Home / Romansa / Tesis Filantropis / Bab 6: Selamat malam.

Share

Bab 6: Selamat malam.

Author: snylees
last update Last Updated: 2022-01-16 17:46:40

Misa berteriak ketika mendapati Henry muncul; menempel pada kaca mobilnya secara gaib.

"Kau!"

Henry melambaikan tangannya dari luar kaca mobil. Memberikan isyarat pada Misa untuk menurunkan kaca mobilnya. Dan dengan amat sangat terpaksa Misa menurunkannya.

"Bicaralah cepat! Aku tidak tahan melihat wajah busukmu itu lebih lama lagi."

"Astaga, kau memang pandai memuji. Tolong turunkan sedikit lagi agar suaraku dapat terdengar jelas," Henry meminta tapi tak langsung dikabulkan. Gadis Asia itu malah menggertaknya.

"Aku tidak tuli, bodoh."

Henry tertawa. "Buka dulu sedikit...."

Dengan enggan Misa menurunkan lagi kacanya, hanya sedikit. Sedetik kemudian, tangan kurus Henry masuk dan bergerak lihai mencoba untuk membuka kunci pintu mobil dari dalam. Sebelum Misa memaki, Henry telah berhasil membuka pintu mobil Misa dan duduk di kursi penumpang.

"Gila! Aku bisa gila!"

"Tenanglah, kau tidak akan terlalu gila selama aku ada di dekatmu," ujar Henry.

"Kaulah yang menyebabkanku gila! Cepatlah keluar sekarang juga dari mobilku." Misa berusaha mendorong Henry keluar. Dengan kedua tangan kuatnya lalu dengan kakinya yang tak kalah kuat. 

Henry merintih. "Kau ini makan apa, sih? Kuat sekali."

"Aku mantan ketua klub karate, asal kautahu."

Sekarang Henry tidak lagi kebingungan dengan segala kelakuan bar-bar dan kekuatannya yang seperti herkules itu. Dan Henry juga jadi dapat lebih waspada jika saja Misa ingin memukulnya, agar tidak ada tulang yang patah atau muncul lebam pada tubuh berharganya. 

"Informasi yang bagus. Sekarang biarkan aku berbicara."

Misa berhenti memukuli Henry barang sebentar. 

"Aku memutuskan untuk membantumu."

Hening.

Misa belum juga memberikan reaksi apa pun terhadap pernyataannya. Henry sudah menahan senyuman di wajahnya selama satu menit, ia tidak mungkin akan bertahan lama dalam keadaan seperti itu. Dan menyerahlah ia pada Misa.

"Kenapa kau tidak bereaksi sama sekali?!" geramnya sambil mengepalkan kedua tangannya. Tapi kembali mengurungkan niatnya karena Misa pun mulai akan melayangkan pukulan kuatnya lagi padanya.

Misa mengembuskan napas berat dan menyandarkan tubuhnya di sandaran jok mobil.

"Baiklah," final Misa.

"Hanya itu reaksimu?"

"Memangnya kau menginginkan aku berekspresi seperti apa? Memujimu? Berterima kasih padamu? Jangan bermimpi."

Misa ini begitu keras kepala dan angkuh. Ia seperti melihat dirinya sendiri dalam diri Misa, namun versi perempuan. Kalau begini jadinya, dua orang yang memiliki kepribadian sama disatukan untuk bekerja sama dalam sebuah misi, apa yang mungkin akan terjadi ke depannya?

"Nah, sekarang tunggu apa lagi? Cepat keluar dari mobilku!" Ia kembali mendorong tubuh Henry dengan kekuatan penuh. Pintu mobil akhirnya terbuka, Misa memelankan dorongannya tetapi kesempatan itu Henry manfaatkan sehingga ia dapat kembali membenarkan posisi duduknya dan mengunci pintu mobilnya Misa.

"Apa maumu sebenarnya?" Mata Misa berapi-api.

"Wow, tenang oke, tenang..." ucapnya seolah betulan menenangkan binatang buas yang kumat. "Bisa kauantarkan aku pulang?"

Misa berusaha agar tidak muntah melihat Henry memelas bak anak anjing saat ini. "Amit-amit...." rapalnya.

"Berhenti menatapku seperti itu, sialan." Misa mengutuk.

Mesin mobil menyala. Senyum Henry semakin mengembang saat Misa benar mengantarkannya pulang. Sepanjang perjalanan tubuh Misa seakan gatal-gatal tertempel ulat bulu (Henry). 

"Hentikan senyuman bodohmu itu. Menyeramkan sekali."

"Aku hanya tersenyum?"

