Tetangga Meresahkan
BAB 07Kami dan beberapa warga mendatangi rumah Bu Dina.Ketika Kami. sampai ternyata sudah banyak warga disana.huuuu.. huuuu.. huuuuu ...terdengar suara tangis Bu Dina yang meraung -raung.Pak Rt datang dan langsung masuk kedalam rumah Bu Dina."Ada apa ini Bu??"tanya Pak Rt."Uang tabungan Saya hilang Pak...huuu..huuuu. Hu..."ucapnya sambil menangis."Coba Ibu tenang dulu, dan ceritakan kepada Kami dengan detail."ucap Pak Rt."Saya tadi pergi belanja ditoko depan Pak. sedangkan dirumah ada anak Saya, Yuli dan anak Bu Darmi, Laras."ucapnya masih dengan tangisan."Ibu sudah benar-benar memeriksa semuanya?Siapa tahu Ibu lupa menyimpannya."ucap Pak Rt bijak."Tidak mungkin Saya lupa Pak! Saya selalu menyimpannya ditempat itu."ucap Bu Dina. Lalu Pak Rt meminta salah satu warga untuk memanggil Laras.Laras datang bersama sang Ibu."Ini ada apa? Anak Saya dipanggil kesini? Apa Pak Rt menuduh anak Saya maling."ucap Bu Darmi ketus."Tenang Bu Darmi. Saya hanya ingin bertanya kepada nak Laras dan nak Yuli."ucap Pak Rt sopan."Awas saja ya Pak! kalau sampai menuduh anak Saya pencuri. Pak Rt pasti tahukan jika anak Saya tidak mungkin melakukan itu, Dia itu anak yang punya pendidikkan tinggi. jadi tidak mungkin mencuri."cerocos Bu Darmi tiada henti."Halah! Bu tenang dulu napa."ucap Bu Sulis."Lho! Saya tidak bisa diam kalau anak Saya dituduh mencuri."ucap Bu Darmi marah."Lha, Ibu ini kok aneh ya, Pak Rt saja belum ngomong apa-apa, tapi Bu Darmi sudah marah, Wah jadi berpikir..... "ucap Bu Sulis menggantung omongan.ketika Bu Darmi hendak berbicara lagi. Pak Rt langsung menyela."Sudah Ibu -Ibu jangan ribut. Kasihan Bu Dina. "ucap Pak Rt menengahi.Lalu Pak Rt menyuruh Laras duduk disamping Yuli."Nak Yuli dan nak Laras, boleh Bapak bertanya? "ucap Pak Rt. mereka berdua hanya mengangguk."Ketika Bu Dina sedang pergi ketoko? kalian sedang apa?"tanya Pak Rt."Main laptop"jawab Laras sama Yuli serempak."Apa kalian tidak melihat ada orang yang masuk kedalam rumah?"tanya Pak Rt lagi."Ya elah Pak Rt. Kalau Kami lihat ya masak kami diam aja."ucap Laras nyolot."Bukan seperti itu Nak Laras."jawab Pak Rt."He!! Laras katanya pendidikkan tinggi. tapi kok gak sopan kalau bicara sama orang yang lebih tua."ucap Bu Sulis ketus."Ya. lagian Pak Rt gak berbobot banget pertanyaannya."ucap Laras ketus."Sudah Bu Sulis, biar Saya seleseikan dulu dengan anak-anak ini."ucap Pak Rt sopan.Lalu Pak Rt melanjutkan pertanyaannya."Dirumah ada siapa saja selain kalian? "tanyanya."Tidak ada Pak, cuma ada Kami."Jawab Yuli sopan."Selain main laptop. Kalian ngapain saja?"tanyanya lagi."Makan."jawab Laras."Kekamar mandi."jawab Yuli. Mereka menjawab serempak namun berbeda jawaban."Lho! kapan Kamu makan Ras? Kok aku gak lihat."tanya Yuli bingung."Lha! Kamu kapan kekamar mandi?"tanya balik Laras.Pak Rt mengernyitkan dahi melihat pertengkaran mereka.Lalu Pak Rt bertanya Bu Dina."Bu, Berapa uang yang hilang dan apa saja kerusakkannya?"tanya Pak Rt dengan wajah serius."Uang Saya hilang empat juta Pak. Yang membuat Saya heran tidak ada yang rusak dengan lemari Saya."jawab Bu Dina yang sudah reda tangisnya.Pak Rt diam sejenak, sepertinya sedang memikirkan sesuatu. Mata Pak Rt menyorot kearah Laras dan Yuli. Mereka terlihat menunduk dan terlihat gelisah.Pak Rt memulai berbicara."Nak Yuli dan Nak