Share

BAB 04

Author: Yuliswar
last update Last Updated: 2023-01-24 23:08:26

Karena tidak menemukan pipa yang bocor, lalu mas Andi sarapan, karena takut jika nanti kesiangan. Setelah sarapan Mas Andi berangkat kerja.

Entah mengapa perasaanku tidak enak seperti akan terjadi sesuatu yang buruk.

Aku langsung beristighfar agar hatiku tenang.

Dua jam berlalu, tiba-tiba terdengar suara mobil berhenti didepan rumah, hatiku semakin tak menentu.

Setelah Ku buka pintu, Mataku dikejutkan dengan kedatangan Pak Budi-mandor Mas Andi.

"Assalamualaikum Bu."Sapa Pak Budi.

"Waalaikum salam Pak."Jawabku.

"Gini Bu kedatangan Saya kesini untuk menjemput Ibu, Dikarenakan Pak Andi jatuh dari tangga ketika sedang bekerja."ucapnya dengan raut wajah cemas. Aku yang mendengar itu sangat kaget. Aku langsung bergegas mengemas keperluan Dimas dan berganti baju.

Setelah semua selesai Kami pun berangkat.

Tiga puluh menit jarak yang harus kami tempuh untuk sampai rumah sakit.

Setelah sampai diruangan Mas Andi. Aku-pun langsung menghambur kepelukan Mas Andi yang sedang berbaring dengan kaki diperban.

Air mata tak dapat lagi ditahan.

"Bu. Saya pamit kembali keproyek, nanti jika ada apa-apa Ibu bisa hubungi Saya."ucap Pak Budi sambil berpamitan kepada Mas Andi.

"Iya, Pak terima kasih." jawabku. Dan setelah itu pak Budi keluar dari ruangan tempat mas Andi di rawat.

Setelah kepergian Pak Budi, aku baru bertanya kepada mas Andi tentang kejadian yang menimpanya.

"Mas kenapa kok bisa jatuh..?"tanya ku terisak.

"Musibah dek, Sudah jangan bersedih. Mas tidak apa-apa. kata Dokter, kaki Mas cuma terkilir."jawab Mas Andi menenangkanku.

Tiga hari Mas Andi dirawat dan hari ini sudah diperbolehkan pulang.

Pak Budi mandor yang sangat baik. selama dirumah sakit Kami tidak pernah kekurangan apapun.

Pak Budi mengantarkan Kami pulang dan memberikan uang sebesar dua juta untuk pegangan Kami selama Mas Andi belum bisa bekerja.

Awalnya Kami menolak. Tapi, Pak Budi tetap memaksa, karena Pak Budi ingin Mas Andi fokus untuk pemulihannya, agar bisa kembali bekerja, karena Mas Andi adalah orang yang Pak Budi percaya untuk menangani proyeknya ketika Pak Budi harus pergi mengecek pekerjaan lainnya.

Setelah Pak Budi sudah pergi. Para tetangga mulai berdatangan. Tanpa terkecuali Bu Darmi.

"Gimana keadaan suaminya Bu Sara?"Tanya Bu Sulis.

"Alhamdulillah sudah membaik Bu, Tinggal pemulihannya saja."Jawabku.

"Itu karma buat Bu Sara, karena sudah dzolim terhadap Saya!"ucap Bu Darmi dengan wajah tanpa dosa.

"Maksud Ibu apa!!!"jawabku sinis.

"Iyalah, Ibu putus sambungan air kerumah Saya, tanpa saya tahu salah Saya apa!"Jawabannya dengan wajah sedih.

"Eh. Bu! Selama ini Saya diam itu bukan karena Saya takut. Tapi karena Saya menghargai Ibu sebagai warga disini."ucapku dengan sedikit menekan omongan.

"Sudah.. Sudah... Bu Darmi, ini orang lagi kena musibah, bukannya prihatin malah ngomong gak jelas."ucap Bu Dina menengahi.

"Ibu-ibu tidak tahu betapa dzolimnya Bu Sara ini terhadap Saya."ucapnya dengan raut wajah sedih.

"Maaf iya Bu! Saya atau Ibu yang dzolim!"jawabku kesal.

Lalu Bu Sulis menyuruh Bu Darmi untuk pulang. Bu Darmi terlihat kesal. Karena merasa terusir.

"Bu Darmi lebih baik pulang saja dari pada disini bikin masalah!" celetuk bu Sulis dengan nada ketus

"He! Bu Sulis tidak usah mengusir saya seperti itu. Saya juga sudah mau pulang malas lama-lama di rumah kumuh seperti ini!" jawabnya sambil berlalu pergi dengan wajah kesal.

