Olivia duduk termenung di dalam ruangannya. Jam sudah menunjuk jam satu siang. Pasiennya sudah tak ada. Hampir enam bulan lamanya, Olivia dan Abyan tak saling berkabar. Abyan benar-benar memutus komunikasi dengan memblokir nomernya. Kejam memang. Bahkan, kini setiap ada kesempatan ke Jakarta, hanya kedua orang tua Abyan dan adik-adiknya yang mampir, Abyan malah memilih mengunjungi Andromeda, sang sahabat daripada ikut mampir ke rumah. Jujur Olivia sangat merindukan Abyan, cinta pertamanya. Meski dia sudah menikah dengan Edo, tapi dia sama sekali tak bahagia. Edo hanya selingkuhan Olivia bukan pria yang dia cinta. "Melamun lagi." Sebuah suara mengagetkan Olivia. Dia menoleh ke arah pintu dan tampaklah sang suami dengan masih memakai jas putih dan sneli yang mengalung angkuh di leher. Edo berjalan mendekati sang istri, menarik kursi dan duduk berhadapan dengan Olivia. Edo tersenyum sinis, "Masih belum melupakan mantan heh?" sinisnya. "Padahal setiap hari aku yang ada di sampingmu da
"Ning, lihat. " Tata, salah satu rekan kerja Bening berbisik. Bening yang sedang menikmati semangkok bakso dan es dawet menatap pada sahabat sekaligus rekan kerjanya. "Apa?""Tuh, di belakangmu."Tata menunjuk ke seseorang di belakang Bening. Bening pun berbalik, dilihatnya sosok Byan sedang berjalan mengambil makanan bersama beberapa orang. Mungkin teman Byan. "Oh Tetangga, kirain Jungkook apa Taehyung. Atau melipir sedikit, Pangeran Arab atau Jutawan Dubai.""Hahaha, ups!" Tata menutup mulut. Takut tawanya yang kencang menarik perhatian orang lain. Bening sendiri melanjutkan makan. "Kalian gak bareng? Biasanya bareng.""Kan aku sama kamu, boncengan. Kalau aku sama tetangga berangkat bareng, kamu sama siapa? Katanya motormu dipakai adekmu.""Iya juga ya? Tapi kalau kamu bareng tetangga, aku ya ikut nebeng. Hihihi. Naik mobil bagus, pasti gak ada bau-bau aneh gara-gara emisi, mesin ngadat, aki soak dll, kan?""Ya sana nanti pulangnya nebeng, " tantang Bening. "Gak ah, aku gak pun
Baju rapi, sepatu bersih walau bukan sepatu baru, tas lumayan meski beli di Tanah Abang harga lima puluh ribuan, rambut dikucir rapi. Muka? Poloslah pakai skincare alami. Maklum gak ada duit, boro-boro beli bedak. Buat makan sama ongkos setiap hari aja usahanya udah luar biasa. Luar biasa mengencangkan keinginan pokoknya."Risaaa ... makan dulu Nduk?""Iya Eyang."Risa segera menuju ruang tengah yang menggabungkan ruang makan dan ruang keluarga."Nasi goreng sama kerupuk ya Nduk," ucap Eyang dengan tatapan sendu."Iya Eyang, gak papa. Untung masih bisa makan.""Iya, daripada kelaparan ya Nduk.""Iya, untung ya Eyang?""Iya, untung ngumpul. Kata orang Jawa ....""Ora madang ora papa sing penting ngumpul1."1Gak makan gak apa-apa yang penting kumpulRisa dan Eyangnya tertawa. Bagi mereka berdua bahagia itu sederhana, asal masih bisa hidup, bisa makan, bisa tertawa tapi gak usah banyak gaya.Carrisa Aurora, namanya. Usia
Risa tengah mendengarkan penjelasan Bu Ari dengan seksama. Bu Ari tengah menjelaskan tentang Hukum Kekekalan Massa."Jadi anak-anak, massa zat sebelum dan sesudah reaksi kimia itu sama. Massa itu bukan berat ya. Mereka besaran yang berbeda. Massa benda selalu sama dimanapun ia berada. Sedangkan berat benda berbeda-beda tergantung nilai gravitasi yang ada di daerah itu.""Hukum kekekalan massa dapat kita lihat dari contoh reaksi antara hidrogen dengan oksigen. Kedua zat itu berwujud gas. Setelah bereaksi terbentuklah air dalam wujud gas, yang apabila suhunya mendingin akan berubah menjadi air. Dari contoh ini kita bisa pahami bahwa berdasarkan Hukum Kekekalan Massa, jumlah zat yang bereaksi akan sama dengan zat hasil reaksi. Hanya saja wujud zat yang dihasilkan berbeda dengan wujud zat pembuatnya."Risa dengan penuh minat dan konsentrasi mendengarkan penjelasan Bu Ari. Citra yang sedang mengalami jatuh cinta sesekali melirik pada cowok incarannya, yaitu Gio. Sampai tid
