DARMI TETANGGA MERESAHKANENDING ( Kehidupan baru Darmi dan Sara )Satu minggu telah berlalu.Setelah kejadian mobil di tarik pihak leasing. Bu Sulis sudah jarang terlihat keluar rumah, sepertinya dia sangat malu. Karena Bu Sulis selalu gembar-gembor jika mobilnya di beli dengan cash.Sore itu aku sedang duduk di depan rumah. Dimas sedang bermain bersama teman sebayanya.Terdengar keributan dari rumah Bu Darmi."Pergi! Bapak bilang kamu pergi dari rumah ini!" Teriak Pak Dodi"Pak. Rahayu melakukan semua ini untuk mencukupi kebutuhan keluarga ini."jawab Rahayu terdengar sambil menangis"Dodi! Cukup! Kamu itu harus sadar! Jika kamu mampu mencukupi kebutuhan keluarga ini. Tidak mungkin Rahayu sampai kerja seperti itu!"bentak suara Mbah Yat"Buk! Tolong Ibuk diam! Rahayu seperti ini juga karena kalian! Jika kalian bisa hidup sederhana dan tidak menuntut makan enak, hidup enak. Tidak mungkin Rahayu sampai bekerja seperti itu!"jawab Pak Dodi dengan suara cukup keras"Apa! Jadi kamu pikir R
Nama ku Sara. Aku memilikki seorang suami bernama Andi. Kami hidup disebuah kampung yang hampir semua masyarakatnya bisa dibilang kalangan menengah.kami adalah perantau, jadi dikampung ini, kami mengontrak sebuah rumah. Karena suami yang pekerjaannya hanya sebagai buruh bangunan. Kami belum mampu untuk membeli rumah. Bisa makan dan membeli susu untuk anak saja kami sudah bersyukur. Orang-orang disini bisa dibilang sangat ramah. Plus julid. Jadi, ketika ada warga baru pasti dikepoin habis-habisan. Ketika Kami baru datang dikampung ini. Kami juga tak luput dari kepoan mereka. Kami mengontrak sebuah rumah yang sangat sederhana dan katanya rumah ini memang tak ada orang yang berminat mengontraknya. Karena memang kondisi rumah ini sangat sederhana dan bahkan bisa di bilang sangat jelek diantara rumah-rumah lainnya. Ada beberapa tempat temboknya mulai retak-retak, lantainya hanya menggunakan karpet bukan keramik. Jadi rumah ini tidak ada orang yang berminat mengontraknya. Apa lagi h
Setelah sampai rumah. Aku langsung menuju dapur.Mas Andi hari ini libur kerja. Jadi waktunya dihabiskan untuk bermain bersama anaknya. Setelah tiga menu sudah terhidang dimeja. Lalu, aku memanggil Mas Andi untuk makan. Ketika kami sedang makan. Mas Andi memperhatikanku yang sedikit murung. "Dek. Kamu kenapa kok murung gitu? "tanyanya."Eh... Gak apa-apa Mas."jawabku menutupi."Jangan bohong sama Mas."desaknya. Karena tidak ingin membuat Mas Andi semakin curiga. Akhirnya aku menceritakan semua yang Ku dengar tadi. Mas Andi hanya diam dan menyimak. Setelah selesei makan. Mas Andi menyuruhku duduk disampingnya. "Dek. Mas mau tanya sesuatu. Adek mengalirkan air kerumah mereka tujuannya apa?"Tanya Mas Andi yang membuatku heran dengan pertanyaannya. "Ya. Aku kasihan sama mereka Mas!"jawabku kesal. "Kamu ikhlas gak?"tanyanya lagi. "Iya ikhlas lah Mas!"jawabku dengan sedikit jengkel. "Jika kamu ikhlas, lupakan apapun perkataan mereka. Anggap mereka sedang lupa saat itu."ucapnya me
Semalam aku tidak bisa tidur memikirkan ulah Bu Darmi. Stop! Ini tidak bisa dibiarin. Aku diam selama ini bukan karena bodoh atau takut, tapi karena menghargai Dia sebagai warga kampung sini.keesokkan harinya sengaja aku membuat kue untuk ku bawa kerumah Bu Darmi. tok.. tok.. tok.. Ku ketuk rumah Bu Darmi dan kebetulan yang membuka pintu Laras. "Assallamuakaikum"sapaku. Laras tidak menjawab salam Ku. "Ada apa kesini?"ucap Laras dengan nada ketus. Nich anak gak pernah diajari sopan santun apa? bathinku. "Ibumu ada?"tanya ku"Ada."jawabnya singkat. Laras berlalu masuk kedalam rumah, Aku pikir Laras sedang memanggil Ibunya. Namun setelah aku tunggu hampir lima belas menit tidak ada tanda-tanda keluarnya Bu Darmi. Lalu keketuk lagi pintu yang terbuka itu. tok.. tok.. tok.. Bu.. Buu.. Darmi. Ucapku sedikit keras. tidak lama Laras keluar lagi. "Ada apa lagi sich Tante ganggu aja."ucapnya kesal. "Ibumu mana? Tante mau ketemu." jawabku ketus, karena sudah dongkol. "Kan. Aku sud
