Risa memarkirkan motornya di garasi, hari ini lelah sekali rasanya. Tak sengaja Risa menatap halaman rumah sebelah. Kebetulan tembok di rumah sebelah hanya setinggi satu meter sehingga semua aktivitas di halaman rumah besar itu terlihat. Seperti sekarang, ada dua mobil terparkir disana. Mobil Fortuner yang tadi pagi ia lihat dan mobil Honda Jazz warna merah yang dia lihat di Puskesmas. Kenapa Risa tahu? Karena dia sempat membaca plat nomernya tadi. Eh tunggu, kalau itu mobil yang dilihat Risa di halaman Puskesmas berarti ....
"Bu Risa."Risa menoleh ke arah Bu Ginah."Sini, kenalan dulu yuk sama tetangga barumu.""Hah ... ehm ... saya .... ""Cepetan!""Tapi?""Cepetan jangan lama-lama."Mau tak mau Risa melangkah menuju rumah tetangga barunya walau aslinya enggan."Ayo." Bu Ginah menarik lengan Risa dan langsung membawa Risa masuk ke dalam rumah. Dalam ruang tamu terdapat sebuah keluarga dengan lima anggota keluarga rupanya, sAbi sedang memakai kemeja putihnya. Hari ini hari kedua dinasnya di Puskesmas Sumbang. Perhatiannya teralih saat mendengar HP-nya berbunyi.Klik."Iya Ngga ada apa?""Gila kamu ya, kamu sekarang di Jawa? Kok gak ngomong sama aku? Kamu anggap aku siapa hah?""Maaf.""Dasar AC, gak bakalan kumaafkan."Abi hanya tertawa mendengar suara sahabatnya yang kesal."Jadi kamu gak kerja lagi di rumah sakit Binar Kasih?""Gak.""Gak nyesel Viona diembat sama Arjuna.""Gak.""Gajimu dikit loh jadi PNS.""Gak masalah.""Lah kuliah kamu gimana? Kan baru tiga tahun. Tinggal setahun lagi loh?""Aku cuti dulu.""Hah? Gak nyesel Bi, kamu kan orangnya kalau ada maunya pasti dicapai dengan begitu gigih. Ini kok malah dilepas begitu aja program spesialisnya?""Biarin. Soalnya aku punya yang lebih prioritas.""Apa? Di sono tempat kamu tugas emangnya kamu bisa dapat apa?""Dapat istri. Udah aku mau berangkat. Ak
Seorang wanita cantik tengah menatap lalu lintas kendaraan di luar. Dia sedang duduk sendirian di sebuah cafe dan tengah melamun, pikirannya tertuju pada lelaki pujaannya, Abizar. Viona begitu jatuh cinta pada Abi, sayang perasaan cintanya tak berbalas. Padahal Viona sudah berusaha keras menarik perhatian Abizar baik dengan kecantikannya maupun melalui papahnya namun semuanya sia-sia. Abi sekarang sudah berada jauh di Jawa entah Jawa bagian mana, ia tak tahu. Karena semua keluarga Abi hanya mengatakan Jawa tanpa menyebut Jawa bagian mana. Ingin rasanya ia menyusulnya, tapi nasehat keluarganya membuat semangatnya menurun drastis.Flashback."Vio bakalan nyusulin Abi, Pah.""Untuk apa?""Pokoknya Vio mau nyusulin dia. Vio akan berusaha menaklukkan hatinya.""Memangnya sepuluh tahun ini bagaimana?" tiba-tiba sang Kakek ikut bicara."Itu ... Itu ... Vio sedang berusaha Kek." Viona berucap lirih."Jangan merendahkan dirimu Viona. Meski Papah tahu Abi le
Berbeda dengan Viona yang sedang merindukan Abizar dan tengah patah hati, Risa malah nampak sebal. Entah kenapa hidupnya yang tenang menjadi tak karuan. Semua ini gara-gara kehadiran tetangga sebelahnya. Seperti kali ini. Ini adalah hari minggu yang harusnya hari santai malah dia harus ikut membantu Abizar memeriksa pasien yang jumlahnya seabreg.Enam bulan sudah Abizar menjadi tetangganya. Di bulan ketiga dia membuka praktek setiap pagi dan sore hingga malam. Dari hari senin sampai minggu. Dengan alasan butuh bantuan dia meminta Risa menjadi asistennya, khusus untuk bagian farmasi sedangkan Anin anak Bu Ginah membantu di bagian pendaftaran."Masih banyak Nin?""Tinggal dua orang, Mbak Risa.""Huft ... Perasaan ini orang pasiennya banyak amat.""Maklum Mbak, dokter ganteng, ramah, masih single lagi. Hihihi.""Ck. Ganteng dari Hongkong?""Bukan Mbak, si ganteng dari Jakarta. Hahaha."Risa mencebik sebal, gak di Puskesmas gak di ruma
"Kamu itu dokter bukan sih Bi?"Risa dan Abi tengah makan di kantin klinik. Abi sudah mandi dan mengganti bajunya. Beruntung sekali dia punya kebiasaan membawa baju cadangan di mobil kalau mau kemana-mana."Dokterlah.""Masa lihat orang lahiran kayak gak pernah lihat?""Emang gak pernah lihat secara langsung.""Lah waktu masih kuliah, waktu koas,waktu ...""Aku cuma lihat aja, fokusku selama ini ke penelitian sama hal lain kecuali obgyn.""Emang boleh?""Gak sih, aku aja yang mangkir." Abi nyengir tanpa dosa saat mengatakannya."Ck. Dokter aneh.""Biarin. Aku memang agak merasa malu aja lihat ... Lihat aset pribadi cewek yang bukan istri. Makanya sering mangkir hehehe.""Astaga, pantas Zio sering mangkir kalau pas tugas dibagian obgyn rupanya niru kamu. Ck.""Fina yang cerita?""Iyalah siapa lagi emangnya.""Ooo. Kan aku abang mereka ya mereka niru akulah.""Terserah. Aku mau nengok babynya