Suara deru motor memenuhi telinga Risa yang sedang memakai sepatunya. Risa mengamati seseorang yang tengah melepas helmnya. Risa segera menghampiri Arjuna dan menyapanya."Hai Kak, ada apa kesini?""Beli soto Banyumas?""Hah?" Risa melongo."Ck. Jemput kamulah, ayuk naik."Risa masih melongo tak percaya."Buruan ayo."Arjuna menarik tangan Risa menuju ke motornya."Aku belum pamitan.""Oh ... pamitan sana!""Eyang Risa berangkat. Assalamu'alaikum.""Wa'alaikumussalam," teriak Eyang Risa dari dalam rumah.Risa segera bersiap-siap duduk di jok belakang. Sebelum menstarter motornya perhatian Arjuna dan Risa teralihkan pada seseorang yang tengah menstarter motornya juga dari halaman rumah."Baru berangkat, Bi?" tanya Arjuna."Hem."Tanpa banyak kata Abizar langsung menjalankan motornya membelah jalanan."Ck. Tetangga kamu itu.""Emang dia tetanggaku bukan mantanku," sahut Risa cuek."Hahaha. Iya ya
Brukkk.Risa kaget dan langsung menatap siapa yang menabraknya."Hei ... cewek kuper bin tonggos. Kamu harusnya ngaca. Muka jelek kayak gini aja sok-sokan mau jadi pacar Arjuna. Gak level tahu."Byurrr.Risa kaget karena Ghea menyiram bajunya dengan segelas minuman berwarna cokelat."Jauhi Arjuna!Awas kamu!"Ghea dan kawan-kawan meninggalkan Risa yang masih bertahan di toilet. Risa menangis, ah ingin rasanya melawan tapi percuma. Ghea CS terlalu superior untuknya. Risa memilih kembali ke kamar mandi dan membersihkan bajunya yang kotor. Sesekali Risa mengelap air matanya. Risa sudah tak tahan hidup di Jakarta. Disini siapa yang kuat, siapa yang cantik, siapa yang berkuasa bisa bertahan. Sedangkan dia? Risa kembali ke kelas dengan mendapatkan tatapan heran dari teman-teman sekelasnya terutama Citra."Kok basah?""Iya. Tadi kaget ada cicak nemplok di bahuku aku jerit-jerit gak karuan. Malah kena keran air, ya udah basah.""Ooooo.""Cit.
Pagi ini tanggal 14 Februari, semua orang merasa senang pun dengan Risa. Dia melangkah dengan penuh semangat menuju ke pintu gerbang rumahnya. Senyum tak pernah lepas dari bibirnya."Mbak Risa ...." teriak Asyila."Syila. Hai. Wah cantik benar kamu.""Mbak Risa juga, ini Syila kasih cokelat. Selamat hari kasih sayang ya Mbak. Valentino itu ya namanya.""Valentine Syila. Astaga." Kali ini Athaya datang menghampiri kembarannya."Kalau Valentino itu pacar kamu, eh dia ulang tahun berarti loh.""Diem kamu Athaya, aku masih kecil.""Masih kecil tapi niat ngasih cokelat sama Valentino wee ....""Kamu juga mau ngasih bunga sama Bu guru Vira. Weee .... ""Biarin weee, aku kan sayang sama Bu Guru.""Valen temen aku. Aku juga sayang wee ...."Astaga kedua bocah umur tujuh tahun sudah bilang sayang-sayangan. Ckckckck. Apa kabar Risa dulu ya? Perasaan diumur segitu Risa tahunya main gundu. Gak ngerti kata i love you. Hihihi. Risa asik melih
Risa membuka pintu rumahnya, tampak remaja cantik seusianya berdiri di depan pintu."Hai, aku Sherin, sepupunya Arjuna.""Hai, aku Risa. Masuk yuk Kak.""Sherin aja atau kamu bisa panggil aku Ririn.""Oh, baiklah. Masuk Rin.""Oke."Risa mengajak Sherin masuk, rupanya Sherin gadis yang supel dan mudah bergaul. Dalam waktu singkat mereka sudah akrab."Aku langsung dandanin kamu aja ya?""Nunggu maghrib aja Rin, kan bentar lagi.""Okelah."Setelah melaksanakan sholat, Sherin langsung mendandani Risa. Sherin takjub, benar kata sepupunya kalau Risa itu cantik. Risa cuma butuh diperbaiki dandanannya, terutama bentuk giginya."Kamu cantik.""Tapi jelek karena bentuk gigiku kan?""Halah itu mah gampang, pakai behel aja.""Rin.""Iya.""Apa ukuran seorang cewek bagi cowok itu cantik fisik?""Ya iyalah Ris, hampir semua cowok kan lihat kita dari fisiknya dulu. Makanya cewek sekarang berlomba-lomba agar bisa