Karena tidak menemukan pipa yang bocor, lalu mas Andi sarapan, karena takut jika nanti kesiangan. Setelah sarapan Mas Andi berangkat kerja.Entah mengapa perasaanku tidak enak seperti akan terjadi sesuatu yang buruk.Aku langsung beristighfar agar hatiku tenang.Dua jam berlalu, tiba-tiba terdengar suara mobil berhenti didepan rumah, hatiku semakin tak menentu.Setelah Ku buka pintu, Mataku dikejutkan dengan kedatangan Pak Budi-mandor Mas Andi."Assalamualaikum Bu."Sapa Pak Budi."Waalaikum salam Pak."Jawabku."Gini Bu kedatangan Saya kesini untuk menjemput Ibu, Dikarenakan Pak Andi jatuh dari tangga ketika sedang bekerja."ucapnya dengan raut wajah cemas. Aku yang mendengar itu sangat kaget. Aku langsung bergegas mengemas keperluan Dimas dan berganti baju.Setelah semua selesai Kami pun berangkat.Tiga puluh menit jarak yang harus kami tempuh untuk sampai rumah sakit.Setelah sampai diruangan Mas Andi. Aku-pun langsung menghambur kepelukan Mas Andi yang sedang berbaring dengan kaki
Tetangga Meresahkan BAB 05Aku hanya tersenyum melihat kepergian Bu Darmi.Sore harinya seperti biasa. Dimas sedang bermain bersama temannya.Aku selalu mendampingi kemana Dimas berjalan, karena takut jika Dimas jatuh atau ada kendaraan yang lewat, karena mereka main dipinggir jalan gang, jadi tidak seramai jalan utama. Dan kendaraan yang lewat pun hanya motor. Tapi yang namanya anak kecil. Takutnya ketika ada motor lewat malah didatangi bukannya minggir.Bu Sulis datang menghampiriku."Bu Sara! Tolong ya! anaknya jangan boleh lari depan rumah Saya. Jadi kotor lantainya habis Saya pel!"ucapnya ketus."Maaf iya Bu Sulis! Anak Saya dari tadi main disini dan gak ada tuch lari sampai kerumahnya Bu Sulis."jawabku tak kalah ketus."Yang suka lari-lari kan anak Ibu."ucapnya lagi."Aduh Bu. coba tanyakan sama anak Ibu itu, yang lari kerumah Ibu siapa? Jangan seenak jidat Ibu nuduh anak Saya."ucapku dengan nada sedikit tinggi.Bu Sulis langsung berlalu pergi.Ada apa sich dengan Ibu-Ibu di
Tetangga Meresahkan BAB 06Sore hari Mas Andi pulang dan langsung memasang penutup kran belakang. "Dek, Bener nich Mas harus tutup,"tanyanya ragu. "Bener Mas, karena adek gak pernah nyuci baju dibelakang."ucapku meyakinkan. pemasangan penutup-pun selesei. Mas Andi langusung masuk dan mandi. Sedangkan aku menyiapkan teh hangat untuknya. 👌👌👌👌👌👌👌👌👌👌👌👌👌👌👌👌Aku terbangun tengah malam karena tenggorokan kering, Lalu aku berjalan kedapur untuk mengambil air minum. Ketika sedang minum, telingaku mendengar suara berisik dibelakang rumah. Awalnya aku sangat takut jika itu maling, Ku coba beranikan diri untuk mengintip melalui sela pintu. Mataku terbelalak ketika melihat dua orang sedang sibuk mengakali kraan air yang Kami tutup tadi sore. Tanpa pikir panjang langsung Ku buka pintu belakang dan mereka berdua tampak sangat terkejut. "Maling!"teriakku, tapi tidak terlalu keras banget. "He.. Diam! Jaga mulutmu!"ucap Bu Darmi. "Lha... Kan benar maling, ngapain tengah mala
Tetangga Meresahkan BAB 07Kami dan beberapa warga mendatangi rumah Bu Dina. Ketika Kami. sampai ternyata sudah banyak warga disana. huuuu.. huuuu.. huuuuu ...terdengar suara tangis Bu Dina yang meraung -raung. Pak Rt datang dan langsung masuk kedalam rumah Bu Dina. "Ada apa ini Bu??"tanya Pak Rt."Uang tabungan Saya hilang Pak...huuu..huuuu. Hu..."ucapnya sambil menangis. "Coba Ibu tenang dulu, dan ceritakan kepada Kami dengan detail."ucap Pak Rt. "Saya tadi pergi belanja ditoko depan Pak. sedangkan dirumah ada anak Saya, Yuli dan anak Bu Darmi, Laras."ucapnya masih dengan tangisan. "Ibu sudah benar-benar memeriksa semuanya?Siapa tahu Ibu lupa menyimpannya."ucap Pak Rt bijak. "Tidak mungkin Saya lupa Pak! Saya selalu menyimpannya ditempat itu."ucap Bu Dina. Lalu Pak Rt meminta salah satu warga untuk memanggil Laras.Laras datang bersama sang Ibu. "Ini ada apa? Anak Saya dipanggil kesini? Apa Pak Rt menuduh anak Saya maling."ucap Bu Darmi ketus. "Tenang Bu Darmi. Saya ha