Share

Bab 6: Selamat malam.

Misa berteriak ketika mendapati Henry muncul; menempel pada kaca mobilnya secara gaib.

"Kau!"

Henry melambaikan tangannya dari luar kaca mobil. Memberikan isyarat pada Misa untuk menurunkan kaca mobilnya. Dan dengan amat sangat terpaksa Misa menurunkannya.

"Bicaralah cepat! Aku tidak tahan melihat wajah busukmu itu lebih lama lagi."

"Astaga, kau memang pandai memuji. Tolong turunkan sedikit lagi agar suaraku dapat terdengar jelas," Henry meminta tapi tak langsung dikabulkan. Gadis Asia itu malah menggertaknya.

"Aku tidak tuli, bodoh."

Henry tertawa. "Buka dulu sedikit...."

Dengan enggan Misa menurunkan lagi kacanya, hanya sedikit. Sedetik kemudian, tangan kurus Henry masuk dan bergerak lihai mencoba untuk membuka kunci pintu mobil dari dalam. Sebelum Misa memaki, Henry telah berhasil membuka pintu mobil Misa dan duduk di kursi penumpang.

"Gila! Aku bisa gila!"

"Tenanglah, kau tidak akan terlalu gila selama aku ada di dekatmu," ujar Henry.

"Kaulah yang menyebabkanku gila! Cepatlah keluar sekarang juga dari mobilku." Misa berusaha mendorong Henry keluar. Dengan kedua tangan kuatnya lalu dengan kakinya yang tak kalah kuat. 

Henry merintih. "Kau ini makan apa, sih? Kuat sekali."

"Aku mantan ketua klub karate, asal kautahu."

Sekarang Henry tidak lagi kebingungan dengan segala kelakuan bar-bar dan kekuatannya yang seperti herkules itu. Dan Henry juga jadi dapat lebih waspada jika saja Misa ingin memukulnya, agar tidak ada tulang yang patah atau muncul lebam pada tubuh berharganya. 

"Informasi yang bagus. Sekarang biarkan aku berbicara."

Misa berhenti memukuli Henry barang sebentar. 

"Aku memutuskan untuk membantumu."

Hening.

Misa belum juga memberikan reaksi apa pun terhadap pernyataannya. Henry sudah menahan senyuman di wajahnya selama satu menit, ia tidak mungkin akan bertahan lama dalam keadaan seperti itu. Dan menyerahlah ia pada Misa.

"Kenapa kau tidak bereaksi sama sekali?!" geramnya sambil mengepalkan kedua tangannya. Tapi kembali mengurungkan niatnya karena Misa pun mulai akan melayangkan pukulan kuatnya lagi padanya.

Misa mengembuskan napas berat dan menyandarkan tubuhnya di sandaran jok mobil.

"Baiklah," final Misa.

"Hanya itu reaksimu?"

"Memangnya kau menginginkan aku berekspresi seperti apa? Memujimu? Berterima kasih padamu? Jangan bermimpi."

Misa ini begitu keras kepala dan angkuh. Ia seperti melihat dirinya sendiri dalam diri Misa, namun versi perempuan. Kalau begini jadinya, dua orang yang memiliki kepribadian sama disatukan untuk bekerja sama dalam sebuah misi, apa yang mungkin akan terjadi ke depannya?

"Nah, sekarang tunggu apa lagi? Cepat keluar dari mobilku!" Ia kembali mendorong tubuh Henry dengan kekuatan penuh. Pintu mobil akhirnya terbuka, Misa memelankan dorongannya tetapi kesempatan itu Henry manfaatkan sehingga ia dapat kembali membenarkan posisi duduknya dan mengunci pintu mobilnya Misa.

"Apa maumu sebenarnya?" Mata Misa berapi-api.

"Wow, tenang oke, tenang..." ucapnya seolah betulan menenangkan binatang buas yang kumat. "Bisa kauantarkan aku pulang?"

Misa berusaha agar tidak muntah melihat Henry memelas bak anak anjing saat ini. "Amit-amit...." rapalnya.

"Berhenti menatapku seperti itu, sialan." Misa mengutuk.

Mesin mobil menyala. Senyum Henry semakin mengembang saat Misa benar mengantarkannya pulang. Sepanjang perjalanan tubuh Misa seakan gatal-gatal tertempel ulat bulu (Henry). 

"Hentikan senyuman bodohmu itu. Menyeramkan sekali."

"Aku hanya tersenyum?"

"Ya. Saat kau tersenyum benar-benar terlihat seperti dokter psikopat gila."

Henry mendengus, "Biar kukatakan sekali lagi. Kau memang pandai memuji seseorang."

"Baguslah kau menganggapnya sebagai pujian. Akan kupuji kau lebih dari itu di masa depan," balasnya.

"Oh, jadi kau berencana menghabiskan waktumu lebih lama lagi bersamaku?" timpal Henry.

Sebelah tangan Misa melepas setir dan mencoba menonjok wajah mendongkolkan Henry sampai rasa kesalnya tersalurkan. 

"Turun kau sekarang juga, turun!"

"Maafkan aku, maafkan aku!" Gaya menyetir Misa yang agak ugal-ugalan ditambah dia menyetir dengan hanya menggunakan satu tangannya sukses membuat Henry senam jantung. Namun jika dipikir-pikir boleh juga untuk percobaan bunuh diri.

Misa mulai sedikit lebih tenang setelah berhasil melayangkan satu tonjokan di pipi Henry meski ia tahu itu belum seberapa. 