Laras. Ayo jujur siapa yang mengambil uang Bu Dina."Mereka hanya diam dan semakin gelisah."Bapak tanya sekali lagi, Siapa yang mengambil uang Bu Dina."kali ini suara Pak Rt terdengar tegas.Yuli terlihat gemetar, sedangkan Laras diam tanpa kata."He!! Pak Rt! yang benar saja pertanyaannya. "ucap Bu Darmi nada tinggi."Maaf Bu Darmi biarkan Saya melaksanakan tanggung jawab Saya."ucap Pak Rt tegas, Bu Darmi langsung diam seribu bahasa.Sorot mata Pak Rt sangat tajam kearah Yuli dan Laras."Jika tidak ada yang mau mengaku terpaksa Bapak akan meminta warga untuk memanggil polisi."ucap Pak Rt tegas.Yuli dan Laras saling pandang."Jangan Pak! Huu... huu... huuu.... "jawab Yuli dibarengi dengan tangisnya."Iya Pak Saya ngaku. Saya dan Laras yang mengambil uang Bunda dilemari."jawab Yuli sambil menangis."Bohong! Yuli yang mencuri bukan Saya."ucap Laras memojokkan Yuli."Lho, Ras inikan idemu. Kamu bilang ke aku jika kita ambil uang Bunda. Kita bisa beli Hp yang Kita inginkan."ucap Yuli."Kamu jangan bawa-bawa Laras!"ucap Bu Darmi berteriak."Iya ni Yuli! Aku gak tahu apa-apa kok dibawa-bawa."ucap Laras tanpa berdosa."Diam!"teriak Pak Rt. semua orang langsung terdiam tidak berani berkata lagi."Nak Yuli, sekarang dimana uang itu?"tanya Pak Rt dengan sorot mata tajam."Kami bagi dua Pak, tolong Pak jangan lapor polisi. Saya tidak mau dipenjara."ucap Yuli semakin pecah tangisnya."Nak Laras, masih mau mengelak?"Tanya Pak Rt tegas."Saya kan sudah bilang Pak, Jika Saya tidak terlibat."jawab Laras masih kekeh mengelak ."Ya sudah sekarang. Nak Yuli dimana uangnya."Yuli lalu mengajak Pak Rt kebelakang rumah dan menunjukkan dimana letak uang yang Dia sembunyikan.Yuli menyembunyikan uang itu disebuah toples berbentuk kotak dan menguburnya dibelakang rumah.Laras terlihat pucat, namun Dia berusaha menyembunyikannya."Sekarang Nak Laras dimana uang bagian Nak Laras?"ucap Pak Rt tegas."Pak Rt ini kenapa memaksa anak Saya untuk mengakui perbuatan yang rendahan seperti itu. "teriak Bu Darmi.Tiba-tiba terdengar suara. plaaaakkk.Sebuah tamparan mendarat dipipi Bu Darmi. Bu Darmi meringis kesakitan."Ibu ini coba diam, Anak salah jangan dibela!"Bentak Bu Dina yang sejak tadi diam."Bu Dina berani menampar Saya!"ucap Bu Darmi sambil memegang pipinya yang merah tergambar sebuah tangan."Kenapa Saya harus takut. Selama ini Saya diam dengan prilaku Laras, yang tidak baik jika main kerumah Saya."ucap Bu Dina dengan nada tinggi."Pak Rt! Saya minta kita geledah rumah Bu Darmi, jika Laras tidak mau mengaku."pinta Bu Dina."Baik Bu Dina. Kita akan periksa rumah Bu Darmi."jawab Pak Rt tegas.Laras terlihat salah tingkah dan pucat sedangkan Bu Darmi hanya diam tidak bisa menolak.Pak Rt, Bu Dina dan diikuti beberapa warga berjalan kerumah Bu Darmi."Gimana Nak Laras? Apa harus Kami masuk dan memeriksa rumah ini?"tanya Pak Rt dengan raut wajah yang menakutkan."Pe-periksa saja Pak."ucap Laras tergagap."Bagaimana Bu Darmi?"tanya Pak Rt menunggu ijin siempu yang punya rumah."Masuk saja Pak. Tapi ingat jika tidak tebukti Laras mencuri. Bu Dina dan Yuli akan Saya laporkan polisi."ucapnya dengan lirikkan matanya kearah Bu Dina dan Yuli. Pak Rt meminta beberapa warga untuk membantunya umenggeledah rumah Bu Darmi.Setelah kurang lebih lima belas menit, mereka didalam dengan didampingi Bu Darmi. Akhirnya merekapun