"Ya. Saat kau tersenyum benar-benar terlihat seperti dokter psikopat gila."

Henry mendengus, "Biar kukatakan sekali lagi. Kau memang pandai memuji seseorang."

"Baguslah kau menganggapnya sebagai pujian. Akan kupuji kau lebih dari itu di masa depan," balasnya.

"Oh, jadi kau berencana menghabiskan waktumu lebih lama lagi bersamaku?" timpal Henry.

Sebelah tangan Misa melepas setir dan mencoba menonjok wajah mendongkolkan Henry sampai rasa kesalnya tersalurkan. 

"Turun kau sekarang juga, turun!"

"Maafkan aku, maafkan aku!" Gaya menyetir Misa yang agak ugal-ugalan ditambah dia menyetir dengan hanya menggunakan satu tangannya sukses membuat Henry senam jantung. Namun jika dipikir-pikir boleh juga untuk percobaan bunuh diri.

Misa mulai sedikit lebih tenang setelah berhasil melayangkan satu tonjokan di pipi Henry meski ia tahu itu belum seberapa. 

"Kau tahu, kau menyetir dengan sangat keren," puji Henry jujur.

"Tidak usah mengejekku."

Setelahnya, entah angin dari mana, Henry mengawali perbincangan ke topik yang lebih serius.

"Apa saja informasi yang kauketahui tentang keluarga Brown?"

"Banyak. Aku bahkan telah mengetahui kalau mereka korupsi, memakan uang rakyat untuk kepuasan pribadi dan berhubungan dekat dengan komplotan para pebisnis di pasar gelap." Misa menjelaskan singkat.

"Bagaimana dengan buktinya?"

Misa membuka map cokelat yang merupakan tempat khusus menyimpan bukti-bukti ia memata-matai keluarga Brown selama setahun.

"Banyak foto-foto yang kuambil saatku menjalani aksiku. Padahal terlihat jelas mereka tengah melakukan hal-hal mencurigakan di dalam foto-foto itu. Terutama saat mereka tidak sedang melakukan kegiatan yang tidak ada hubungannya dengan pemerintahan. Seperti: pertemuan-pertemuan dengan orang-orang aneh, atau yang begitu kentara dari semuanya adalah keluarga serta rekan-rekannya. Mereka semua misterius. Aku sudah mengambil data-data beberapa dari mereka dibantu oleh partner-ku, namun tidak sebanyak itu yang kudapatkan sebagai bukti kuat."

Henry memeriksa beberapa lembar cetakan foto Logan Brown maupun istrinya, Caroline Brown. Mereka berdua adalah pasangan yang sangat terkenal, keduanya juga merupakan seorang pejabat dan merupakan salah satu orang terkaya di Westminster. 

"Susah sekali mendapatkan banyak kepercayaan dari orang-orang. Relasi mereka lebih kuat dibandingkan aku yang bekerja hanya berdua dengan temanku. Benar-benar tidak adil."

Henry bersuara, "Bukti ini belum cukup kuat untuk orang penting seperti mereka. Pantas saja kau dicampakkan oleh Dale."

"Aku sudah bekerja keras, polisi itu saja yang pemalas. Akan kuadukan pada Osvard kalau dia makan gaji buta, jika sampai seminggu ini kasus Brown tidak mereka tanggapi sama sekali."

Henry meringis membayangkan nasib Dale di minggu selanjutnya. Lalu, pandangannya jatuh pada sobekan koran yang terlihat cukup kotor dan usang memberitakan pada tanggal 27 Desember 2009, tepat saat perayaan pertama kali dibukanya gedung apartemen Wood di Belgrave Road yang merupakan apartemen milik keluarga Brown. Apartemen tersebut banyak diketahui khalayak karena harganya selangit dan rata-rata penghuninya adalah: para pejabat, termasuk rekan-rekannya, orang-orang kaya, dan beberapa keluarganya.

"Sejauh ini siapa di antara para penghuni yang paling dekat dengan kediaman Brown?" tanya Henry.

"Arthur. Keluarga Arthur," jawabnya. "Mereka tinggal tepat di sebelah keluarga Brown tinggal. Nomor apartemen 236 dan 237. Aku sudah memata-matainya selama setahun, tapi ada banyak kejanggalan dalam setiap informasi yang kudapatkan," lanjut Misa.

"Kejanggalan seperti apa yang kaumaksud?" 

