Dan aku tak ingin berlama-lama di tempat itu, mengingat Yuda terus menyusul di belakang dengan suaranya yang membuatku tidak tahan.Aku tidak menyesali perbuatannya bersama dengan Yanti. Hanya saja kenapa aku mesti melihatnya dengan mata kepalaku sendiri. Adegan itu terlihat sangat menyakitkan. Bayang-bayang Mas Agung dan Zahra berkelebatan di pelupuk mata, ketika mereka berdua melakukan hal yang sama, persis di depan mataku. Saat aku melihat keburukannya di rumah ibu mertua, waktu pertama kali aku bertemu dengan pasangan selingkuh itu.Ya Tuhan, kenapa aku harus melihat adegan panas mereka berdua sekarang, tepat ketika pernikahanku bersama dengan Yuda sudah di depan mata."Mbak, tunggu Mb

  • Terungkapnya Kebiasaan Buruk Suamiku   Bab 94

    Bab 94Masuk ke salah satu rumah sakit terbesar di tempat ini. Aku mengikuti jejak langkah Yuda yang berjalan di depanku, menuju ke sebuah tempat informasi pasien. Setelah mendapat petunjuk, kami langsung melewati lorong dan naik beberapa lantai ke atas."Kamu yakin masih mau ikut?" Aku mengangguk siap. Butuh sedikit usaha tadi, agar Yuda mau membawaku ke tempat ini."Jangan cemburu jika nanti wanita itu mengatakan apa-apa padaku, ya. Karena aku sudah mengingatkanmu.""Sebagai calon istrimu, aku harus menjaga calon suamiku dengan baik. Aku nggak bisa janji. Jika nanti Yanti berbuat macam-macam padamu, tentu saja aku akan membalasnya. Aku tidak akan memperdulikan meskipun dia mantan adik iparku, karena dia pun sudah mencoba menyakitiku berulang kali. Dan kali ini, aku tidak bisa membiarkannya lagi!"Yuda mengusap kepalaku sambil tersenyum simpul. "Kamu harus banyak bersabar dan menahan amarahmu, jika tidak, maka bukannya tenang malah Yanti akan semakin dendam kepadamu.""Dan dia sudah

  • Terungkapnya Kebiasaan Buruk Suamiku   Bab 93

    Bab 93[Mbak, kamu harus hati-hati karena Yanti bunuh diri di penjara dengan cara mengiris urat nadinya. Perempuan itu berada di rumah sakit sekarang. Dan bukan tidak mungkin dia akan kabur mengingat dia memiliki seseorang yang selalu mendukung rencana jahatnya.]Kutatap pesan dari Zahra barusan dengan mata mengerjap tak percaya. Wanita sekasar dan seegois Yanti berani melakukan tindakan bunuh diri. Benar-benar tidak dapat kupercaya.Pesan itu langsung aku kirimkan kepada Yuda yang seketika berubah menjadi centang biru, tanda pria itu telah membuka pesanku. Tak lama kemudian, terlihat ketikan di layar paling atas, dan seketika menampilkan pesan balasan darinya.[Kalau begitu kamu harus berhati-hati, Mbak. Jangan bepergian kemanapun tanpa seizinku. Jika pun ada kepentingan mendesak, atau kamu harus pergi ke toko, maka aku sendiri yang akan mengantarmu.] Aku tersenyum tenang. Cukup lega mendengar sarannya. Pria itu memang sangat bertanggung jawab dan sepenuh hati memperhatikanku.Kusim

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status