Setelah kepergian Bu Darmi lalu bu Sulis berkata kepadaku.

"Nah kan. Ibu merasakan sekarang gimana sifat Bu Darmi."ucap Bu Sulis mencibir.

"Iya Bu maaf."ujarku.

"Oh. Iya Bu, pasti mahal iya biaya rumah sakit?"tanya Bu Sulis dan Bu Dina.

"Iya lumayan Bu."jawabku.

"Ibu dapat uang darimana untuk bayar rumah sakit? secara suami Ibu kan cuma buruh bangunan."ucapnya dengan menekan kata buruh bangunan.

"Alhamdulillah mandor yang menanggung biayanya Bu."ucapku dengan hati yang tidak nyaman.

"OH... Jadi Mandornya yang biayai pantas saja bisa bayar rumah sakit ya Bu."jawabnya dengan nada cibiran.

"Iya, Bu. Mandor suami saya sangat baik orangnya." ucapku lagi

"Ya baiklah bu. Karena dia butuh tenaga suami ibu. Coba kalau dia sudah gak butuh pasti gak akan mau biayai rumah sakitnya." jawabnya dengan nada ketus.

Aku hanya tersenyum mendengar jawaban bu Sulis. Aku malas membalas ucapannya karena pasti Ujang-ujungnya juga merendahkan kami.

Setelah Itu mereka pamit pulang tanpa melihat keadaan Suamiku.

Setelah kepergian mereka. Aku bergegas memasak karena Mas Andi harus minum obat.

Sehabis shalat isya, Mas Andi menyuruhku untuk istirahat karena seharian ini aku sangat sibuk.

Keesokan paginya pintu belakang di gedor.

Dor..dor..dor..

Aku segera membuka pintu.

"Ada apa lagi Bu?"tanyaku ketus.

"Sama tetangga gak boleh gitu!"jawabnya tak kalah ketus.

"Ini ada Pisang satu sisir. Tapi Saya mau Kamu beli karena dirumah gak ada sayur."ucapnya dengan nada ketusnya.

"Lha! maksud Ibu, Saya disuruh beli pisang ini?"tanyaku heran.

"Iyalah Bu. Masak gratis!"ucapnya ketus.

"Gak ah Bu. Saya gak mau beli."jawabku.

"He Bu! Saya kalau tidak terpaksa juga tidak mungkin datang kesini, Palingan Bu Sara gak punya duit."ucapnya dengan mencibir.

Ketika hendak Ku jawab, Tiba-tiba Mas Andi berjalan dengan pincang kearah Kami.

"Ini Bu, silahkan diambil uangnya, pisangnya Ibu bawa saja"ucap Mas Andi dengan sopan. sambil mengulurkan uang berwarna biru.

Bu Darmi langsung menyambar uang itu dengan mata berbinar, Lalu, Dia pergi tanpa mengucapkan terimakasih ataupun pamit.

Kami yang melihat itu hanya bisa mengelus dada.

Setelah kepergian Bu Darmi, aku ngomel kepada Mas Andi.

"Kenapa Mas kasih sich? Wong orangnya aja begitu."gerutuku.

"Ikhlaskan Dek. Itu sudah rejekinya, Mas Ingat ketika Kita dulu kesulitan tidak ada yang perduli dengan Kita."Jawab Mas Andi menasehati ku.

"Iya sich Mas, tapi caranya itu aku gak suka."jawabku kesal.

Ucapan Mas Andi membuat ingatanku kembali mengingat masa-masa teramat sulit Kami, sewaktu tinggal dikontrakkan lama.

Disana kehidupan Kami begitu prihatin. Bisa makan sehari-hari saja sudah bersyukur, Karena Mas Andi jarang mendapatkan pekerjaan.

Tiga bulan Kami tidak mampu membayar air hingga meter air pun dicabut. Kami memberitahu pemilik kontrakan, tapi Dia malah acuh, Katanya rugi kalau memasangkan air kembali untuk Kami, karena bayar kontrakan saja selalu nunggak.

Ketika meter air dicabut, penderitaan Kami jadi semakin bertambah. Karena harus membeli air untuk keperluan sehari-hari yang harganya sangat mahal menurut Kami, yaitu delapan puluh ribu sekali antar karena jarak rumah kontrakan kami jauh.