keluar."Tuch Kan!!! Kalian itu asal tuduh, Tidak mungkin anak Saya itu melakukan hal serendah itu."ucap Bu Darmi ketus."Yuli!!! Dimana kamu sembunyikan sisa uang Bunda?"tanya Bu Dina dengan nada tinggi."Tapi Bunda, Yuli tidak bohong uang itu Kami bagi dua."jawab Yuli terlihat ada penyesalan dimatanya."Laras kenapa Kamu tega sama Aku?"tanya Yuli kearah Laras."Lho. yang nyuri Kamu! kok pakai bawa namaku segala."ucapnya santai."Pak Rt! Saya minta keadilan, Saya mau Bu Dina dan Yuli dilaporkan polisi, karena sudah menuduh anak Saya pencuri."ucap Bu Darmi lantang."Tenang Bu, Kita seleseikan baik-baik."jawab Pak Rt."Tidak bisa gitu dong Pak, Dimana letak keadilan Bapak sebagai Rt disini."ucap Bu Darmi dengan nada tinggi.Tidak ada yang mau mengalah diantara mereka.Lalu Pak Rt menengahi ketegangan diantara mereka."Lalu, Bu Darmi maunya seperti apa?"tanya Pak Rt sopan."Saya tidak akan melapor kepolisi jika Bu Dina mau mengganti rugi."jawab Bu Darmi lantang."Lho. Bu Darmi rugi apa?"tanya Bu Dina tak kalah lantang."Iya rugi banyaklah. Saya mau Bu Dina ganti rugi lima juta. karena sudah menuduh anak Saya pencuri."ucap Bu Darmi ketus."Ha!! Gak salah dengar Saya Bu? Saya yang kehilangan. Saya juga yang harus membayar! "ucap Bu Dina emosi.Ketika mereka sedang berdebat tiba-tiba Pak Dodi datang dengan wajah kusut."Ada apa ini Pak Rt? Kok rame sekali didepan rumah Saya?"tanyanya bingung."Ini Pak! Anak kita Laras, dituduh mencuri uang Bu Dina sebesar dua juta."ucap Bu Darmi menjelaskan dengan nada tinggi.Ku perhatikan Laras melihat Bapaknya datang bukannya senang tapi seperti ketakutan."Lho, Laras tadi ada kasih uang Bapak dua juta katanya Yuli minta tolong kebapak untuk membelikan Hp yang seperti ini."Pak Dodi mengeluarkan hp itu dengan wajah bingung.Semua mata tertuju kearah Laras.Laras terlihat salah tingkah, wajahnya pucat tangannya gemetar dan keringat bercucuran."Gimana Laras? Kami menunggu klarifikasi darimu."ucap Pak Rt tegas.Laras diam membisu. sedangkan Bu Darmi terduduk lemas ditanah.Tetangga Meresahkan BAB 08Pak Dodi yang melihat istrinya terduduk lamas langsung bertanya. "Pak Rt sebenarnya ada apa ini?"tanyanya bingung."Pak Dodi benar? dititipin uang oleh Laras sebesar dua juta?"tanya Pak Rt serius. "Iya benar Pak, Kata Laras, Yuli miminta tolong kepada Saya, untuk membelikan sebuah hp yang diinginkan Yuli."jawab Pak Dodi jujur. "Jadi begini Pak, Bu Dina kehilangan uang sebesar empat juta dan pelaku sementara adalah Yuli, Namun Yuli menyebutkan jika Laras juga ikut andil dalam pencurian uang itu dan uang itu mereka bagi dua."jawab Pak Rt menjelaskan dengan detail. "Jadi uang yang Saya terima dari Laras untuk membeli hp ini uang Bu Dina? yang dicuri mereka."ucap Pak Dodi dengan wajah merah padam antara bingung dan menahan marah. "Kemungkinan seperti itu Pak."ucap Pak Rt. Ketika Pak Rt dan Pak Dodi sedang berpikir mencari jalan keluarnya, tiba-tiba Laras langsung merebut hp itu dari tangan Pak Rt. Laras langsung berlari masuk kedalam rumah dan menuju kamar
