Share

Bab 5: Tantangan detektif.

"Tidak usah ikut campur, Dokter." Misa berucap dingin. 

Perkataan gadis itu membuat Henry baru menyadari kalau jas labnya belum dilepas setelah ia ke rumah sakit tadi. Sekarang ia tampak seperti seorang dokter sejati. 

"Hey, Nyonya. Tuan Littlejohn ini juga seorang detektif. Kau tidak mengenalnya?" ujar Dale dengan nada malas. 

Misa berjengit, lantas ia membenarkan posisi berdirinya yang terlihat agak sombong dan tidak sopan. Misa berdeham kencang seraya melirik tajam Henry yang kikuk. Sebetulnya Misa mengetahui siapa itu Henry Littlejohn tetapi ia pikir Henry Littlejohn ini hanyalah seorang detektif baru yang ketenarannya langsung melejit tinggi setelah menuntaskan kasus pertamanya dua tahun silam. Dan sebetulnya juga, Misa amat membencinya karena banyak orang-orang yang menyukainya sebab visualnya yang terbilang bak berlian dibandingkan dengan kinerjanya sebagai detektif baru. Karena itu Misa tidak tertarik ataupun ingin melihat bagaimana sosoknya barang sekali pun. Tapi sekarang, mereka malah berjumpa.

"Biasa saja ternyata," Misa bermonolog pelan. 

Henry yang mendengar ucapan tersebut menaikkan sebelah alis.

"Mr. Littlejohn yang sempurna dan terhormat, bisakah kau tidak mencampuri urusanku." Ekspresi lembut dibuat-buatnya terpaksa ia gunakan demi mengenyahkan si Detektif Populer itu dari hadapannya secepat mungkin agar dapat bekerja sedikit lebih tenang—hanya sedikit, karena dirinya sendiri pun bukan orang yang tenang.

"Apa bocah pendek itu mengusirku?" bisik Henry pada Dale dengan suara normal yang dapat didengar siapa pun.

Misa memberengut kesal, lalu mulai mengentakkan kaki dan berbicara lantang membuat seisi kantor polisi bergema oleh suaranya; semua mata-mata itu terfokus pada Misa, Henry, dan Dale yang sama terkejutnya dengan yang lain.

"Siapa yang kaupanggil bocah pendek dasar Pak Tua aneh, menyebalkan, jelek!" 

Henry melarikan diri dan bersembunyi di belakang tubuh besar dan jangkungnya Osvard. Namun Misa tidak kenal takut, gadis itu mulai mengejar Henry ke seluruh penjuru kantor polisi. 

Osvard menggeleng-gelengkan kepala. "Kantorku bukan tempat taman bermain, dasar anak-anak," ujar Osvard seperti orang tua yang menasihati anak-anaknya.

"Wah, Osvard. Akhirnya kau menyadari usia tuamu," sahut Henry.

Osvard menatap datar Henry. "Nak, pukul saja lelaki gila itu," ucapnya pada Misa. Dan dilaksanakan dengan sepenuh hati oleh Misa.

Henry melotot tidak percaya Osvard malah berpihak pada si bocah pendek yang bersumbu pendek pula. Ia memohon-mohon pertolongan pada Osvard saat Misa telah melayangkan satu pukulan di bokongnya tetapi Osvard merajuk, tidak menghiraukan racauan Henry yang sangat berisik seperti anak kecil cengeng. Osvard menikmati kerusuhan kedua anak TK tersebut sambil mengisap sebatang rokok yang merupakan rokok terakhirnya minggu ini. 

"Kau ini perempuan macam apa, sih? Mengerikan sekali."

Misa tidak menjawab, ia membuang muka sambil merapikan rambut-kemerahan-sebahunya yang kusut akibat berlarian selama tujuh menit mengejar Pak Tua pecicilan itu lalu duduk di salah satu kursi kosong di sebelah Osvard.

"Aku benar-benar tidak habis pikir dia si detektif sekaligus dokter yang terkenal itu," ujar Misa menyindir.

"Aku juga. Aku juga." Osvard menyetujui.

"Hey?!" serunya tak terima.

Henry mendudukkan bokongnya di atas meja dengan satu kaki diletakkan di kaki satunya dan menyilangkan tangannya. "Akan kubuktikan aku ini detektif profesional," ucap Henry penuh percaya diri. 

 Osvard dan Misa saling tatap lalu mengedikkan bahu mereka.

"Aku menantangmu." Misa berucap.

Posisi Henry tidak berubah, sambil menatap Misa, Henry memasang wajah menantangnya tanpa rasa gusar sedikit pun dan malah terkesan menyebalkan. 

"Aku menantangmu... untuk mengungkap kasus keluarga Brown." Misa menatap lurus ke dalam mata Henry.

Henry mengerutkan kening, "Maksudmu kasus yang sedang kautangani sekarang? Kau ingin aku menyelesaikannya?"

Osvard menyela, "Maksudnya dia ingin kau membantunya. Ke mana perginya kepekaanmu yang tajam itu?"

"Aku mengerti! Aku mengerti! Kepekaanku tidak akan pernah tumpul dan selalu kuasah, kau tahu?" tangkisnya cepat.

"Berikan aku alasan untuk menerima tantanganmu itu," lanjut Henry.

"Kau sendiri kan yang bilang ingin membuktikan kehebatanmu? Dasar aneh."

Henry memajukan wajahnya pada Misa. "Oh, kau sedang menjebakku, ya?"

Misa merotasikan matanya, geram dengan Henry yang terus-menerus menjailinya. Sedetik kemudian Misa berdiri dan mulai melangkah ke luar kantor Osvard. 

"Terserahmu saja, Tuan Detektif Populer. Jangan pernah muncul lagi di hadapanku," ucap Misa mutlak. Setelahnya Misa membanting pintu hingga lukisan-lukisan di dinding bergoyang acak.

"Kenapa dia kuat sekali? Apa dia keturunan iblis?" heran Henry.

"Aku masih bisa mendengar itu!" teriak Misa dari luar ruangan.

Osvard menyeletuk, "Bukan. Dia itu penyihir. Dan kau sudah membuat penyihir marah. Siap-siap saja kau akan dikutuk olehnya. Jangan salahkan aku. Aku masih ingin menikah dan bahagia."

Henry tetap merinding meskipun tahu jika Osvard sedang bergurau dan mengada-mengada. Namun aura Misa memang tidak biasa.

"Dan aku akan mematahkan kutukan itu dan akan menjinakkan penyihir jahat itu menjadi penyihir baik. Meskipun dia masih tetap menjadi seorang penyihir, sih," gumamnya pelan. 

"Dia penyihir bukan binatang buas, Littlejohn." Osvard membenarkan.

"Itu terdengar sama saja di telingaku," ucapnya sebelum melenggang pergi.

Alih-alih demikian, Henry merasa penyihir itu telah merapalkan mantra sebelum siapa pun menyadarinya. Dan Henry tidak terlalu cekatan untuk menangkal, sehingga mantra tersebut berhasil menguasainya. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status