"Kau tahu, kau menyetir dengan sangat keren," puji Henry jujur.

"Tidak usah mengejekku."

Setelahnya, entah angin dari mana, Henry mengawali perbincangan ke topik yang lebih serius.

"Apa saja informasi yang kauketahui tentang keluarga Brown?"

"Banyak. Aku bahkan telah mengetahui kalau mereka korupsi, memakan uang rakyat untuk kepuasan pribadi dan berhubungan dekat dengan komplotan para pebisnis di pasar gelap." Misa menjelaskan singkat.

"Bagaimana dengan buktinya?"

Misa membuka map cokelat yang merupakan tempat khusus menyimpan bukti-bukti ia memata-matai keluarga Brown selama setahun.

"Banyak foto-foto yang kuambil saatku menjalani aksiku. Padahal terlihat jelas mereka tengah melakukan hal-hal mencurigakan di dalam foto-foto itu. Terutama saat mereka tidak sedang melakukan kegiatan yang tidak ada hubungannya dengan pemerintahan. Seperti: pertemuan-pertemuan dengan orang-orang aneh, atau yang begitu kentara dari semuanya adalah keluarga serta rekan-rekannya. Mereka semua misterius. Aku sudah mengambil data-data beberapa dari mereka dibantu oleh partner-ku, namun tidak sebanyak itu yang kudapatkan sebagai bukti kuat."

Henry memeriksa beberapa lembar cetakan foto Logan Brown maupun istrinya, Caroline Brown. Mereka berdua adalah pasangan yang sangat terkenal, keduanya juga merupakan seorang pejabat dan merupakan salah satu orang terkaya di Westminster. 

"Susah sekali mendapatkan banyak kepercayaan dari orang-orang. Relasi mereka lebih kuat dibandingkan aku yang bekerja hanya berdua dengan temanku. Benar-benar tidak adil."

Henry bersuara, "Bukti ini belum cukup kuat untuk orang penting seperti mereka. Pantas saja kau dicampakkan oleh Dale."

"Aku sudah bekerja keras, polisi itu saja yang pemalas. Akan kuadukan pada Osvard kalau dia makan gaji buta, jika sampai seminggu ini kasus Brown tidak mereka tanggapi sama sekali."

Henry meringis membayangkan nasib Dale di minggu selanjutnya. Lalu, pandangannya jatuh pada sobekan koran yang terlihat cukup kotor dan usang memberitakan pada tanggal 27 Desember 2009, tepat saat perayaan pertama kali dibukanya gedung apartemen Wood di Belgrave Road yang merupakan apartemen milik keluarga Brown. Apartemen tersebut banyak diketahui khalayak karena harganya selangit dan rata-rata penghuninya adalah: para pejabat, termasuk rekan-rekannya, orang-orang kaya, dan beberapa keluarganya.

"Sejauh ini siapa di antara para penghuni yang paling dekat dengan kediaman Brown?" tanya Henry.

"Arthur. Keluarga Arthur," jawabnya. "Mereka tinggal tepat di sebelah keluarga Brown tinggal. Nomor apartemen 236 dan 237. Aku sudah memata-matainya selama setahun, tapi ada banyak kejanggalan dalam setiap informasi yang kudapatkan," lanjut Misa.

"Kejanggalan seperti apa yang kaumaksud?" 

Misa mengingat informasi-informasi yang tidak secara detail ia masukkan ke dalam bukti karena belum cukup meyakinkan. "Sikap dan kebiasaan mereka, antara keluarga Arthur dengan keluarga Brown maksudku, mereka terlihat... akting? Aku tidak yakin. Lalu tempat tinggal Logan dan Coraline Brown, sudah berkali-kali aku mendapati mereka tidak pernah mendiami apartemen mereka dalam waktu yang lama, dan pada saat tetangga bertanya pada keluarganya yang tinggal di sana, mereka tidak tahu. Tapi saat mereka bertanya pada keluarga Arthur, Mr & Mrs Arthur memberikan jawaban berupa alasan..."

"Yang berarti mereka tahu sesuatu tentang Logan dan Coraline Brown. Dan biar kutebak, alasan berulang dan penuh kebohongan?" sela Henry.

"Ya, benar."

Misa menurunkan kaca mobilnya memastikan rumah bak sebuah mansion itu adalah tempat tinggal Henry.

"Wah sudah sampai ya." Aura seriusnya melebur seketika.

Misa heran, siapa yang ingin menampung orang aneh seperti Henry Littlejohn?

"Terima kasih untuk tumpangannya!"

"Cepatlah keluar dari mobilku kalau begitu!"

Kali ini Henry menurut, "Edogawa-san, boleh kupinjam map ini?"

Bulu kuduk Misa berdiri sempurna. "Panggil aku Misa saja! Kita tidak sedang berada di Jepang! Dan kau sama sekali tidak cocok menggunakan aksen itu! Bikin takut saja."

Henry tertawa kencang, "Akan kukembalikan secepatnya."

"Ya, bawa saja. Temui aku di kantor Osvard besok sore. Map itu jangan sampai tertinggal kita akan mendiskusikan tentang kasus Brown."

"Boleh kuajak partnerku?" Henry bertanya.

"Asalkan dia berguna. Aku akan mengajak partnerku juga nanti."

Misa mulai menyalakan mesin mobilnya.

"Malam Tuan Detektif Populer."

"Malam Misa."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status