Tetangga Meresahkan BAB 09Setelah dari rumah Bu Sulis. Aku langsung menuju kerumah tetangga yang lain, dan kebetulan ada beberapa tetangga yang sedang berkumpul didepan rumah Bu Dina, jadi aku tidak perlu repot mengantarkan kerumah masing-masing."Assalamualaikum Bu"sapaku kepada mereka."Waalaikum sallam Bu Sara"jawab mereka serempak."Ini Bu ada kotakkan untuk Ibu-ibu."ucapku sambil menyodorkan kotakkan itu kepada mereka, Mereka terlihat senang menerima kotak nasi itu dan mengucapkan terima kasih.Aku langsung pamit kepada mereka dan melanjutkan ke beberapa tetangga yang lain.Tibalah saatnya, Aku harus mengantar kerumah orang paling kaya yaitu Bu Darmi dan kebetulan sekali orangnya lagi duduk diteras rumahnya, jadi tidak perlu lama-lama menunggu seperti biasa."Assalamualaikum Bu."sapaku sambil mengucapkan salam."Waalaikum sallam. Ada apa!"tanyanya ketus."Ini Bu mau ngantar ini."ucapku sambil menyodorkan dua kotak nasi dan gula satu kilo, Sebenarnya aku malas memberikan gula in
Tetangga Meresahkan BAB 10Satu jam telah berlalu, tapi belum ada tanda-tanda Bu Darmi mematikkan air. Badan terasa lengket dan bau bumbu karena habis masak. Aku harus menggunakan kamar mandi untuk mandi, Karena masih ada selang jadi pintu kamar mandi tidak bisa ditutup. Ku coba lihat kebelakang rumah, untuk melihat Bu Darmi, namun tak nampak batang hidungnya. Aku segera kekamar mandi dan Ku lepas selangnya lalu ujung selang Ku kasih tali dan Ku gantung dibelakang rumah, karena tidak mungkin aku menggulung selang itu. Setelah mandi dan menyuapi Dimas. Aku duduk diteras rumah, sambil menunggu Mas Andi pulang. Ketika sedang santai diteras, terdengar suara teriakan keras dari belakang rumah. Aku langsung berlari kebelakang rumah untuk melihat apa yang terjadi. Ketika sampai dibelakang rumah Ku lihat Bu Darmi berkacak pinggang. "He! Bu Sara apa-apaan ini! mengapa selang Saya ada diluar?"ucapnya dengan penuh emosi. "Bu Darmi! apa gak bisa ngomong baik-baik. "ucapku ketus. "Apa ma
Tetangga Meresahkan BAB 11Setelah menggunting selang Bu Darmi. Bu Sulis hendak masuk kerumahnya. Tiba-tiba baju Bu Sulis ditarik dari belakang, oleh Bu Darmi, yang sudah sadar dari terkejutannya. Karena baju Bu Sulis ditarik dari belakang mengakibatkan Bu Sulis terjengkal kebelakang. "Masih berani melawan Saya!"ucap Bu Sulis lantang sambil bangkit."Bu Sulis pikir Saya takut!"jawab Bu Darmi lantang. "Jadi mau Kamu apa!"tanya Bu Sulis. "Ganti selang Saya! yang sudah Kamu gunting. "ucapnya dengan lantang. "Bayar dulu air yang sudah Kamu alirkan kerumahmu, baru Ku ganti selangmu!"ucap Bu Sulis tak kalah lantang. "He... ingat gak Kamu. ketika anakmu terkunci dikamar, siapa yang menolong Suamiku kan? air seuprit saja minta dibayar."ucapnya emosi. "Apa, kamu lupa? bukankah habis dobrak pintu kamar. Kalian minta uang seratus ribu sebagai tanda terima kasih."jawab Bu Sulis."Ya wajarlah, Kamu pikir dobrak pintu itu gak sakit apa."ucap Bu Darmi nyolot. "Lha. waktu itu apa hanya Su
Tetangga Meresahkan BAB 12Pak Rt seperti tersinggung dengan ucapan Bu Darmi. "Pak Dodi maaf, Saya tidak sanggup berbicara kepada Bu Darmi, silahkan Bapak selesaikan masalah keluarga Bapak, Saya pamit Pak."ujar Pak Rt berlalu pergi. Pak Rt menyuruh warga untuk bubar. Ketika Kami hendak bubar. Anak kedua mereka datang. "Bu, Pak ini ada apa sebenarnya?"tanya Rahayu bingung. "Ini lho Yu, Kakakmu."ucap Pak Dodi sambil menunjuk Laras. "Memang ada apa sama kakak Pak?"tanyanya semakin bingung. Lalu Pak Dodi bercerita semua yang terjadi kepada Rahayu. "Bu, Mau sampai kapan Kami akan menjadi korban keegoisan Ibu!"ucap Rahayu bertnya. "Kamu itu ngerti apa!"jawab Bu Darmi. "Ibu itu sadar gak sich Bu? dengan apa yang Ibu lakukan?"tanyanya lagi dengan sedikit emosi. "Ibu ya sadar Yu, Kamu pikir Ibu sudah gila. "ucap Bu Darmi emosi. "Kalau Ibu sadar. mengapa Ibu tidak mengijinkan Kakak menikah?"tanyanya. "Kamu itu diam saja, Mana uang yang Ibu minta?"ujarnya dengan nada tinggi. "Ib