Misa mengingat informasi-informasi yang tidak secara detail ia masukkan ke dalam bukti karena belum cukup meyakinkan. "Sikap dan kebiasaan mereka, antara keluarga Arthur dengan keluarga Brown maksudku, mereka terlihat... akting? Aku tidak yakin. Lalu tempat tinggal Logan dan Coraline Brown, sudah berkali-kali aku mendapati mereka tidak pernah mendiami apartemen mereka dalam waktu yang lama, dan pada saat tetangga bertanya pada keluarganya yang tinggal di sana, mereka tidak tahu. Tapi saat mereka bertanya pada keluarga Arthur, Mr & Mrs Arthur memberikan jawaban berupa alasan..."

"Yang berarti mereka tahu sesuatu tentang Logan dan Coraline Brown. Dan biar kutebak, alasan berulang dan penuh kebohongan?" sela Henry.

"Ya, benar."

Misa menurunkan kaca mobilnya memastikan rumah bak sebuah mansion itu adalah tempat tinggal Henry.

"Wah sudah sampai ya." Aura seriusnya melebur seketika.

Misa heran, siapa yang ingin menampung orang aneh seperti Henry Littlejohn?

"Terima kasih untuk tumpangannya!"

"Cepatlah keluar dari mobilku kalau begitu!"

Kali ini Henry menurut, "Edogawa-san, boleh kupinjam map ini?"

Bulu kuduk Misa berdiri sempurna. "Panggil aku Misa saja! Kita tidak sedang berada di Jepang! Dan kau sama sekali tidak cocok menggunakan aksen itu! Bikin takut saja."

Henry tertawa kencang, "Akan kukembalikan secepatnya."

"Ya, bawa saja. Temui aku di kantor Osvard besok sore. Map itu jangan sampai tertinggal kita akan mendiskusikan tentang kasus Brown."

"Boleh kuajak partnerku?" Henry bertanya.

"Asalkan dia berguna. Aku akan mengajak partnerku juga nanti."

Misa mulai menyalakan mesin mobilnya.

"Malam Tuan Detektif Populer."

"Malam Misa."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Tesis Filantropis   Bab 35: 9 tahun lalu.

    "Sembilan tahun yang lalu, saat itu Whitelaw masihlah dokter magang, bukan seperti yang sekarang. Whitelaw adalah nama yang digunakannya selama bekerja di sini, dan mungkin dia mengubah panggilannya setelah keluar dari rumah sakit ini. Whitelaw adalah seorang yang pekerja keras dan penggila kesempurnaan. Lalu, mengapa saya tahu itu semua? Karena saya adalah teman satu universitasnya dulu. Saya dan Whitelaw dulu adalah teman baik..."Henry terus mendengarkan tanpa berniat bertanya.Dr. Norman melanjutkan, "Tetapi semenjak Whitelaw gagal lulus sesuai rencananya, dia mulai agak sedikit berubah. Kala itu, memang sesuatu yang tak dapat diduga. Dia harus mengulang. Saya terus memberinya dukungan sebagai seorang teman. Awalnya, Whitelaw menanggapi tapi lama-kelamaan—semenjak saya lulus lebih dulu—dia mengubah kami menjad

  • Tesis Filantropis   Bab 34: Mengetahui siapa itu Whitelaw.

    "Sally! Sally!" Henry melesat masuk begitu saja ke dalam ruang kearsipan, di depan Sally dia langsung menghentikan langkah dan menatapnya heran sebab wanita umur tiga puluhan itu tidak membentaknya seperti yang biasa wanita itu lakukan.Sally menoleh padanya, di sebelah kiri pipinya terlihat membengkak, Henry menyimpulkan bahwa alasan di balik Sally yang pendiam hari ini adalah karena sakit gigi. Ia tidak mengerti apa yang hendak wanita itu isyaratkan padanya melalui sorot matanya yang tajam, tapi jika ditebak-tebak pasti tak jauh dari 'jangan berisik' atau 'pergilah' yang ingin dikatakannya. Lantas Henry hanya mengangguk-angguk meski tidak paham apa yang dikatakan Sally, karena wanita itu kini tengah berusaha berbicara tetapi kesulitan akibat giginya yang sakit.'Ya, ya. Aku tahu gigimu sedang sakit, maaf karena telah membuat keributan tiba-tiba...," ucap Henry.Sally bergumam tidak jelas lagi."Sudahkah kau pergi ke dokter gigi d

  • Tesis Filantropis   Bab 33: Bantuan Mr. Robert.