Ketika Kami benar-benar dalam kesusahan, tak ada tetangga kanan kiri menawari Kami air untuk sekedar untuk berwudhu.

pernah aku mencoba untuk meminta seember air untuk memandikan anakku Dimas, karena orang yang biasa mengantar air sedang libur, Namun tak ada jawaban dari mereka.

Hingga puncaknya. Kami harus keluar dari kontrakan karena menunggak.

Mas Andi mencoba menghubungi Pak Budi untuk meminjam uang dan menceritakan kesusahan Kami dan Alhamdulillah Pak Budi mengajak Mas Andi untuk bertemu dengan pemilik kontrakan yang saat ini kami tempati, Orangnya baik dan mengerti kondisi ekonomi Kami.

Setelah pindah dikontrakkan ini, Alhamdulillah rejeki mengalir. Mas Andi selalu dapat tawaran pekerjaan kadang dari Pak Budi, kadang dari teman Mas Andi.

Dikontrakkan ini. Kami tidak lagi merasakan kesusahan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Itulah yang membuat Kami terennyuh ketika pertama kali melihat keluarga Bu Darmi.

Tanpa Kami cari tahu dulu bagaimana sifat dan karakternya.

πŸ‘ŒπŸ‘ŒπŸ‘ŒπŸ‘ŒπŸ‘ŒπŸ‘ŒπŸ‘ŒπŸ‘ŒπŸ‘ŒπŸ‘ŒπŸ‘ŒπŸ‘ŒπŸ‘ŒπŸ‘ŒπŸ‘ŒπŸ‘Œ

Siang itu Aku hendak membeli sabun cuci baju ke toko depan gang.

"Bu Sara tunggu."teriak Bu sulis

"Iya Bu."Jawabku sambil menghentikan langkahku.

"Mau kemana?"tanyanya.

"Mau ke toko depan. Mau beli sabun cuci baju."jawabku sambil menunjuk toko depan gang.

"Sini Bu. Saya mau titip."ucap Bu Sulis, Lalu Bu Sulis menyerahkan uang dua lembar warna biru dan sebuah catatan.

Setelah menerima titipan dari Bu Sulis, Aku beranjak pergi ketoko.

Setelah selesai membeli semua titipan Bu Sulis dan sabun cuci bajuku. Aku langsung membayar.

Aku terkejut dengan jumlah nominal belanjaan Bu Sulis, Karena jumlahnya kurang lima puluh dari uang yang dikasih bu Sulis.

Jadi aku kembalikan beberapa barang dan menyisakan yang jumlahnya sesuai dengan uang titipan Bu Sulis. Bukan aku gak mau nombokin duluan, tapi karena aku memang tidak bawa uang lebih.

Setelah selesai aku langsung menuju rumah Bu Sulis.

Tok.. tok..tok...

"Assalamualaikum Bu."sapaku.

"Waalaikum salam Bu."jawab Bu Sulis.

"Bu ini titipan belanjaannya dan maaf ada beberapa barang yang tidak Saya belikan karena uangnya kurang."ucapku sambil menyodorkan kantong plastik berisi barang titipan Bu Sulis.

"Aduh! Bu Sara ini ternyata pelit banget ya. Masak nombokin dulu aja gak mau."jawabnya ketus.

"Maaf Bu Sulis, Saya tidak bawa uang lebih tadi."jawab ku dengan sopan.

"Oh..iya lupa. Bu Sara mana ada duit! secara suami Ibu kan lagi sakit."ucapnya sambil mencibir dan berlalu masuk kedalam rumah.

Aku hanya bisa mengelus dada, dan berjalan pulang.

Ketika sampai rumah. Aku langsung menuju kamar mandi untuk mencuci baju, selagi Dimas masih tidur.

Ketika hendak menyalakan air, ternyata air habis.

Lalu Aku bangkit dan berjalan kearah depan untuk menyalakan sanyo air. sambil menunggu air terisi, Aku ke halaman belakang rumah untuk menyapu ranting dan daun-daun kering, karena kemarau jadi daun-daun kering berserakan dimana-mana.

Ketika sedang menyapu, mataku dikejutkan dengan sebuah selang air berwarna biru yang disembunyikan disemak semak.

Ini pasti ulah Bu Darmi. Bathinku. pasti akan ku tangkap basah mereka ketika sedang mengalirkan air.

Setelah beberapa manit air sudah bisa mengalir walaupun tandon belum penuh, Aku langsung mencuci dan mandi.

Selesai mencuci dan mandi, Aku pun segera menjemurnya, ketika sedang menjemur ku perhatikan Bu Darmi sedang celingukan kesana kemari entah apa yang dicarinya.