Tetangga Meresahkan BAB 13Setelah masuk kedalam rumah. Aku dan Dimas langsung bergegas mandi karena sebentar lagi Mas Andi pulang.Setelah mandi. Aku menyuapi Dimas makan.ketika sedang menyuapi Dimas, Mas Andi pulang.Tok..tok...tok...Suara ketukkan pintu. Aku yakin itu Mas Andi.Aku segera membukakan pintu."Dek, Kok sayurnya tidak dibawa masuk?"tanyanya."Sayur??"tanyaku bingung."Ini lho Dek."ujarnya sambil mengangkat plastik berisi sawi, terong, dan cabe."Oalah dasar tetangga ajaib."ujarku."Apa Dek?"tanyanya bingung."Itu tadi sayur yang ditawarkan Bu Darmi tapi Adek gak mau beli, karena kan Mas gak bisa makan sawi."ucapku kesal."Iya sudah Dek, Besok bayar saja, jangan ribut malu."ucapnya enteng sambil berjalan masuk dan langsung kekamar mandi."Malu? Kenapa harus malu, memang aku tadi sudah menolaknya, jadi ya jangan salahkan aku jika sayuran itu tidak aku bayar." jawabku sedikit jengkel dengan penuturan mas Andi. "Dek... Kita ini pendatang disini. Jadi kita harus lebi
Tetangga MeresahkanBAB 14Sore hari Mas Andi pulang.Namun ketika aku membuka pintu aku melihat Mas Andi seperti sedang menunggu seseorang."Kok gak masuk Mas?"tanyaku."Oh ya nanti dulu Dek, Mas lagi nunggu teman Mas,"jawabnya sambil matanya menatap jalan raya."Ya sudah, Aku masuk dulu ya Mas, mau mandiin Dimas."ujarku sambil beranjak masuk kedalam rumah.Sepuluh menit kemudian terdengar suara mobil berhenti, Mungkin teman Mas Andi sudah datang pikirku.Aku langsung membuatkan teh setelah selesai membuat teh, aku bawa nampan yang berisi dua cangkir teh dan menyuguhkan kepada mereka. "Ini tehnya diminum Mas."ucapku."Iya Dek."jawab Mas Andi.Aku langsung ijin kepada Mas Andi dan temannya untuk masuk kedalam, karena mau menyuapi Dimas.Setelah selesai menyuapi Dimas, Aku menyalakan televisi agar Dimas bisa menonton film kartoon kesukaannya.Setelah Dimas serius menonton, aku keteras untuk bergabung bersama Mas Andi dan temannya.Mereka ngobrol kesana kemari, aku hanya bisa menjadi p
Tetangga Meresahkan Bab 15 Bu Darmi sepertinya sudah bisa menguasai rasa gelisahnya. Karena wajahnya terlihat mulai sedikit tenang."Memang apa yang Saya lakukan?"ucapnya pura -pura tenang. "Eeehhhmmmm... Yang bener Bu Darmi tidak tahu,"ucapku mengejek. "Ya kalau Saya tahu, untuk apa saya bertanya sama kamu!"jawabnya ketus "Wah... Sepertinya Bu Darmi sudah amnesia ya... Sampai lupa apa yang telah diperbuat," ejekku"Kamu itu kalau ngomong yang sopan!"hardiknya"Saya mah orangnya sopan kepada siapa saja, asalkan orang itu juga sopan terhadap saya,"jawabku "Kamu itu lebih baik diam jika hanya omong kosong!"ucapnya dengan nada ketus "Saya mah tidak pernah omong kosong Bu Darmi, apa bu Darmi mau saya buktikan?"jawabku sedikit mengancam. Bu Darmi diam sejenak sambil menatap tajam kearahku. "Iya silahkan saja jika memang bu Sara punya bukti."ucapnya lantang. "Yakin? Bu Darmi tidak akan menyesal?"ucapku lagi "Tidak akan, karena saya tahu jika bu Sara hanya menakuti saya saja." jawa