    Singkat cerita mengenai Henry dan Misa yang membantu Kent berbenah toko peralatan kantor milik pamannya sejak matahari baru memunculkan diri. Karena rencana mereka agar toko milik paman Kent ini akan selesai pada jam bukanya atau jam 11 pagi. Tapi Henry buru-buru menolak hal tersebut dan menambahkan syarat pada perjanjian: bahwa mereka takkan bersedia membantu Kent membereskan toko jika Kent tidak ikut bersama mereka menjenguk pamannya. Bagaimanapun juga Kent masih tetap tahanannya, dan Kent bisa melakukan apa pun untuk mengelabuinya. Kent yang sudah terlalu lengah pada akhirnya menuruti kemauan Henry. Dia bingung harus melakukan apa agar dirinya dapat terlepas dari prasangka sang Detektif. Pun si teman Detektif yang merupakan seorang detektif juga tidak berniat mempercayainya. Maka dari itu, Kent lebih memilih bergerak gesit agar semuanya dapat kembali normal. Tanpa ada detektif, kasus, polisi, bukti, atau apa pun yang berhubungan dengan itu. Setelah melalui b

  • Tesis Filantropis   Bab 32: Betapa mengejutkannya.

    Mereka menunggu sampai Kent selesai melayani pelanggannya. Sembari menunggu mereka berkeliling mencari keberadaan benda yang dicari. Walaupun Toko Peralatan Kantor ini memang tidak kelihatan seperti Toko Peralatan Kantor pada biasanya dari luar, di dalamnya tak dapat diragukan lagi kalau ini adalah sebuah Toko Peralatan Kantor. Banyak sekali buku nota, binder, map, dan sejenisnya, bahkan hingga printer tua yang namun masih terlihat berfungsi, kursi kantor, hingga loker-loker kecil dan sedang dengan harga terjangkau pun ada. Kekurangannya adalah... banyak sekali. Tampaknya pegawai di toko ini sedikit, sehingga pasti kesulitan untuk membenah barang-barang yang ada tertata rapi. Dan pasti juga ada campur tangan dari pelanggan yang seenaknya melihat-lihat ataupun mengacak-ngacak ketika mencari sesuatu tanpa dibereskan kembali setelahnya. Tapi Henry sendiri kemari bukan untuk menjadi seorang kritikus, melainkan sebagai seorang detektif.Akhirnya, 2 pelanggan terakhir yang be

  • Tesis Filantropis   Bab 31: Toko Peralatan Kantor.

    Hari ini Misa dan Violet sudah bertemu dua kali, Sebuah kebetulan yang aneh; Misa sendiri tidak menyangka kalau orang yang ditemuinya merupakan salah satu dari teman Henry, dunia seolah menyempit. Apa pun yang dia jumpai semuanya memiliki hubungan dengan Henry, entah apa pun itu."Kau mengenal Violet?" tanya Henry penasaran."Tidak. Kita baru bertemu tadi siang... tak sengaja bertemu lebih tepatnya."Henry mengangguk paham."Tampaknya pacarmu itu merajuk." Misa memperhatikan raut wajah Violet sebelum wanita itu beranjak pergi tadi."Hey? Apa maksudnya pacar? Aku tidak tertarik padanya," tangkis Henry cekatan."Perkataanmu itu akan menyakiti hatinya jika dia mendengar, benar-benar berhati dingin." Misa menyinggung Henry tanpa ragu.Mendengarnya Henry ingin sekali membelikannya sebuah kaca yang sangat besar agar gadis itu dapat melihat dirinya sendiri tak jauh seperti apa yang dia ungkapkan. Karena tidak ingin me

  • Tesis Filantropis   Bab 30: Pertemuan penting.

    "Bagaimana bis—tunggu sebentar... mengapa kau malah meneleponku? Sudahkah kaucari?"Misa merasa ada yang aneh pada Henry, ia jadi berpikir orang itu tengah membohonginya."Aku meneleponmu tanpa alasan," jawab Henry dari seberang sana.Apa yang ada di dalam kepala lelaki itu Misa selalu tidak memahaminya. "Jernihkan dulu pikiranmu. Di mana kau sekarang?" Misa bermaksud untuk mendatangi Henry saat itu juga.Henry menjawab, "Itu dia, aku masih ada jam kerja setelah ini. Temui aku di rumah sakit di ruanganku dua jam lagi.""Dua jam lagi? Yang benar saja...," gerutu Misa. "Baiklah, karena aku memiliki beberapa pertanyaan juga untukmu. Sampai jumpa dua jam lagi."Terdengar suara helaan napas dari sana, "Asal kau tahu, kau menyelamatkan otakku. Sampai jumpa dua jam lagi."Bip! Misa mematikan panggilannya lebih dulu, trolinya didorong ke kasir, butuh waktu 15-20 menit untuk Misa mengantre. Siang ini cukup ramai khalaya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status