Melihat Ku yang sedang jemuran, Lalu Dia mendekat.

"Bu Sara! Minta sabun cucinya."ucapnya dengan enteng.

"Gak ada habis."jawabku ketus.

"Halah bohong!"ucapnya lagi masih dengan entengnya.

"Gak percaya ya sudah."jawabku singkat.

"Jadi tetangga jangan pelit."cibirnya.

"He! Bu Darmi katanya situ orang kaya! sawah berhektar-hektar. masak beli sabun cuci saja tidak sanggup."ucapku sambil sedikit menekan omongan.

"He! Bu Sara. Saya itu bukan tidak mampu beli! Tapi malas harus belanja ditoko kecil begitu."jawabnya sedikit tinggi.

"Sini uangnya, Saya belikan."ucapku ketus.

Bu Darmi tidak menjawab dan berlalu pergi dengan menahan emosi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Tetangga MeresahkanΒ Β Β ENDING

    DARMI TETANGGA MERESAHKANENDING ( Kehidupan baru Darmi dan Sara )Satu minggu telah berlalu.Setelah kejadian mobil di tarik pihak leasing. Bu Sulis sudah jarang terlihat keluar rumah, sepertinya dia sangat malu. Karena Bu Sulis selalu gembar-gembor jika mobilnya di beli dengan cash.Sore itu aku sedang duduk di depan rumah. Dimas sedang bermain bersama teman sebayanya.Terdengar keributan dari rumah Bu Darmi."Pergi! Bapak bilang kamu pergi dari rumah ini!" Teriak Pak Dodi"Pak. Rahayu melakukan semua ini untuk mencukupi kebutuhan keluarga ini."jawab Rahayu terdengar sambil menangis"Dodi! Cukup! Kamu itu harus sadar! Jika kamu mampu mencukupi kebutuhan keluarga ini. Tidak mungkin Rahayu sampai kerja seperti itu!"bentak suara Mbah Yat"Buk! Tolong Ibuk diam! Rahayu seperti ini juga karena kalian! Jika kalian bisa hidup sederhana dan tidak menuntut makan enak, hidup enak. Tidak mungkin Rahayu sampai bekerja seperti itu!"jawab Pak Dodi dengan suara cukup keras"Apa! Jadi kamu pikir R

  • Tetangga MeresahkanΒ Β Β BAB 36

    DARMI TETANGGA MERESAHKANBAB 36( Kehidupan baru Darmi dan Sara )Dua bulan telah berlalu.Alhamdulillah warungku semakin rame pembeli, karena aku juga menerima pesan antar. Para pembeli sangat senang dan puas akan layanan pesan antar yang aku berikan, karena mereka tidak perlu repot berjalan ke warung.Siang itu setelah aku menidurkan Dimas, aku mendengar suara keributan dari rumah Bu Sulis.Aku lalu segera keluar untuk melihat apa yang terjadi.Ada beberapa tetangga yang berjalan kerumah Bu Sulis karena memang suara teriakan Bu Sulis lumayan kencang.Ketika sampai rumah Bu Sulis ternyata sudah ada beberapa tetangga yang ada disana.Ada beberapa orang laki-laki bertubuh tinggi besar sedang marah-marah kepada Bu Sulis."Bu! Ini sudah jatuh tempo jadi Ibu harus menyerahkan kunci mobil itu kepada kami!"ucap salah satu laki-laki itu dengan nada tinggi"Tidak! Itu mobilku jadi tidak akan aku serahkan!"jawab Bu Sulis tak kalah Tinggi"Ya kalau Ibu tidak mau mobilnya ditarik bayar angsura

  • Tetangga MeresahkanΒ Β Β BAB 35

    DARMI TETANGGA MERESAHKANBAB 35( Kehidupan baru Darmi dan Sara )Pak Dodi hanya bisa mengelus dada melihat perubahan anak keduanya itu.Pak Dodi tidak tahu apa yang membuat Rahayu begitu membenci keluarga Pak Andi.Dengan langkah sedikit lemas Pak Dodi berjalan ke warung Sara."Bu. Bisa tolong minta kopi sama gula.""Oh. Iya Pak. Kok tumben Pak Dodi sendiri yang datang ke warung?""Biasalah Bu. Orang rumah lagi pada sibuk."Setelah itu Sara menyerahkan kopi dan gula yang di minta Pak Dodi."Bu. Maaf seperti biasa ya.""Iya Pak."Lalu pak Dodi pulang sambil membawa gula dan kopi.Setelah sampai rumah. Pak Dodi meminta Rahayu untuk membuatkan kopi untuknya."Nduk. Ini kopi sama gulanya, tolong buatkan Bapak kopi.""Eeehhhmmm."Pak Dodi meletakkan plastik berisi kopi dan gula diatas meja.Lalu pak Dodi kembali duduk diteras rumah.Tidak berselang lama Pak Dodi duduk. Bu Darmi mendatangi pak Dodi."Pak. Minta uang untuk beli sayur."Lalu Pak Dodi merogoh sakunya dan memberikan kepada Bu