Risa memandang cermin yang menampilkan dirinya. Dia memakai gamis model sederhana tapi sangat pas di tubuhnya. Kerudung yang biasanya model instan pun sekarang berganti dengan pashmina. Cantik. Risa segera menyelempangkan tas, memakai helm dan mengambil kunci motor. Saat keluar dari dalam rumah Risa mendapati ibu-ibu tengah ngerumpi di halaman tetangga sebelah seperti biasa."Bu Risa mau kemana?""Eh, Bu Wiwit. Mau kondangan Bu?""Sendiri?""Enggak nanti janjian sama temen-teman ketemuan di Alun-alun. Soalnya rumahnya di Patikraja. Mari Ibu-ibu saya duluan.""Mari Bu Risa.""Hati-hati Bu Risa.""Iya."Sepintas Risa melirik pada Abi yang juga meliriknya.Dasar dokter ganjen, pagi-pagi udah dikerubutin ibu-ibu saja, batin Risa.Risa memilih langsung pergi tapi sebelumnya memberikan tatapan sebal sama Abizar. Abizar sendiri merasa kesal karena dicuekin."Wah padahal Bu Risa cantik ya, kok belum laku-laku," ucap salah sa
Abizar dan Risa duduk bersanding dengan pasangan pengantin yang baru menikah seminggu yang lalu. Mereka adalah Arjuna dan Viona. Viona menatap Abi dengan binar bahagia dan penuh cinta dan itu tertangkap di mata Risa. Risa sungguh tidak menyukainya.Arjuna sendiri begitu terpesona dengan penampilan Risa yang begitu cantik dan anggun. Ah, kenapa dia tidak tahu jika Risa sudah menjadi cantik? Kalau tahu begini Arjuna akan lebih memilih mendekati Risa. Tapi? Viona juga cantik. Ditambah lagi dia berasal dari keluarga kaya? Apa Risa dijadikan istri kedua saja ya?Abizar menatap tajam tingkah Arjuna. Dia begitu paham arti tatapan Arjuna, hem... Abi harus segera bertindak jangan sampai Arjuna melakukan hal buruk pada Risa. Abi tidak akan rela."Kamu mau makan Dek?"Gludak ... Jantung Risa jatuh dari puncak Gunung Slamet rupanya."Boleh Mas," ucap Risa tersenyum manis.Uhuk. Abizar hampir tersedak ludahnya sendiri. Dia menatap Risa tajam kemudian tersenyum
Arjuna duduk dengan gelisah. Ia sedang menunggu Papah mertuanya bicara. Tatapan mata Vino begitu tajam menusuk membuat Arjuna seperti seorang narapidana dengan kesalahan besar."Ada apa Pah? Kok tiba-tiba Papah manggil Arjuna.""Papah butuh bicara sama kamu. Papah perlu membahas sesuatu yang penting.""Tentang apa itu Pah?""Kamu dan Viona.""Memangnya kami kenapa Pah? Juna sama Viona baik-baik saja kok.""Benarkah? Jangan kamu pikir Papah tidak bisa melihat Arjuna." Vino bersuara dingin membuat nyali Arjuna sedikit menciut."Asal kamu tahu. Aku tidak begitu merestui kamu menikah dengan Viona. Tapi karena desakan Viona, akupun setuju. Jadi, jangan sekali-kali kamu berpikir untuk menyakiti Viona. Karena jika sampai kamu lakukan, kamu akan berurusan denganku."Arjuna meneguk ludahnya, nyalinya benar-benar menciut saat ini. Tapi ia berusaha tenang dan tidak terpancing."Pah, Arjuna cinta sama Viona. Jika tidak buat apa Arjuna menikahinya. Pe
Rabu pagi yang masih berkabut. Suasana desa Sumbang yang begitu sejuk dan dingin. Matahari belum menampakkan wajahnya namun tak menyurutkan langkah Abizar untuk segera menuju ke Puskesmas.Abizar baru saja memarkirkan motornya, sengaja dia berangkat pagi sekali untuk mengecek keadaan Risa. Risa tadi malam piket ceritanya, jadi Abi kangen.Suasana Puskesmas masih sangat sepi. Hanya ada beberapa keluarga pasien rawat inap yang nampak mondar mandir serta petugas kebersihan.Abi tersenyum ramah pada setiap orang yang dijumpainya. Segera dia menuju kebagian kamar istirahat untuk para bidanerawat wanita yang berjaga.Sesampainya disana, Abi tersenyum mendapati gadis cantiknya tengah tertidur dengan lelap. Tiba-tiba ide jahil tercetus dalam otaknya. Pelan-pelan Abi merebahkan diri di samping Risa dan memposisikan diri menyamping dengan tangan kiri menumpu kepalanya.Risa merasakan ada seseorang disebelahnya, refleks Risa memeluk Abi karena berpikir yang