  • Tetangga MeresahkanΒ Β Β BAB 34

    DARMI TETANGGA MERESAHKANBAB 34( Kehidupan baru Darmi dan Sara )Setelah mendengar ucapan ku. Bu Sulis pergi tanpa pamit.Aku sich gak heran dengan tingkah Bu Sulis seperti itu. Karena memang sudah biasa.Setelah kepergian Bu Sulis, aku hendak menutup warung, namun tiba-tiba mataku melihat sesosok gadis cantik yang lewat depan warung.Karena penasaran aku keluar warung untuk melihatnya. Dan ternyata gadis itu masuk kerumah Bu Darmi.Setelah gadis itu masuk kedalam rumah. Suara tangisan Bu Darmi pecah.Aku langsung berlari ke rumah Bu Darmi takut jika terjadi sesuatu.Ketika sampai depan rumah Bu Darmi, aku melihat Bu Darmi sedang memeluk gadis itu. Aku baru sadar jika gadis yang aku lihat tadi adalah Rahayu.Rahayu baru keluar dari tempat rehabilitas. Pantas Bu Darmi menangis histeris.Karena tidak mau menggaggu aku putuskan untuk kembali pulang.Setelah pulang dari rumah Bu Darmi, aku langsung memandikan Dimas agar Dia bisa tidur siang dengan nyenyak.Setelah Dimas tidur. Aku memb

  • Tetangga MeresahkanΒ Β Β BAB 33

    DARMI TETANGGA MERESAHKAN( Kehidupan baru Darmi dan Sara )BAB 33Sari melempar garam itu dan langsung pulang dengan marah.Ketika sampai rumah Mbah Yat bertanya kepada Sari karena pulang dengan wajah marah."Kamu itu kenapa pulang kok marah-marah gitu?"tanya Mbah Yat."Itu lho Buk.Si pemilik toko sebelah Sombong banget,masak Aku beli garam karena lupa bawa uang eee garamnya gak boleh dibawa dulu padahal rumah kita cuma sebelahan."jawab Sari dengan kesal."Oalah Sara yang Sombong itu ti Mbak."imbuh Darmi."Iya tetangga Mu yang Sombong itu."jawab Sari kesal."Baru juga buka toko kecil begitu saja sudah sombongnya minta ampun."cibir Sari."Sudah gak usah marah-marah.Biar Ibuk yang kesana."ucap Mbah Yat dengan nada kesal.Mbah Yat langsung berjalan ke arah toko Sara dengan ocehan gak jelas."Sara...Sara...ini uang garamnya."teriak Mbah Yat.Sara tersenyum melihat tingkah Mbah Yat."Nah gitu dong kalau belanja bawa uang sekalian biar gak bolak balik."ucap Sara sambil tersenyum."Kamu ini

  • Tetangga MeresahkanΒ Β Β BAB 32

    DARMI TETANGGA MERESAHKAN( Kehidupan baru Darmi dan Sara )BAB 32Hari sudah terlalu sore Sara mengajak anaknya Dimas pulang.Setelah masuk rumah dan memandikan Dimas.Sara langsung memasak.Setelah menitipkan Dimas kepada suaminya Sara langsung menuju dapur.Sara sibuk menyiangi sayur dan ayam yang akan diolahnya.Ketika sedang menyiangi sayur terdengar suara ketukan pintu.Tok...tok... tok...."Bu...bu..."ujar seseorang dari luar.Sara bergegas lari kedepan untuk membuka pintu.Ketika pintu terbuka Sara terkejut melihat siapa orang yang ada didepan pintunya."Ada apa Mbah?"tanya Sara sopan santun."Tadi mantuku ikut kerja gali sumur disini to."tanyanya."Iya Mbah...tadi Pak Dodi ikut bantuin gali sumur."jawabnya sopan."Terus mana upah untuk mantuku!"tanynya ketus.Sara kaget dengan pertanyaan Si-Mbah."Ya sebentar Mbah,saya tanyakan suami saya dulu."jawab sara.Lalu sara masuk kedalam kamar dan bertanya kepada Andi."Mas tadi Pak Dodi apa gak Mas kasih upah?"tanyaku.Mas Andi sedik

  • Tetangga MeresahkanΒ Β Β BAB 31

    DARMI TETANGGA MERESAHKAN( Kehidupan baru Darmi dan Sara ) BAB 31"Ya kami mana berani melarang Darmi!"jawab Mbah Yat."Tumben Ibuk takut sama Darmi?"tanya Pak Dodi kepada ibu mertuanya."Ya Laras kan anaknya jadi ya terserah Darmi mau diapakan anaknya!"sela Sari ketus.Pak Dodi tepuk tangan mendengar Jawaban ibu mertua dan kakak iparnya."Hebat! kalian bertiga ini memang sangat pintar memainkan situasi!"ujar Pak Dodi sambil tersenyum menyeringai.Bu Darmi terlihat sedikit takut melihat suaminya seperti itu."Sudahlah Pak jangan dibahas lagi to Laras sudah punya suami jadi biar suaminya belajar tanggung jawab."ujar Bu Darmi lembut untuk meredam Pak Dodi."Ha...ha...ha... kenapa baru sekarang ibu berbicara seperti itu? selama ini memangnya ibu tidak tahu jika pengobatan ibu suami laras juga ikut membantu!"jawab Pak Dodi tegas."Ya wajarlah kan mereka numpang disini ya harus bantu pengobatan Darmi!"sela Sari ketus."Sebenarnya disini yang numpang itu siapa?"jawab Pak Dodi ketus."Apa m

  • Tetangga MeresahkanΒ Β Β BAB 30

    DARMI TETANGGA UNIK( Kehidupan baru Darmi dan Sara ) BAB 30Indra tidak membalas satu kata pun.Laras yang sakit hati mendengar Ibunya selalu merendah kan suaminya."Bu! tidak adakah rasa kasihan dihati Ibu untuk mas indra?"tanya Laras lantang."Pokoknya kalau Dia belum bisa bikinkan kamu rumah jangan harap Ibu akan bersikap baik padanya."jawab Bu Darmi ketus."Lho Pak!ibu sama mbak sari kemana?"tanya Bu Darmi yang baru menyadari Ibu dan kakaknya tidak berada dirumah."Tadi katanya mau belanja Bu."jawab Pak Dodi."Mas ayo masuk bantuin aku jaga sikecil."ujar Laras kepada suaminya.Indra lalu mengikuti Laras masuk kedalam rumah.Setelah kepergian Laras,Bu Darmi duduk mendekat disamping Pak Dodi."Lho Pak! Ini rumah siapa?"tanyanya bingung sambil menunjuk rumah Sara."Oh itu rumah Pak Andi."jawab Pak Dodi datar."Lho kok Ibu tidak tahu kalau mereka bangun rumah disamping kita?"tanyanya lagi."Iya kan Ibu sakit jadi tidak pernah keluar rumah."jawab Pak Dodi."Iya ya Pak."jawab Bu Darmi

  • Tetangga MeresahkanΒ Β Β BAB 29

    DARMI TETANGGA UNIK( Kehidupan baru Darmi dan Sara ) BAB 29Keesokan paginya rutinitasku seperti biasa, belanja sayur diwarung seberang gang.Ketika asyik memilah sayur aku melihat Laras datang bersama Mbahnya."Belanja Bu?"sapaku sopan."Iya dong! masak kesini mau makan!"jawabnya ketus."Aduh Bu biasa aja kali jawabnya!"ujarku ketus.Aku sebenarnya terkejut mendengar jawaban Mbah Laras.Kemarin sopan banget kok sekarang juteknya minta ampun.Aku tidak lagi menggubrisnya yang penting aku sudah menyapa sebagai tetangga.Aku kembali memilih sayur dan beberapa lauk pauk yang akan aku beli.Ketika sedang memilih sayur Si-Mbah itu berkata."Saya mau ayam dua kilo...ikan nila satu kilo...ikan mas satu kilo...ayamnya dipotong goreng...ikannya dibersihkan sisik sama kotorannya."ujarnya ketus kepada Ibu sayur."Wah...mau makan enak nich Laras... Neneknya datang."ujar Ibu sayur.Laras tidak menjawab hanya tersenyum kecut."Sayurannya yang segar-segar ini dimasukkan plastik ya!"ujarnya lagi."

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status